Senyum Bahagia Warga Kaki Gunung Sindoro Diami Rumah Baru

Kades Campursari, Mugiyono (kiri) bersama Wahono, salah seorang warga penerima bantuan rehab RTLH di depan rumah yang telah selesai dibangun dengan dana yang berasal dari bantuan Gubernur Jawa Tengah itu. RMOL Jateng
Kades Campursari, Mugiyono (kiri) bersama Wahono, salah seorang warga penerima bantuan rehab RTLH di depan rumah yang telah selesai dibangun dengan dana yang berasal dari bantuan Gubernur Jawa Tengah itu. RMOL Jateng

Senyum warga kaki Gunung Sindoro merekah mendiami rumah baru menggantikan bangunan tua berdinding kayu dan berlantai tanah. Rumah tak hanya bangunan terdiri susunan bata, melainkan tempat berteduh raga sekaligus rasa.


Waktu seolah berhenti di Dusun Tambaksari, Desa Campursari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, terletak di ketinggian 1.360 mdpl tepatnya kaki Gunung Sindoro. 

Wajah desa tak banyak berubah. Pembangunan kurang begitu terlihat, lahan pertanian terhampar di setiap sisi jalan dan kesejukan udara masih kental terasa. 

Bagi masyarakat di Desa Campursari menggarap sawah tembakau dan tanaman hortikultura seperti cabai menjadi tumpuan. Sesekali bekerja serabutan pada bulan-bulan di luar musim panen. 

Mereka tinggal di daerah tersebut secara turun tumurun serta meninggali rumah yang sama selama puluhan tahun. Kini, bangunan tua berdinding kayu dan berlantai tanah di desa mulai berubah pondasi batu bata. 

Rona bahagia tampak menghiasi wajah warga penerima bantuan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), Wahono melihat rumah berdinding batu bata. “Rumah adalah tempat kembali pulang, burung berterbangan saja pulang ke rumah (sangkar),” ungkap salah satu warga Wahono (39) sembari melihat rumah baru saat ditemui RMOL Jateng, pada Sabtu (1/10). 

Pria kelahiran 1983 ini telah tinggal di rumah tersebut sejak lahir. Sebagai anak bungsu, dia menempati rumah tersebut dengan apapun kondisinya.

Garis senyumnya tertarik saat mengagumi rumahnya mulai terlihat samar. Pembicaraan tentang rumah menuntun pada kenangan masa kecil tinggal di rumah kayu berusia tua. 

Saat itu rumah semakin memprihatinkan saat cuaca buruk disertai angin. Kondisi semakin kurang nyaman ditambah becek di beberapa sudut rumah karena masih lantai tanah. 

“Tiap hujan bocor, ada ember untuk wadah air di dalam rumah. Kadang saya naik ke genteng saat hujan kalau bocornya lebar. Paling sedih kalau ada angin kencang,” ujarnya bercerita.

Saat ini Wahono tinggal bersama sang ibu, istri dan dua anak. Hasil menghimpun upah digunakan untuk menambah biaya. Ada kalanya dia menjual kambing maupun utang untuk menutup kekurangan pembangunan rumah. 

“Cita-cita dari kecil dan bertekad membangun rumah untuk keluarga. Setiap (masa) panen jadi lebih bersemangat untuk menabung,” kata dia. 

Meski begitu, keseluruhan pembangunan belum selesai. Proses renovasi berlangsung mulai Juli hingga September 2022. Demi menekan pengeluaran, Wahono terjun langsung dalam proses pembangunan tersebut. 

Alhasil, bagian depan, ruang tamu, ruang keluarga dan dua kamar sudah bisa dijadikan tempat berteduh. Lantai rumah sudah diplester semen sehingga lebih rapi. 

Sedangkan, bagian dapur masih berupa susunan kayu-kayu tua dengan warna kusam. Maklum saja, mereka masih menggunakan kayu bakar untuk mengolah makanan. 

“Yang penting tidak bocor dulu, dapur nunggu rejeki,” ucap Wahono sembari mesam-mesem. 

Ikhtiar menggerakkan mimpi Heri Andrian (22 tahun) memiliki pesanggrahan idaman. Ayah satu anak ini sehari-hari bekerja di bengkel. Sang ibunda, Sumarwati yang mendapatkan bantuan pada bulan Juli 2022 namun sayang selang satu bulan meninggal dunia.

“Matur nuwun sanget dan saya tetap meneruskan pembangunan rumah untuk istri dan anak saya,” ungkap dia.

Laki-laki lulusan SMK ini menumpuk gaji hingga memiliki cukup tabungan. Cita-cita sedari kecil membangun rumah membuatnya pontang-panting bekerja. Selain bekerja di bengkel, dia juga menjual irisan daun tembakau untuk dilinting. Dia memanfaatkan sosial media seperti WhatsApp sebagai promosi. Hasilnya pun lumayan hingga bisa menutup kekurangan membangun rumah sekitar Rp20 juta. 

