Puja Samadi Uposatha menjadi ritual wajib yang dilakukan umat budha pada saat bulan purnama. Tepat dini hari saat bulan purnama hingga pukul 5 pagi tadi, ritual diadakan di Bukit Kasap, Semarang, yang konon adalah bekas reruntuhan Vihara 2500 Buddha Jayanti atau bekas vihara pertama yang ada di Indonesia.
- Akademisi : Fest Pesisiran Harus Konsisten!
- Tuk Panjang Pasar Imlek Semawis, Ada Sajian Makanan Khas Simbol Keberagaman Semarang
- Yayasan Rumah Lengger Tampilkan Metamorfosa Lengger
Baca Juga
Puja Samadi Uposatha menjadi ritual wajib yang dilakukan umat budha pada saat bulan purnama. Tepat dini hari saat bulan purnama hingga pukul 5 pagi tadi, ritual diadakan di Bukit Kasap, Semarang, yang konon adalah bekas reruntuhan Vihara 2500 Buddha Jayanti atau bekas vihara pertama yang ada di Indonesia.
Ritual dilakukan oleh biksu dan calon biksu yang ada di sekitar vihara yang terletak di desa Pakintelan, kecamatan Gunungpati. Salah satu Calon biksu, Samanera Santi Phalu, mengungkapkan jika acara ini adalah sebuah pengulangan janji kebikuan.
Sebenernya ini acara biasa untuk komunitas biksu, bhikkhu,samanera di bulan purnama itu melakukan pengulangan janji atau tertib peraturan kebhikkhuan, sementara kalo samanera itu meminta tuntunan sila, tuntunan latihan. kebetulan malam ini malam purnama, momentumnya itu biasanya kalo di vihara-vihara ada kebiasaan mengulang peraturan itu, kita yang di semarang ini memanfaatkan suatu tempat yang bersejarah namanya Bukit Kasap,†jelas Santi Phalu di vihara pakintelan, Jumat malam (30/10).
Dalam ritual yang diadakan di Bukit Kasap, nantinya upasaka dan upasika atau umat Buddha yang turut hadir akan memohon tuntunan 5 dasar kemoralan untuk umat Buddha.
Santi Phalu yang mengikuti ritual Puja Samadi Uposatha ini adalah seorang calon biksu yang ditempatkan di vihara ini. Dirinya juga menjelaskan bahwa desa pakintelan adalah desa pemeluk Budha pertama di Indonesia pada masa kemerdekaan atau setelah runtuhnya Majapahit.
Berdasarkan data wawancara pada sesepuh yang rata-rata usianya diatas 75 tahun, kemudian sumber primer asli dari majalah buddhis indonesia , majalah 2500 buddha jayanti diketahui bahwa dahulu di tahun 56 sampai tahun 60 an itu hampir lebih dari 90% penduduk desa sini adalah pemeluk budha,†imbuhnya.
Bisa dibilang, desa Pakintelan adalah desa pemeluk Budha pertama di Indonesia. Hal ini karena pada masa pembangunan vihara, warga desalah yang bahu membahu mendirikan vihara.
Pada waktu itu agama itu tidak seperti hari ini, semua orang harus memeluk agama dan terdaftar di KTP, dan disini karena dekat dengan vihara dan rata-rata membantu berdirinya vihara di sekitar sini maka secara tidak langsung pelan-pelan memeluk agama budha, dan bisa dikatakan di desa pakintelan ini adalah desa pemeluk budha pertama di indonesia di era kemerdekaan atau pasca runtuhnya majapahit,†jelasnya.
Namun seiring waktu, penduduk Pakintelan tidak sepenuhnya memeluk Budha karena sudah masuknya pendatang dan juga perkawinan.
Karena perkembangan zaman dan keadaan maka pemeluknya menyusut, karena perkawinan, kesadaran sendiri mereka memeluk dan belajar agama lain, dan ini tidak ada persoalan tetep guyub dan rukun antara satu saudara dengan saudara yang lain.†Pungkasnya.
- Wawalkot Tegal Belajar Membatik di Museum Batik Pekalongan
- Terong Susu Simbol Keberlimpahan Rezeki dan Kemakmuran, Mulai Hiasi Rumah Jelang Imlek
- Event SNC 2025 Membludak, Wali Kota Agustin Antusias Ke Depan Untuk Tingkatkan Nilai Ekonominya