Petani Rawa Pening Batal Demo, Pintu Air Tuntang akan Dibuka Tiap Hari 4 Centimeter

Forum Petani Rawa Pening membatalkan niat untuk menggelar unjuk rasa atau demo ke Gubernur.


Pasalnya, hari ini Selasa (10/5) keinginan agar Pintu Air Sungai Tuntang telah dibuka sesuai keinginan para petani agar dapat kembali melakukan kegiatan bercocok tanam. 

Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Petani Rawa Pening Suwastiono ditengah pembukaan Pintu Air Sungai Tuntang. 

Turut menyaksikan pembukaan Pintu Air Sungai Tuntang Bupati Semarang Ngesti Nugraha, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Danau - Pemali Juana Adek Rizalsissrta perwakilan petani Rawa Pening. 

Serta, terlihat pula Forkopinda se-Kabupaten Semarang, Muspika 4 kecamatan termasuk Kepala Desa dan Lurah. 

Usai pembukaan Pintu Air Sungai Tuntang seluruh pihak terkait melakukan penandatanganan Berita Acara. 

Dimana, Berita Acara ini dimaksudkan sebagai kesepakatan bahwa Pintu Air Sungai Tuntang per hari dibuka kisaran 4cm.

"Nanti petani per hari akan 'ngecek' ke lokasi pintu air. Pada intinya, fokus petani itu bisa menanam lagi," ungkap Ketua Forum Petani Rawa Pening Suwastiono kepada wartawan. 

Jika dibatas 4160 ada yang belum tanam, maka petani Rawa Pening akan tetap minta diturunkan kembali Pintu Air Sungai Tuntang. 

Sehingga, ia bersikeras tidak hanya terpaku kepada 46130. 

"Cuma nanti kalau yang (petani bagian) bawah belum bisa tanam minta lagi (Pintu Air Sungai Tuntang) diturunkan. Kami akan fokus di menanamnya dulu. Itu memang yang atas bisa tanam, sampai yang tengah. Tapi yang bawah ini bagaimana," ungkapnya. 

Jika pada akhirnya ketinggian air mencapai 461, namun yang bawah belum bisa tanam Forum Petani Rawa Pening minta kembali dibuka. 

Dengan kondisi 3 tahun terakhir petani Rawa Pening tidak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam, menjadi dasar perjuangan agar bisa kembali 'hidup'. 

"Tiga tahun ini, 'senep kembung atau tidak tanam tidak bisa panen. Yang dulu kita tidak nempur sekarang nempur. Buntutnya, banyak petani selama Covid-19 hidupnya susah bahkan terjerat hutang," akunya. 

Ia menyayangkan, ketika proyek pengerukan Rawa Pening oleh PUPR dilakukan sekeyika itu juga dampaknya harus difikirkan. 

"Ini petani selaman 3 tahun dibiarkan tidak bisa bercocok tanam termasuk menuai hasil," tandasnya.  

Sebagai informasi, wilayah yang terdampak tidak bisa bercocok tanam berada di 14 desa, 4 Kecamatan di Kabupaten Semarang. 

14 Desa diantaranya Bejalen, Tambakboyo, Asinan, Tuntang, Kesonggo, Lopait, Candirejo, Rowosari, Sraten, sebagian Jombor, Rowoboni, Kebondowo, Banyubiru dan Pojoksari. 

Sedangkan disebut sebagai wilayah atas itu merupakan patok merah sebagian hak milik, sedangkan yang tengah itu sudah sebagian hak milik sebagian lagi tanah patok merah. 

"Sedangkan yang bawah itu tanah negara. Tapi selama Belanda hingga Presiden SBY, petani bisa bercocok tanam. Bisa tanam bisa panen, bisa dimanfaatkanlah," pungkasnya. 

Masalahnya, ketika tanah negara tidak dimanfaatkan akan muncul rumput, gulma hingga hama tikus yang menganggu hak milik yang bisa tanam. 

Sementara, Bupati Semarang Ngesti Nugraha menambahkan pembukaan Pintu Air Sungai Tuntang memang buntut dari keinginan petani Rawa Pening akan menggelar demo ke Gubernur dab BBWS di Provinsi Jateng. 

Dari keinginan itu, pihaknya langsung mencoba berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait. Sampai akhirnya, ada kesempatan Pintu Air Sungai Tuntang dibuka tiap hari mulai Selasa (10/5) setinggi 4 centimeter hingga awal Juni. 

"Jadi nanti sampai dengan awal bulan Juni bisa terbuka 1,4 meter. Mengapa tidak bisa langsung dibuka karena bisa banjir yang daerah Demak. Jika sehari 4 cm, kan target tanam 1 Juni, cuma bisa 80 cm," tutur Ngesti. 

Sebelumnya, Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang juga memiliki harapan pihak berwenang bisa membuka Pintu Air Sungai Tuntang.

Harapan itu disampaikan Kepala Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, dengan maksud supaya petani di sekitar Danau Rawapening bisa menanam padi pada musim tanam Juni-Juli 2021 ini.

Dari pantauannya, pasokan air dari Danau Rawapening selain digunakan untuk mengairi lahan pertanian di sekitar danau juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.