Arus lalu lintas di Kota Semarang setiap hari masyarakat selalu berhadapan dengan macet dimana-mana. Semarang wilayahnya sering disebut warganya dibagi dua, bagian atas dan Semarang bawah.
- Pemkot Semarang Perbaiki Truk Sampah Butut
- Hendrar Prihadi : Kita Hormati Proses Hukum
- Peningkatan Produksi Pangan Jadi Prioritas Pemkot Semarang
Baca Juga
Namun, setiap pagi dan sore hari tak ada bedanya. Dimana-mana macet pasti dihadapi dan jadi keluhan para pengguna jalan.
Apalagi bila membahas jalan penghubung, antara Semarang atas dan bawah dipisahkan tanjakan Gombel. Selain terkenal dengan mitos angkernya, padatnya kendaraan juga menjadi santapan harian masyarakat setiap hari lewat.
Jalan tanjakan dan turunan Gombel bagi masyarakat dinilai ekstrem dan berbahaya. Tanjakannya terjal dan jalur turunan ke arah bawahnya, sempit, bergelombang, dan langganan macet. Keluhan itu sudah puluhan tahun, tetapi hingga sekarang masih sama, tak ada pembangunan.
Membahas tentang hal ini, Pengamat Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno memiliki konsep sekaligus masukkan tata wilayah masa depan bagi Semarang. Menurut pemikirannya, Gombel sudah tidak efektif menampung kendaraan dan terlalu riskan.
Seharusnya, kata Djoko, akses alternatif lain juga dapat mendukung agar beban kendaraan tidak menumpuk di jalur penghubung antara wilayah atas dan bawah Semarang itu. Sejak dulu, rencana pembangunan jalur baru sampai sekarang hanya sekedar angan-angan padahal sangat dibutuhkan masyarakat.
"Gombel dijadikan akses sehari-hari kesannya memaksakan sekali jalurnya ekstrem terjal dan kecil. Padahal, sejak dulu rencana pembangunan jalur baru untuk memecah kepadatan arus lalu lintas sudah ada tetapi tidak jadi-jadi. Kalau tetap mengandalkan jalan lama kok rasanya tidak mungkin perjalanan bisa nyaman dan cepat dari daerah Banyumanik, Tembalang, ke pusat kota," terang Djoko.
Kurun beberapa tahun dengan laju pertumbuhan ekonomi pesat sekarang ini dan jumlah kendaraan terus meningkat, Djoko memprediksi, membuat lalu lintas di Semarang semakin padat. Tentu itupun bakal langsung dirasakan masyarakat.
Melihat kejadian baru saja lalu, justru Djoko pesimis dengan masalah kemacetan di Kota Semarang tambah memprihatinkan.
Seperti sewaktu terjadi kecelakaan di turunan Gombel lama, meski arus lalu lintas dipecah dengan sistem satu jalur, nyatanya tidak berhasil teratasi, malah macet terjadi luar biasa. Djoko menggunakan contoh itu sebagai bahan analisa.
Solusi terbaiknya dan realistis, sebut Pengamat Transportasi itu, ya hanya itu, ada jalur baru atau minimal akses lain untuk alternatif.
"Beberapa waktu lalu kan ada kecelakaan di Gombel, arus lalin tidak gerak. Jalur baru yang tanjakan ke arah atas itu, sebenarnya lebar sekali to? Tapi cukup? Kadang-kadang tidak disadari kendaraan melintas terlihat sedikit namun sangat banyak sekali. Apalagi jalur Gombel merupakan akses satu-satunya, kalau dikatakan seperti itu kan. Bisa sebagai opsi, mungkin dengan fly over penghubung terusan dari Jatingaleh langsung sampai Tembalang, contoh. Atau jika kurang, akses lain dibuat untuk dimanfaatkan sebagai alternatif. Banyak sebenarnya opsi untuk mengatasi masalah klasik kemacetan," demikian jelas Djoko.
- Pemkot Semarang Perbaiki Truk Sampah Butut
- Hendrar Prihadi : Kita Hormati Proses Hukum
- Peningkatan Produksi Pangan Jadi Prioritas Pemkot Semarang