Kasus Covid di Kota Semarang saat didominasi oleh klaster keluarga atau penularannya terjadi dalam lingkup keluarga. Hingga saat ini sudah ada 47 kasus aktif pada klaster ini.
- Kementan Kembali Kucurkan 60 Ribu Dosis Vaksin
- Masuk 12 Provinsi Prevalensi Tinggi, Jateng Ditantang Turunkan Angka Stunting
- Pemkot Semarang Buka 34 Sentra Vaksinasi
Baca Juga
Kasus Covid di Kota Semarang saat didominasi oleh klaster keluarga atau penularannya terjadi dalam lingkup keluarga. Hingga saat ini sudah ada 47 kasus aktif pada klaster ini.
Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, hampir 90% pasien yang dirawat di rumah dinas maupun rumah sakit merupakan bawaan dari klaster keluarga.
Hendi, sapaannya, mengharap masing-masing keluarga yang ada di kota Semarang untuk lebih memperhatikan protokol kesehatan saat di luar rumah. Tujuannya agar saat kembali ke rumah tidak membawa virus yang bisa ditularkan pada anggota keluarga yang lainnya.
"Kemarin saat lebaran juga ada cerita di rumah dinas, pasien positif seorang ibu yang dikarantina di sana bersama suaminya karena ketularan anaknya, ada juga dua orang anak kecil yang berada di sana ternyata juga bersama kedua orang tuanya, jadi kasus seperti itu yang sangat mendominasi saat ini," ungkap Hendi, Senin (17/5).
Edukasi dalam lingkup keluarga tentang pentingnya protokol kesehatan dengan tidak melepas masker saat berada di luar rumah, rajin mencuci tangan saat berada diluar maupun saat kembali ke rumah hingga menghindari adanya kerumunan, dinilai Hendi sangat penting.
Bahkan Hendi menyebut, satu minggu jelang Hari Raya Idul Fitri, kasus aktif di Kota Semarang mencapai angka tertinggi saat ini yakni 413 kasus. Berita baiknya, hingga saat ini kasusnya mulai turun, bahkan hingga Senin (17/5) saja kasusnya di angka 340.
"Turunnya kasus ini secara umum yakni dari kepatuhan masyarakat terhadap prokes dan serta adanya larangan mudik bisa menjadi sebuah gambaran turunnya angka covid di Semarang," tuturnya.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam mengatakan, dari 47 klaster keluarga yang ada saat ini penyebarannya merata hampir di 16 kecamatan yang ada di Kota Semarang.
Hakam menambahkan, klaster keluarga ini muncul sejak awal April dan hingga kini masih belum bisa dihentikan penyebarannya. Rata-rata, tambahnya, keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan mobilitas tinggilah yang memiliki resiko menularkan virus Covid-19 pada anggota keluarga lainnya.
"Salah satu penyumbang terbesar adanya kasus baru adalah dari prokes 5 M itu yakni mobilitas seseorang, virus itu tidak akan berpindah-pindah asalkan orang itu tetap di rumah hingga sembuh, jadi adanya larangan mudik dan kita tetap dirumah saja pasti akan memberikan hasil yang baik untuk mengurangi angka covid di kota Semarang," kata Hakam.
Meski demikian, pasien dengan yang masuk klaster keluarga lebih banyak ditangani di rumah dinas yang notabene tidak memiliki gejala klinis yang berat.
"Penanganannya di rumah dinas wali kota yang paling banyak dibanding rumah sakit," pungkasnya.
- Pilot Project Quick Wins: Tamasya Jadi Harapan Baru Cegah Stunting Di Kawasan Industri
- Perangkat Desa Sering Diganti, BPJS Kesehatan Pekalongan Rekonsiliasi Data di Pemalang
- Pemkab Batang Harus Siap 60 Ribu Vaksin Covid-19 untuk Pelajar SD