Sosok Gibran Dalam Peristiwa Budaya', Diulas Dalam Buku 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis'

Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo tertuang dalam sebuah karya tulis non fiksi berjudul 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis'.


Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo tertuang dalam sebuah karya tulis non fiksi berjudul 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis'.

Arti dari judul buku dari judul tersebut ‘Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis’ adalah apabila menang biasa saja dan apabila kalah tidaklah perlu malu.

Buku karya Ahmad Bahar ini mengangkat pencalonan putra sulung presiden ini karena Gibran menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan tapi bagian dari peristiwa budaya, bukan peristiwa politik

Saat berbincang dengan awak media, Ahmad Bahar sebut buku yang digarap selama enam bulan ini menyajikan kupasan ringan sosok seorang Gibran dengan fenomenanya.

"Di sini saya tegaskan ini bukankah sebuah biografi. Namun, ini hanya opini dan kajian terbuka. Dalam buku ini Gibran saya tulis sebagai peristiwa budaya," paparnya, Selasa (27/10).

Dalam ulasan buku yang akan diluncurkan resmi pada tanggal 3 November 2020 mendatang menjabarkan Gibran sebagai sosok milenial yang banyak melampaui pakem yang sudah ada jauh sebelumnya. Salah satunya yaitu rekomendasi dia sebagai calon wali Kota Solo.

"Dalam prosesnya (pencalonan) banyak yang dilangkah, dengan mendapatkan restu langsung dari ibu Mega. Fenomena inilah yang saya jabarkan yakni (sosok) Gibran sebagai peristiwa budaya," imbuhnya.

Sosok Gibran menjadi pembicaraan saat memutuskan untuk maju dalam bursa pencalon Wali Kota Solo. Gibran, perwakilan milenial, simbol tentang masa depan, dan salah satu bibit, calon pemimpin masa depan.

"Itu bisa dimulai dari sekarang. Kalau saat ini (pencalonan Wali Kota Solo) latihan, ya boleh saja," ungkap pria asli Jawa Timur ini.

Buku karangan Ahmad Bahar yang memiliki nama pena Juminem ini setebal 153 halaman dan ada beberapa bagian-bagian sub judul. Cetakan pertama dibuat 15 ribu eksemplar.

Dalam salah satu sub judul buku ini berisi tentang ‘Uwis Wayahe’ dalam hal ini diulas kalau sosok Gibran muncul mungkin sudah waktunya anak muda tampil di muka (sebagai calon).

"Tapi masalahnya kenapa harus anak muda yang merupakan anak dari Jokowi. Apakah yang lain tidak ada yang lebih hebat dan mampu, hanya saja ada daya tarik dan data lebihnya, karena dia anak dari seorang Presiden," tandasnya.

Sebelumya Ahmad Bahar juga pernah menulis buku tentang Presiden Republik Indonesia (RI) Jokowi dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin.