Semarang Capai Suhu Tertinggi Hingga 37 Derajat Celcius

Suhu panas yang dirasakan dua minggu terakhir di Kota Semarang merupakan pengaruh pergerakan matahari yang memang terjadi setiap tahunnya.


Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang, Iis Widya Harmoko mengatakan secara klimatologis pada bulan Agustus hingga September suhu udara memang akan mengalami kenaikan. Bahkan di kota Semarang, diprediksi puncak tertinggi suhu udara panas akan terjadi pada bulan Oktober. Nantinya setelah bulan Oktober suhu akan mengalami penurunan dan kembali akan naik mulai bulan Februari.

"Hal ini terjadi karena gerak semu dari matahari, dimana saat ini posisi matahari sedang menuju ke Selatan, dan pada pertengahan September matahari akan berada di atas khatulistiwa, namun untuk Jawa Tengah akan terjadi pada bulan Oktober," terang Iis saat ditemui RMOL Jateng, Rabu (1/9).

Iis menyebut, nantinya pada puncaknya akan terjadi fenomena hari tanpa bayangan dan disinilah suhu tertinggi setiap tahunnya akan mencapai puncaknya. Pada bulan oktober tahun 2021 ini, diprediksi suhu tertinggi tercatat 35-37 derajat celcius.

"Kami pernah mencatat di Jawa Tengah khususnya di Semarang pernah tercatat 39,4 derajat celcius pada tahun 2019," bebernya.

Diakui Iis, suhu udara di kota Semarang perlahan mulai naik sejak tanggal 17 Agustus 2021 yakni pada angka 33 derajat celcius, dan pada hari ini tercatat suhu udara di Semarang mencapai 34 derajat celcius. 

Selain faktor pergerakan matahari, dia mengatakan sedikitnya perawanan yang ada di wilayah Kota Semarang juga menjadi salah satu penyebab suhu udara meningkat. Pasalnya, jika awan sedikit maka radiasi matahari akan masuk ke bumi dengan sempurna dan membuat suhu udara meningkat.

"Selain itu kita lihat dari kondisi lingkungan, jika lingkungan tersebut lebih banyak bangunan beton atau bangunan yang tidak menyerap panas maka akan terasa panas, berbeda dengan lingkungan yang lebih banyak pohonnya maka akan terasa beda," paparnya.

Dia menyebut kota-kota besar atau metropolitan termasuk Semarang kerap kali disebut Urban Heat karena memiliki potensi suhu panas yang lebih besar yang disebabkan wilayah demografinya. Namun fenomena panas terik dengan suhu udara tinggi ini adalah fenomena yang terjadi setiap tahunnya terutama menjelang bulan Oktober, meski dengan kondisi yang berbeda pada tiap tahunnya.

Selain suhu yang meningkat, biasanya fenomena panas ini disertai dengan hembusan angin yang cukup kencang yang menandakan musim kemarau. Tapi seiring dengan datangnya musim penghujan, angin akan perlahan berkurang intensitasnya.

"Angin ini wajar tapi bukan puting beliung, biasanya ketika suhu tertinggi pada bulan Oktober di Jawa Tengah adalah periode peralihan musim atau pancaroba, saat kondisi ini akan sering terjadi bencana seperti angin kencang, hujan dengan intensitas tinggi dan tiba-tiba, jadi masyarakat tetap waspada," ujarnya.

Iis menghimbau kepada masyarakat Kota Semarang untuk tidak perlu terlalu panik, karena fenomena ini memang terjadi setiap tahunnya. "Jaga kesehatan saja karena ketika suhu panas maka orang mudah haus dan dehidrasi, apalagi masih pandemi yang kita rawan sakit, jadi tetap jaga kesehatan, makan yang bergizi dan istirahat cukup," pesannya.