- Terseret Ombak di Pantai Ketawang, Dua Remaja Berhasil Diselamatkan
- Pimpinan Ziarah ke KH. Asmorosufi, Wabup Wonosobo : Semangat dan Kiprahnya Harus Diteladani
- Kabupaten Wonosobo Jadi Terbaik ke 5 Pengelola JDIH se Jateng
Baca Juga
Dusun Giyanti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo memiliki sebuah tradisi yang unik, yaitu Rakanan.
Rakanan Giyanti yang diadakan setiap tahunnya ini untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Dusun Giyanti ke 269 tahun.
Tradisi Rakanan setiap tahunnya dilaksanakan setelah tanggal 1 Muharam (Sura) pada hari Jumat Kliwon dengan berbagai rangkaian kegiatan untuk melestarikan kebudayaan.
Sekretaris Desa (Sekdes) Kadipaten Kecamatan Selomerto, Tatag Taufani mengungkapkan, bahwa berbagai rangkaian acara digelar dalam tradisi tahun ini, termasuk tradisi rakanan, pertunjukan kesenian, atraksi kobol-kobol, pentas wayang kulit, wisuda lengger, tradisi mesusi beras, dan sholawatan. Ada 14 lengger yang telah menjalani prosesi wisuda pada 10 Juli 2024 lalu.
"Dusun Giyanti tahun ini berusia 269 tahun, masyarakat percaya bahwa berdirinya Giyanti semenjak adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1.755," ucapnya.
Sebelum puncak acara tradisi Rakanan yang digelar pada hari Jumat Kliwon dimulai, lebih dahulu acara puncak Rakanan diawali dengan kegiatan ziarah makam tokoh Dusun Giyanti pada pagi hari. Kemudian ada penampilan berbagai kesenian tradisional dalam tradisi Rakanan.
"Nama Rakanan ini berasal dari kata Rakan atau jajanan pasar. Mengingat dalam tradisi Rakanan, masyarakat Dusun Giyanti akan membawa sebuah wadah yang terbuat dari bambu atau mereka menyebutnya dengan tenong," ungkap Tatag yang juga seorang budayawan.
Menurutnya, tenong tersebut diisi dengan berbagai macam jajanan pasar mulai dari rames, kerupuk, buah-buahan, dan umbi-umbian. Dalam Rakanan tahun ini, ada sekitar 300 tenong yang di bawa masyarakat.
Tenong-tenong tersebut diperebutkan masyarakat dalam puncak acara rakanan. Tenong ini, lanjutnya, memiliki filosofi sebagai perwujudan mempersatukan segala perbedaan.
"Masyarakat Giyanti yang multikultural disimbolkan dengan tenong yang mampu mewadahi berbagai macam makanan. Sementara rebutan tenong ini sebagai bentuk egaliter atau persaudaraan. Jadi apa yang saya makan kamu makan, apa yang kamu makan saya juga memakannya," ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, yang hadir dalam acara tradisi Rakanan tersebut mengapresiasi kepada para pemerintah desa setempat dan masyarakat yang telah menggelar tradisi Rakanan ini.
Menurutnya, Giyanti sudah menjadi ikon Kabupaten Wonosobo dengan berbagai macam tradisi kebudayaan yang terus dilestarikan.
"Giyanti telah melahirkan penari-penari Lengger. Menurut catatan dinas pariwisata ada 1.000 lebih penari Lengger yang dididik dari Giyanti ini. Ini jadi ikon menjadi ciri khas kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo," pungkasnya.
- NGOPI Berhasil Kuak Rahasia Kecantikan Bersama Dr. Ratih Nuryanti
- Tim Dinparta Dan Satpol PP Serbu Pujasera Demak
- Pedagang Rod As Kadilangu Serbu Jepara Dan Berkolaborasi Emas Dengan Dinparta Demak