Sektor pariwisata kota Semarang yang turut merasakan dampak ekonomi selama pandemi adalah Kampung Pelangi. Kampung yang berada di wilayah Randusari ini sejak 2017 menjadi spot wisata swafoto dengan latar belakang rumah warga yang dicat berwarna warni lengkap dengan lukisan dan mural di dinding-dinding rumah warga.
- Festival Muria Jazz Kudus Hadirkan Nuansa Unik dan Menarik View Pegunungan
- Cimory Group Jajaki Investasi Wisata di Purbalingga
- Temanggung Siapkan Objek Wisata Sambut Libur Natal Dan Tahun Baru 2025
Baca Juga
Sektor pariwisata kota Semarang yang turut merasakan dampak ekonomi selama pandemi adalah Kampung Pelangi. Kampung yang berada di wilayah Randusari ini sejak 2017 menjadi spot wisata swafoto dengan latar belakang rumah warga yang dicat berwarna warni lengkap dengan lukisan dan mural di dinding-dinding rumah warga.
Namun semenjak adanya pandemi, pada awal tahun 2020 Kampung Pelangi resmi di tutup sementara untuk kedatangan wisatawan baik lokal maupun luar kota, hingga akhir tahun 2020. Setidaknya ada sekitar 3000 KK yang menghuni Kampung pelangi turut merasakan pahitnya dampak pandemi Covid.
Tapi selama Kampung Pelangi di tutup bagi wisatawan, warga di dua RW Kampung Pelangi mengandalakan pendapatan dari pembuatan bunga kertas untuk karangan bunga serta bunga ronce untuk pemakaman.
"Selama pandemi pendapatan kami turun drastis dari Kampung Pelangi ini, kami hanya mengandalkan dari pengrajin bunga kertas dan bunga ronce, jadi meski Kampung Pelangi sepi, tapi masih ada pemasukan dari pembuatan bunga kertas untuk karangan bunga," kata Ketua Pokdarwis Kampung Pelangi, Slamet Widodo, Selasa (25/5).
Ndan Slawi, sapaan akrab Slamet Widodo, mengatakan semenjak pandmei, pihaknya patuh pada instruksi Gubernur, Walikota dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menutup tempat wisata untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Padahal saat awal pandemi menyerang, Kmapung Pelangi direncanakan akan dilakukan pengecatan ulang untuk mempercantik kampung oleh Pemerintah Kota Semarang.
"Selama pandemi kami mendapat instruksi dari Pemerintah Daerah untuk tutup, jadi awal-awal pandemi kami tutup hingga akhir tahun, namun karena ini kampung biasa jadi kita tidak bisa melakukan pengawasan khusus sehingga jika ada wisatawan datang hanya beberapa saja tidak seperti biasanya yang sampe menimbulkan kerumunan," jelas Ndan Slawi.
Meski saat ini Kampung Pelangi sudah kembali dibuka untuk wisatawan, namun Pengurus Pokdarwis selalu melakukan pengawasan terkait protokol kesehatan yang dilakukan oleh pengunjung kampung.
"Pengawasannya kami bekerjasama dengan warga, jadi jika ada orang luar masuk ke kampung langsung diumumkan ke kami, tapi jika hanya beberapa orang saja kami persilakan yang penting tidak menimbulkan kerumunan, bahkan disetiap rumah warga sudah tersedia tempat cuci tangan," pungkasnya.
- Disbudpar Semarang Berencana Tingkatkan Pariwisata Berdasar Kunjungan Wisatawan Libur Lebaran 2025
- HM Rohaini Dorong Pemkot Semarang Promosikan Museum Kota Lama di Kalangan Pelajar
- Ragam Kuliner Pantura Pekalongan: Ajang Pesta Rasa dari Barat hingga Timur Jawa