Rumah impiannya memiliki tiga kamar tidur berukuran luas, area dapur lebih longgar dan kamar mandi layak. Ada satu kenangan yang membuat tekadnya semakin bulat renovasi rumah. Rumah lama dari anyaman bambu dan kayu tua terlihat kusam belum sepenuhnya dibongkar. 

“Saat itu hujan deras dan atap rumah bunyi kriek kriek seperti mau ambruk. Dari bantuan ini saya ingin punya rumah lebih sehat untuk anak saya,” kata dia.

Mimpi mendiami rumah idaman juga dimiliki Muardi (36). Dahulu, rumah mungil dari kayu-kayu tua ditinggali delapan anggota keluarga yakni dengan enam anaknya. Namun, saat ini hanya ditinggali dia dan sang ibunda, Supinah. 

“Saya anak bungsu jadi tetap tinggal di sini. Rumah ini iuran dari anak-anak lain untuk memperbaiki rumah ibu,” terang dia. 

Sama seperti ke dua tetangga lainnya, rumah lama juga harus bertahan di tengah cuaca buruk. Kenangan masa kecil itu terus diingat hingga sekarang hingga bertekad memperbaiki rumah orangtua. 

“Dulu kalau hujan ya banyak ember di dalam rumah,” kata dia. 

Warga desa Campursari, Muardi (kanan) di depan rumah yang sedang dibangun dengan bantuan program RTLH dari Gubernur Jateng. RMOL Jateng

Dalam pembangunan rumah baru juga memperluas ukuran rumah. Hal ini agar mempermudah untuk tempat berkumpul saat saudara-saudara lain pulang ke rumah.

Bantuan Menstimulasi Mimpi Jadi Kenyataan 

Pemerintah baik Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Temanggung memberikan sejumlah bantuan RTLH guna mendorong warga memiliki rumah impian sekaligus layak dihuni. 

“Kalau tidak ada stimulus dari Pemprov sebesar Rp12 juta, rumah penduduk ya tetap begini,” ungkap Kepala Desa Desa Campursari, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung, Mugiyono sembari menujuk rumah kayu salah satu warga yang mulai lapuk diterjang waktu. 

Warga Desa Campursari, Heri Andrian bersama istri dan anaknya di depan rumah yang sedang dibangun dengan dana bantuan program RTLH dari Gubernur Jateng. RMOL Jateng

Dicontohkan, rumah salah satu penduduk yang enggan merenovasi rumah. Alasannya dana tambahan untuk membangun rumah masih belum tersedia. 

“Kami tidak memaksa, yang bisa kami lakukan adalah mengajukan agar warga mendapatkan bantuan,” ungkap Mugiyono lagi. 

Para warga berdalih jika panen berhasil akan memiliki modal untuk melanjutkan membangun rumah. Sebaliknya, jika panen gagal untuk kebutuhan sehari-hari saja kesulitan. 

Bantuan keuangan tersebut digunakan untuk membangun pondasi mulai dari atap, dinding dan lantai. 

Berdasarkan catatan, tahun 2022 sekitar 80 kepala keluarga mendapatkan kucuran bantuan keuangan desa penanganan rumah tidak layak huni (RTLH) Provinsi Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut sekitar 50 rumah warga sudah berdiri. 

Sedianya, sekitar 133 rumah warga yang diajukan ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Namun, sekitar 53 rumah yang diajukan masih ditolak. 

“Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya desa kami mendapatkan banyak bantuan,” ungkap Kaur Perencanaan Pembangunan Dusun Tambaksari, Desa Campursari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Ahmat Sodiq. 

Tahun lalu hanya ada tiga rumah yang mendapatkan persetujuan. Begitu pun tahun sebelumnya. 

Adapun kriteria warga untuk mendapatkan bantuan meliputi penghasilan rata-rata di bawah UMK Kabupaten Temanggung, struktur rumah serta sertifikat tanah tidak bersengketa. 

“Perangkat desa harus aktif karena wajib memasukkan data ke SIMPERUM (sistem informasi perumahan). Setelah kami survei dan layak mendapatkan bantuan, saya ajukan melalui aplikasi tersebut,” kata dia. 

Kabid Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Dinas Perumahan Rakyat, Permukiman Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Temanggung Wirawan, ST.,MT menambahkan, pihaknya mencatat masih terdapat 13.586 rumah yang masuk dalam kategori rumah tidak layak huni.

“Sementara pada 2022, 1.481 rumah yang tidak layak huni yang ditangani,” tukas Wirawan. 

Adupan jumlah rumah di wilayah Temanggung tercatat sebanyak 217.652 unit. 

Dia mengharapkan, semua perangkat desa pro aktif dalam mengusulkan pengajuan bantuan bagi warga yang membutuhkan. Di samping itu, alokasi penerima bantuan meningkat setiap tahun.