Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus, Upaya Menjaga Jejak Peradaban

Penjabat Bupati Kudus Hasan Chabibie berdoa bersama dalam tradisi buka luwur di depan makam Sunan Kudus.
Penjabat Bupati Kudus Hasan Chabibie berdoa bersama dalam tradisi buka luwur di depan makam Sunan Kudus.

Tradisi buka luwur atau penggantian kain penutup makam dan pembagian nasi jangkrik, merupakan proses penting yang mewariskan jejak toleransi Sunan Kudus. Pesan toleransi tersebut harus dilestarikan warga Kudus pada umumnya.


Pesan tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Kudus Dr. M. Hasan Chabibie, usai menghadiri doa bersama dalam tradisi buka luwur di Masjid dan Makam Sunan Kudus, Selasa (16/07).

"Buka luwur ini tradisi yang luar biasa. Sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Kita meneladani apa yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Kudus, yang sudah memberi ruh semangat bagi warga Kudus dan sekitarnya," ujar Hasan Chabibie.

Menurut Hasan Chabibie, buka luwur dan pembagian nasi jangkrik memiliki makna mendalam. Dengan segala keunikan, nilai dan filosofinya, menjadi bagian penting dari semangat warga Kudus menjaga jejak peradaban.

Hasan mengaku bahwa Pemkab Kudus mendukung penuh pelestarian tradisi, sekaligus bersama-sama warga menjadi identitas religiusnya. Ia menyebut tradisi buka luwur dan pembagian nasi jangkrik memang punya pesan toleransi yang tinggi.

"Jadi ini kan sekalin ngalap berkah, saling silaturahmi, doa bersama, juga ada pesan toleransi. Kanjeng Sunan Kudus dikenal dengan semangat toleransinya, tidak menyembelih sapi. Nilai ini yang dipegang warga hingga sekarang ini," jelasnya.

Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa Pemkab Kudus mendukung penuh upaya-upaya pelestarian tradisi di kawasan Kudus.

Sebagai informasi, buka luwur dihadiri ribuan warga dari Kudus dan sekitarnya. Mereka menunggu pembagian nasi jangkrik khas Menara Kudus, serta momentum ngalap berkah sejak pagi hari pukul 04.00.