Semarang punya sebutan Kota Atlas. Atlas sendiri merupakan akronim atau singkatan dari Aman, Tertib, Lancar dan Sehat.
Namun semua akronim itu sepertinya hanya lips service belaka. Tak ubahnya sebuah stigma metafora pengakuan para pemilik kuasa di Semarang.
Buktinya, Semarang tidak aman dengan Gangster, tidak tertib karena sering macet dan tidak lancar di kala hari libur.
Dan yang menarik lagi, tidak sehat karena masih banyak warganya yang hidup cukup miris tanpa ada bantuan apapun, meski begitu banyak bantuan sosial dari pemerintah.
Tak percaya?. Tanya pada Tukimin (97). Tinggal di sebuah gerobak kecil tak jauh dari bantaran kali Semarang. Tepatnya Jalan Inspeksi, kawasan Pecinan.
Tukimin hidup dengan hanya mengandalkan keyakinan teguhnya terhadap Tuhan.
Gerobak dorong yang biasa digunakan membawa barang itu terpakir permanen dengan roda yang masih terpasang dan disulap menjadi tempat tinggal dengan beratapkan seng bekas.
Dengan perabot seadanya, pria asal Madiun ini menghangatkan makanan yang di beri oleh orang untuk dia makan sehari-hari.
Pria yang akrab disapa mbah Imin ini memilik seorang anak yang kondisinya jauh berbeda dengan dirinya, namu dia tidak ingin tinggal bersama anak dan kelima cucunya.
"Saya disuruh tinggal disini oleh pak RT untuk menjaga kawasan ini. Sebelumnya kawasan ini sering terjadi kejahatan, makanya saya disuruh tinggal disini, ungkap Tukimin, Selasa (21/5).
Dengan kondisi badan yang kurus dan kering, Tukimin mengaku tidak pernah sakit. "Saya tidak pernah sakit, sekalinya sakit saya langsung berdoa kepada Tuhan dan langsung sembuh", ujarnya.
- Puncak Arus Mudik, One-Way Akan Diberlakukan Dari Gerbang Tol Cikatama-Kalikangkung
- Wawali Iswar Aminuddin Apresiasi Bazar Ramadan Muktiharjo Kidul
- Polisi Terduga Pembunuh Bayi Terancam Dipecat Dan Jalani Sidang Etik