86 Warga Purbalingga Derita Thalassemia

Kegiatan skrining Thalassemia dan edukasi Thalassemia yang diselenggarakan oleh PT Prodia dan Perhimpunan Orangtua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Purbalingga di Pendopo Dipokusumo, Selasa (26/9). RMOL Jateng
Kegiatan skrining Thalassemia dan edukasi Thalassemia yang diselenggarakan oleh PT Prodia dan Perhimpunan Orangtua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Purbalingga di Pendopo Dipokusumo, Selasa (26/9). RMOL Jateng

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi berharap masyarakat Purbalingga bisa mengenali Thalassemia lebih dini.


"Besar harapan saya masyarakat Purbalingga, khususnya para pelajar SMA/SMK akan lebih aware apa itu penyakit Thalassemia. Karena pada dasarnya penyakit ini bisa dicegah, salah satunya dengan melakukan skrining,” ucap Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi saat membuka secara resmi kegiatan Skrining Thalassemia dan Edukasi Thalassemia yang diselenggarakan oleh PT Prodia dan Perhimpunan Orangtua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Purbalingga di Pendopo Dipokusumo, Selasa (26/9).

Dia melanjutkan, saat ini ada 86 pasien Thalassemia di Kabupaten Purbalingga. Sejalan dengan cita-cita POPTI untuk zero Thalassemia di tahun 2027, pemerintah daerah terus memberikan dukungan pada upaya pencegahan kasus Thalassemia, salah satunya dengan skrining Thalassemia kepada 1.000 pelajar SMA/SMK se Kabupaten Purbalingga.

“Kegiatan skrining ini dalam rangka melakukan deteksi dini. Jika kemudian diketahui ada pelajar yang terdeteksi membawa gen Thalassemia, paling tidak kita bisa memberikan edukasi dalam rangka pencegahan munculnya Thalassemia mayor,” kata bupati.

Bupati Tiwi menuturkan, pemkab secara rutin memberikan anggaran hibah sebesar Rp162 juta/ tahun diperuntukkan bagi penderita Thalassemia, yakni untuk bantuan transportasi dan pemberian makanan tambahan.

“Insya Allah pemerintah daerah tidak tutup mata terkait Thalassemia di Purbalingga,” ujar Bupati Tiwi.

Pemkab Purbalingga juga memberikan perhatian dalam bentuk fasilitas dan layanan. Saat ini di RSU Goeteng Taroenadibrata telah menyediakan ruangan khusus untuk penderita Thalassemia. Sehingga penderita Thalassemia yang ingin melakukan transfusi darah tidak perlu rawat inap.

“Pemkab melalui RSUD juga memfasilitasi pendampingan psikologi untuk para penderita Thalassemia. Ini dilakukan agar para penderita bisa terus memiliki semangat untuk hidup, tidak berkecil hati, tidak depresi,” kata Bupati Tiwi.

Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, dr Jusi Febrianto MPH menuturkan, skrining awal Thalassemia kepada pasangan calon pengantin telah dilakukan mulai tahun ini.

Tahun 2023, kata Jusi, ditemukan ada 11 kasus Thalassemia diderita oleh pasangan calon pengantin.

“Kita lakukan pendampingan karena probabilitas kelahiran Thalassemia mayor dari pernikahan calon orangtua yang pembawa Thalassemia cukup besar, yakni 25 persen di tiap kehamilannya,” kata Jusi.

AVP Legal & Corporate Secretary Prodia, Marina Eka Amalia menuturkan, pihaknya akan melaksanakan skrining Thalassemia kepada para pelajar SMA/SMK di Purbalingga selama dua bulan ke depan.

Hasil skrining, kata dia, akan ditindaklanjuti dengan cara pendampingan dan edukasi agar para pelajar lebih memahami.

“Semisal mereka tidak boleh menikah dengan sesama Thalassemia, baik itu mayor atau minor,” ujarnya.