Minimnya hasil perkebunan Kakao membuat Asosiasi Petani Kakao Kabupaten Batang menggandeng pihak swasta untuk menggarap demplot.
- Sampah Hilang, Uang Terbilang
- Pemkot Semarang Berupaya Tekan Inflasi Melalui Pak Rahman
- BI Dukung Pembangunan Energi dan UMKM Rendah Karbon di Jateng
Baca Juga
Pihak asosiasi menyiapkan dua hektare untuk demplot Kakao yang dijadikan percontohan peningkatan produktivitas.
Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang memfasilitasi pertemuan pembuatan demplot antara asosiasi dengan pihak swasta.
"Kendala utama merosotnya produktivitas kakao di Batabg adalah pemeliharaan. Para petani dianggap kurang memperhatikan dan merawat tanamannya," kata Ketua Asosiasi Petani Kakao Kabupaten Batang, Zaenal Acheroh di kantor PT UGM Cocoa Teaching Industry, Selasa (21/9).
Empat desa lokasi demplot, yaitu Desa Kenconorejo dan Kedungsegok di Kecamatan Tulis. Lalu Desa Siwatu dan Brokoh di Kecamatan Wonotunggal.
Usia tanaman produksi di empat desa itu mulai delapan sampai 15 tahun. Saat ini, produktivitas kakao saat ini hanya sekitar dua hingga lima kuintal per tahun.
"Dengan peningkatan produktivitas paling tidak pertahun bisa menghasilkan 1 ton tiap hektare-nya," ujarnya.
Kabupaten Batang memiliki lahan kakao terluas di Pulau Jawa yaitu mencapai 1.000 hektare.
Pihak swasta yang bekerjasama dengan petani kakao adalah PT Biokonversi.
Kerjasama awal dilakukan dalam jangka enam bulan.
"Nutuh waktu hingga 2,5 tahun untuk mengetahui hasil produktivitasnya," kata
Direktur PT Biokonversi Muhammad Haris. Pihaknya akan melakukan kerjasama secara bertahap.
"Kami ingin mencoba memanfaatkan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas petani kakao di Batang," jelasnya.
- Promosi Produk Digital, Mudahkan UMKM 'Naik Kelas'
- Bukan Orang Miskin, Jangan (Lagi) Membeli LPG Bersubsidi...
- Mulai Hari Ini, Warga Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap Bisa Daftar di Situs Subsidi Tepat MyPertamina