Wapres JK punya prediksi soal sosok presiden berikutnya. JK yakin, Pilpres 2019 akan kembali menghadirkan presiden dari Jawa. Giliran non-Jawa baru akan terjadi 27 tahun lagi. Atau 100 tahun jika dihitung sejak Indonesia merdeka.
- Deklarasi Lilis-Zaeni, Didukung Enam Mantan Bupati Kebumen
- PKB Jateng Kembali Gelar Vaksinasi, Sukirman : Politik itu Bermanfaat
- Koalisi Semarang Maju Resmi Usung Yoyok Sukawi sebagai Calon Wali Kota
Baca Juga
Pernyataan JK ini dilontarkan saat memberi kuliah umum Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVII dan PPRA LVIII Tahun 2018 Lemhanas RI di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, kemarin.
JK menduga, butuh sekitar 100 tahun sejak merdeka, Indonesia baru punya Presiden dari luar Jawa. "Di Amerika butuh 170 tahun untuk orang Katolik jadi Presiden di Amerika, butuh 240 tahun untuk orang hitam jadi presiden di Amerika, jadi mungkin butuh 100 tahun dari kemerdekaan orang luar Jawa jadi presiden," ungkap JK. Artinya, jika Indonesia merdeka tahun 1945, kurang 27 tahun lagi dari sekarang untuk genap 100 tahun. Tepatnya pada tahun 2045.
Diterangkannya, alasan utama prediksi ini sederhana. Orang Indonesia memang lebih cenderung memilih karena faktor kesamaan. Seperti diketahui, sekitar 60 persen penduduk Indonesia berasal dari Pulau Jawa. "Normal saja alasannya, orang memilih kesamaannya, karena penduduk di Jawa ini, 60 persen. Sekiranya ada republik di Indonesia Timur, mungkin saya jadi presiden. Kesamaannya orang berpikir, di mana pun, di Amerika pun begitu," ungkap Wapres.
Dia pun memperkirakan, sekitar 30 tahun ke depan kesukuan di Indonesia akan hilang sebab banyak orang yang menikah berbeda suku.
"Tapi kesukuan itu akan hilang kira-kira 30 tahun lagi. Pada saat suku sudah tidak jelas lagi. Saya punya istri Minang, anak saya kawin dengan orang Jawa. Cucu saya orang apa? Indonesia. Tidak ada lagi sukunya. Itu akan menghilangkan nanti secara alamiah, secara kesukuan pada saat kita mungkin 30-40 tahun," sebutnya.
JK juga sempat berkelakar soal rekornya mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres). JK mengungkapkan, dia adalah satu-satunya tokoh yang mengikuti tiga kali Pilpres dengan dua kali menang dan satu kali kalah.
Yang bikin heran, saat dia menjadi Ketua Umum Partai Golkar dia malah tak menang di Pilpres. Sebaliknya, saat tak lagi aktif di partai Beringin, dia justru menang. "Tidak punya partai malah menang. Tapi nasib memang wakil saja, presiden tidak bisa kan," ujar JK disambut riuh hadirin.
Pernyataan JK ini jadi bahan pembicaraan di media sosial Twitter. Ada yang setuju, banyak juga yang menilai JK terlalu pesimistis. Pengamat Politik Syamsuddin Haris lewat akunnya tak setuju dengan JK. "Saya kira @Pak_JK terlampau pesimistik. Jika ada tokoh luar Jawa yang mumpuni, mengapa harus menunggu 100 tahun untuk menjadi presiden?" cuit @sy_haris disambut @Tjokroz. "Itu curahan dari lubuk hati beliau yang ga kesampaian kali," kicaunya menyindir.
Akun @ArdiyansyahAs meluruskan pernyataan JK. "Pak Habibie bukan dari Jawa.. jadi Presiden," sebutnya disambut ceramah politik netizen dengan akun @Jo_My_All. "Primordialisme politik identitas dan politik uang merupakan tembok raksasa yang harus diruntuhkan untuk menghasilkan pemimpin berkualitas dan berintegritas #Pilkada #Pileg #Pilpres."
Sementara tweeps @dendroiqbal menggebu-gebu. Menurutnya, sudah saatnya sekat kesukuan didobrak. Caranya dibuktikan dengan Presiden dari luar Jawa. "Sudah Saatnya presiden dari luar jawa," kicaunya.
Agak berbeda, akun @IndraJPiliang punya prediksi lain. "Saya berbeda pendapat dengan Pak JK. Butuh 10 x Pilpres, bisa jadi. Sekitar tahun 2054. Ya, 50 tahun sejak Pilpres Pertama. Kalau tahun 3004, kejauhan. Indonesia sudah main di World Cup," cuitnya sambil bercanda disamber @arifgumantia. "Wah seperti novelnya Gabriel Garcia Marques. 100 tahun kesunyian."
Banyak juga netizen yang setuju dengan pernyataan JK. Akun @ZaldiRusnaedy menilai JK realistis. "Pak JK ngomong realistis prof. Tipologi pemilih kita masih berdasarkan SARA," kicau dia serupa dengan @freddyths. "Bukan pesimis tetapi realistis. Realitanya orang masih cenderung memilih yan sesuku, seagama."
Tweeps @pendekarmalu menimpali. "Yah realitas politik dan jumlah penduduk Jawa yang mayoritas," kicaunya.
Akun @ecosocrights berkicau dengan nada sarkasme. "Orang luar Jawa merdekalah & tak butuh 100 tahun untuk jadi presiden," cuitnya disambut tweeps @bebaspikir yang menyayangkan pernyataan JK. "Setelah bicara tentang 'pengusaha muslim' sekarang tentang 'pemimpin luar jawa'. Apa nggak ada cara pandang yang nggak mengkotakkan masyarakat pak @Pak_JK ?"
Beberapa netizen yang lain memilih netral. Tak masalah dari suku manapun, asal berpikirnya Indonesia, bukan kesukuan. "Ga masalah Presidennya Jawa. Ya penting program kerjanya tidak Jawa sentris," tulis akun @prokontra sama dengan @asscln. "Mau orang Jawa, mau orang Bugis, mau orang Minang tetap Indonesia yang diutamakan." ***
- Dapat Sorotan Bawaslu: 45.992 Surat Suara Pilgub Di Rembang Tidak Sah
- Turun Gunung, SBY Birukan Karanganyar Dalam Safari Partai Demokrat Menyapa Rakyat
- Mantan Buruh Pabrik Batik Ini Lolos untuk Keempat Kalinya Menjadi Wakil Rakyat