Menari Bersama Anak Desa, Jepara Bikin Kagum Wamen Giring

Istimewa
Istimewa

Wakil Menteri (Wamen) Kebudayaan Republik Indonesia H. Giring Ganesha Djumaryo kagum atas ekspresi budaya masyarakat Jepara, termasuk warga Desa Sukodono.

Kekaguman Giring tak lepas dari ragam pertunjukan seni yang ditampilkan mulai dari Tari Dewi Tri Sekti, yang terinspirasi dari tiga tokoh perempuan Jepara, yakni Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini di Pemdopo Kartini, hingga Tari Lilin yang dilakukan 70 anak-anak usia sekolah saat dirinya berkunjung ke Desa Sukodono.

Giring bersama Bupati Jepara H. Witiarso Utomo dan Wakil Bupati Muhammad Ibnu Hajar pun turut larut dalam suasana pertunjukan. Ketiganya bahkan ikut menari mengikuti gerakan anak-anak. 

Tak sampai disitu, Giring juga diajak melihat pameran hasil kerajinan olahan kayu berupa suvenir serta penampilan musik tradisional Tongtek. 

Petinggi Sukodono, Sagiman, menyampaikan bahwa ragam ekspresi seni tersebut mencerminkan hidupnya kebudayaan di tengah masyarakat. “Kami sangat menjunjung adat dan tradisi. Hampir setiap bulan kami melaksanakan tradisi,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa pendopo di samping balai desa telah dimanfaatkan sebagai sanggar seni masyarakat. Selain itu, beberapa tradisi yang rutin digelar di antaranya Bada Apem. 

Ada pula peringatan Hari Tari Sedunia yang sudah diselenggarakan tiga kali berturut-turut. Namun, ia mengungkapkan keterbatasan fasilitas seni yang dimiliki desa. 

"Kami sudah berusaha melestarikan seni budaya, tapi karena keterbatasan dana desa, gamelan kami belum punya. Padahal di sini ada pengrawit hingga dalang,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Mas Wiwit, sapaan akrab Bupati Jepara menyampaikan apresiasi atas perhatian Kementerian Kebudayaan terhadap aktivitas seni dan budaya di tingkat desa. 

Ia menyebutkan bahwa masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang telah mencapai kebahagiaan sosial. Dia juga berharap permintaan fasilitas gamelan yang disampaikan pihak desa dapat segera direalisasikan. 

“Mudah-mudahan permintaan gamelan bisa dituruti Mas Wamen. Alhamdulillah, langsung beliau siap. Semoga ini jadi warisan dari Mas Wamen untuk Sukodono,” ucapnya.

Sementara itu, Wamen Giring menyampaikan kekaguman atas ekspresi budaya masyarakat Jepara, termasuk warga Desa Sukodono. 

Ia menilai kualitas budaya yang tumbuh di desa menjadi fondasi ketahanan budaya nasional. 

“Pak Presiden Prabowo Subianto selalu bilang ketahanan pangan itu penting. Tapi ketika beliau memanggil saya, pesannya jelas, ‘Pak Giring, kebudayaan adalah wajah bangsa dan negara kita. Kita harus menjaganya’,” kata Giring.

Ia menegaskan bahwa museum, galeri, serta sanggar tari dan budaya harus menjadi etalase utama dalam menjaga kebudayaan. Menurutnya, ketahanan budaya paling kuat justru tumbuh dari tingkat desa.

Wamen Giring juga langsung merespons permintaan fasilitas gamelan dari Desa Sukodono. Dengan menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan bantuan tersebut. 

Ia menilai keberadaan gamelan penting bagi pelestarian seni budaya di tingkat desa, terlebih setelah menyaksikan antusiasme masyarakat dalam pertunjukan seni yang melibatkan anak-anak hingga ibu-ibu. 

“Insyaallah akan saya perjuangkan. Karena bagi saya itu penting. Melihat anak-anak menari di hari Sabtu sore, warga dan ibu-ibu berkumpul, saya melihat indahnya luar biasa,” ungkapnya.

Ia pun menegaskan bahwa kebudayaan merupakan kekuatan utama bangsa yang tidak akan pernah habis. 

Berbeda dengan sumber daya alam seperti nikel, minyak bumi, atau batu bara yang memiliki batas. Karena itu, ia mengapresiasi masyarakat Desa Sukodono yang terus melestarikan kekayaan budaya secara konsisten.

Wamen Giring menutup kunjungan dengan menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk terus berkolaborasi dalam pengembangan kebudayaan di Jepara. 

Ia meyakini, kolaborasi tersebut akan mendorong kemajuan kebudayaan, pertumbuhan ekonomi kreatif, peningkatan sektor pariwisata, serta berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat. 

Sebelumnya, saat datang ke Pendopo Kartini, lokasi bersejarah yang menjadi titik awal perjalanan R.A. Kartini, Giring disambut langsung oleh Bupati Jepara H. Witiarso Utomo dan Wakil Bupati Muhammad Ibnu Hajar. Hadir pula jajaran Forkopimda dan para kepala perangkat daerah dalam seremoni penyambutan.

Giring juga diajak meninjau kamar pingit R.A. Kartini, ruang yang menjadi saksi lahirnya pemikiran emansipasi dan nasionalisme. 

Ia juga mengunjungi sekolah perempuan rintisan Kartini di bagian belakang serambi pendopo, serta kamar milik Ngasirah, ibu sang pahlawan.

Setelah meninjau situs bersejarah, kegiatan berlanjut dengan seremoni di pendopo. Acara dibuka dengan penampilan Tari Dewi Tri Sekti, yang terinspirasi dari tiga tokoh perempuan Jepara, yakni Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan R.A. Kartini.

Diketahui, Jepara merupakan tanah kelahiran dua tokoh besar yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, yaitu R.A. Kartini dan Ratu Kalinyamat.

Kontribusi Kartini dalam merintis ekonomi kerakyatan, dan peran Ratu Kalinyamat sebagai simbol nasionalisme maritim. R.A. Kartini memulai embrio ekonomi kerakyatan melalui kerajinan, sedangkan Ratu Kalinyamat membangun Jepara sebagai pusat pertukangan dan ukir.

Sebagai bentuk komitmen pelestarian, Pemkab Jepara sendiri telah menetapkan visi pembangunan berkelanjutan. Komitmen menjadikan Jepara sebagai pusat ukir dunia, salah satunya melalui program seperti Festival Ukir Internasional.

 “Atas nama Kementerian Kebudayaan, saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas pelestarian warisan budaya tak benda nasional, termasuk ukiran Jepara,” tutur Giring.

Ia memastikan bahwa kementeriannya akan memberikan dukungan penuh, termasuk dalam proses pengajuan ke UNESCO. “Kami siap full asistensi agar ukiran Jepara bisa menjadi bagian dari Intangible Cultural Heritage dunia,” tegasnya.