Tiga Pendeta di UKSW Menyandang Predikat Doktor Sosiologi Agama

MENYANDANG: Tiga Pendeta Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Menyandang Doktor Sosiologi Agama (DSA), Sabtu (10/02). Foto: Erna Yunus B/RMOLJateng
MENYANDANG: Tiga Pendeta Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Menyandang Doktor Sosiologi Agama (DSA), Sabtu (10/02). Foto: Erna Yunus B/RMOLJateng

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), kembali melahirkan 3 (tiga) Doktor Sosiologi Agama (DSA), Sabtu (10/02).


Ketiga pendeta tersebut ialah Prof. Ps. Sonny Eli Zaluchu, M.A., M.Th, D.Min, D.Th., Pdt. Hendrika Yovania Karubaba, S.Th, M.Si., dan Pdt. Erna Maria Ayal. S.Th., M.Mis.

Dalam sidang yudisium yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Teologi Pdt. Izak Lattu, Ph.D, dan didampingi oleh Wakil Dekan Pdt. Irene Ludji, MAR., Ph.D., Ketua Program Studi (Kaprodi) Doktor Sosiologi Agama Dr. Suwarto, dan promotor Pdt. Dr. Tony Tampake, ketiga doktor tersebut memaparkan orasi ilmiahnya.

Dengan lulusnya ketiga doktor tersebut, DSA UKSW telah meluluskan sebanyak 31 doktor.

Ketiganya menyandang jabatan pendeta dan menerima kelulusan dengan mendapatkan predikat terpuji atau cum laude.

Secara resmi, ketiganya menyandang gelar Doktor setelah melalui sidang yudisium Fakultas Teologi UKSW.

Pdt. Izak Lattu, Ph.D., dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada ketiga doktor yang telah menerima yudisium karena telah memilih UKSW untuk mengembangkan keilmuannya yang berbeda.

Ia juga mengungkapkan syukur bahwa di momen spesial hari pekabaran Injil ke-169 di Tanah Papua, lahir dua doktor perempuan di UKSW yang melayani di lingkungan gereja Injili Tanah Papua.

"Kami turut berbahagia atas pencapaian ini, dan kiranya pencapaian ini dapat dikembangkan lagi untuk menguji penelitian mahasiswa dan mengisi perkuliahan di UKSW, serta memberi kontribusi pada almamater," tuturnya.

Sementara itu kekhususan yang dimiliki oleh Prof. Ps. Sonny Zaluchu adalah ia tak hanya lulus dengan predikat terpuji dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.96 tapi juga menerima tiga penghargaan sekaligus dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID).

Ketua Umum dan Pendiri LEPRID Paulus Pangka, S.H., menyerahkan secara langsung penghargaan tersebut.

Tiga penghargaan tersebut yaitu Guru Besar Ilmu Teologi pertama yang diangkat dalam lingkup Sekolah Tinggi Teologi Kristen Se-Indonesia, Direktur Jenderal Dinas Kristen, Kementerian Agama Republik Indonesia.

Sementara, dua penghargaan lainnya ialah Insan Indonesia di Pulau Terluar Pertama yang Menjadi Guru Besar dalam Ilmu Teologi, dan Guru Besar Profesor Pertama di Kalangan Sekolah Tinggi Teologi Se-Indonesia dan UKSW yang diyudisium Sebagai Doktor.

"Penelitian saya melibatkan dua puluh tiga literatur ini mengupas definisi agama digital, pergeseran definisi agama digital, pergeseran yang terjadi dalam praktik agama digital terkait ruang sakral, otoritas, identitas, ibadah daring, persekutuan, dan sakramen; pandangan teologis tentang agama digital; dan pandangan sosiologis tentang agama digital," beber Sonny Zaluchu.

Prof. Ps. Sonny Zaluchu memaparkan disertasi berjudul “Agama Digital (Digital Religion) dan Rekonstruksi Praktik Beragam: Analisis Systematic Literature Review (SLR)”.

Dari hasil disertasinya, pendeta yang telah menerima gelar profesor sebelum menerima kelulusan doktor ini menuturkan bahwa agama digital adalah pelaksanaan praktik keagamaan secara online sehingga batas offline-online tidak dapat dibedakan.

Sementara itu, lulus dengan IPK 4.00, Pdt. Hendrika Yovania Karubaba memaparkan disertasi berjudul “Tamne Yisan Kafase Sebagai Upaya Pendekatan Pendampingan dan Konseling Masyarakat untuk Memberdayakan Perempuan Korban Ketidakadilan Gender di Distrik Arso Kabupaten Keerom – Papua”.

Hasil penelitian wanita asal Jayapura ini mengemukakan bahwa perempuan dan laki-laki perlu membangun sinergitas dan kemitraan sejati untuk mengatasi persoalan ketidak adilan gender melalui nilai-nilai kearifan lokal Tamne Yisan Kafase yang berarti bersatu untuk membangun.

Satu lulusan berikutnya, Pdt. Erna M. Ayal memaparkan disertasinya yang berjudul “Sakralitas WAM: Dalam Ritual Imag dari Perspektif Pendampingan dan Konseling Keindonesiaan di Masyarakat Lembah Balim". Menurut peraih IPK 3.91 asal Sorong Papua Barat Daya ini, disertasinya dapat bermanfaat untuk masyarakat Balim agar dapat memiliki dan mewarisi nilai-nilai baik.