Rencana PT Pertamina menjual gas elpiji 3 kilogram (kg) bersubsidi dikhawatirkan akan membuat komoditas sejenis bersubsidi menjadi langka. Oleh karena itu, Perusahaan pelat merah tersebut diwanti-wanti untuk tetap menjamin pasokan kebutuhan rakyat kecil.
- Yasip Khasani: Gencar Menjaring Investasi
- Di Balik Proper Hijau Semen Gresik, Ada Komitmen Ramah Lingkungan dan Kepatuhan Regulasi
- Dinas Perdagangan akan Padukan Pedagang Asli dan UMKM di Dalam Pasar Bulu
Baca Juga
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) FerdniÂnand Hutahaean meminta, PerÂtamina menjamin pasokan gas melon bersubsidi. Karena, aksi korporasi Pertamina tersebut akan menimbulkan kekhawatiÂran di masyarakat. Pasokannya akan bernasib sama seperti bahan bakar minyak (BBM) PreÂmium, secara perlahan-lahan menghilang, setelah meluncurÂkan BBM jenis Pertalite.
"Harga gas elipiji 3 kg berÂsubsidi tidak naik. Tapi kami khawatir, barangnya tidak ada di lapangan (langka). Akhirnya, masyarakat nanti membeli yang non subsidi terus menerus," ungkap Ferdinand kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.
Dia berharap, Pertamina mengelola kebijakan pelunÂcuran gas 3 kg non subsidi dengan bijaksana. Jangan samÂpai melakukan retorika, mengeÂlabui publik seperti pengurangan Premium dengan memunculkan Pertalite.
Untuk menjamin pasokan, lanÂjut Ferdinand, jumlah tabung gas 3 kg bersubsidi yang lama harus dipastikan tidak berkurang. Tidak ada tabung lama digunakan untuk mendistribusikan elpiji 3 kg non subsidi. Kemudian, pengawasan dan pelaksaÂnaan kebijakan harus dilakukan transparan. "Kami minta pemerintah dan Pertamina melaksanaÂkan kebijakan secara transparan dan terbuka," kata Ferdinand.
Pertamina Jamin Pasokan
Plt Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menjaÂmin pasokan gas 3 kg bersubsidi tidak akan dikurangi. DitegasÂkannya, jumlah kuota tabung gas bersubsidi tetap seperti saat ini. "Teknis penjualan gas elpiji 3 kg non subsidi sama seperti elpiji 12 kg saja. Untuk yang bersubsidi, kami jamin kuotanya tidak akan berkurang," tegas Nicke.
Dia menjelaskan, pihaknya menjual elpiji 3 kg non subÂsidi karena ada permintaan dari pasar. Banyak masyarakat inginkan kemasan yang lebih ringan dan paraktis.
"Karena ada permintaan maÂkanya kami sediakan. Target market kita, masyarakat yang tingga di apartemen dan terÂbiasa dengan hidup praktis," jelasnya.
Untuk harga, Nicke mengaku pihaknya belum menentukanÂnya.
Vice President Cooporate Communication PT Pertamina Adiatma Sardjito juga belum mau memberikan keterangan banyak tentang harga maupun jaminan pasokan gas elpiji berÂsubsidi.
"Saat ini Pertamina masih melakukan kajian terkait elpiji 3 kg non subsidi, nanti kalau sudah selesai kajiannya saya infokan ke kawan-kawan media," kata Adiatma singkat kepada Rakyat Merdeka.
Sekadar informasi, Pertamina akan menjual elpiji 3 kg non subsidi mulai 1 Juli 2018. KoÂmoditas itu kabarnya akan diÂjual dikisaran Rp 39 ribu per tabung.
Dengan penjualan produk tersebut maka varian elpiji non subsidi Pertamina kini bertamÂbah. Selain 3 kg, Pertamina menÂjual gas 5,5 kg dan 12 kg.
Rencana Pertamina ingin menjual gas elpiji 3 kg non subsidi sebenarnya sudah lama disiapkan. Peluncuran ini diÂharapkan bisa mendorong kaÂlangan mampu yang selama ini menggunakan gas elipiji 3 kg bersubsidi bisa beralih ke non subsidi. Sehingga subsidi tetap sasaran.
Perusahaan pelat merah terseÂbut sebelumnya sudah melakukan uji pasar di Tangerang. Pertamina mengklaim minat masyarakat terÂhadap gas eliji 3 kg cukup bagus. Oleh karena itu Pertamina melanÂjutkan rencana menjual varian baru tersebut. Rencana menjual gas elpiji 3 kg non subsidi juga sebelumnya sudah dipaparkan di Senayan. ***
- Kenaikan Harga Beras Pemicu Utama Inflasi Jateng
- Gerbong Ekonomi KA Jayabaya New Generation, Cek Harga Terbarunya
- Masyarakat Mengeluh, Harga Sembako Di Awal Ramadan Tetap Mahal