Agustina Wilujeng: KH Sholeh Darat Bukan Sekedar Ulama Tapi Penjaga Peradaban

Pemerintah Kota Semarang masih selesaikan pembahasan usulan penetapan K.H Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional (Dok. Pemkot Semarang)
Pemerintah Kota Semarang masih selesaikan pembahasan usulan penetapan K.H Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional (Dok. Pemkot Semarang)

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tengah membahas usulan penetapan tokoh K.H Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional.


Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng mengatakan, sudah saatnya Pemkot Semarang memberikan apresiasi kepada para tokoh berpengaruh dan pernah menjadi bagian sejarah Kota Semarang. 

“Atas nama Pemerintah Kota Semarang, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada panitia haul dan seluruh pihak yang telah menggagas seminar nasional ini. Ini adalah tonggak penting untuk menyuarakan pengakuan negara terhadap jasa besar K.H. Sholeh Darat,” kata Agustina.

Usulan gelar pahlawan ini, diterima Pemerintah Kota Semarang dari sejumlah pihak dan merasa sangat tersanjung mendapat amanah dari para sahabat NU untuk meneruskan proses pengusulan gelar tersebut.

Agustina mengatakan, proses segera dapat selesai karena tidak ada kendala. Secara khusus, Wali Kota Semarang ini mengatakan, sosok beliau ini bukanlah sembarangan orang, tetapi mungkin belum banyak dikenal masyarakat. 

“K.H. Sholeh Darat bukan sekadar ulama. Beliau adalah penjaga peradaban, guru dari para pahlawan nasional. Sudah sangat pantas beliau mendapat gelar Pahlawan Nasional,” lanjut Agustina.

Ingin memaksimalkan rencana ini, Pemerintah Kota Semarang akan mengajak ahli sejarah guna melakukan kajian. 

“Semoga ini menjadi bagian dari visi besar kami menjadikan Semarang sebagai destinasi wisata religi, khususnya di kawasan makam KH. Sholeh Darat dan masjid peninggalan pesantren beliau,” ucap Agustina.

Berdasarkan catatan sejarah, K.H. Sholeh Darat dikenal sebagai ulama besar, intelektual pejuang, dan pendidik pembebas.

Selama hidupnya, beliau  berdedikasi untuk membangun peradaban melalui ilmu. Dalam karya-karyanya, khususnya tafsir Faidurrahman, beliau menerjemahkan ajaran Islam dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami oleh masyarakat luas. 

Semuanya itu, menjadi bentuk perjuangan intelektual untuk membebaskan umat dari kebodohan dan memperkuat identitas keislaman masyarakat pribumi di tengah penjajahan.

Di kalangan masyarakat, K.H. Sholeh Darat juga dikenal sebagai pendidik tokoh-tokoh besar bangsa.

Dari pesantrennya di Kampung Darat, Semarang, beliau mendidik KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan menginspirasi R.A. Kartini melalui tafsir Al-Qur’an yang ditulisnya.

Ada berbagai karya lahir dari beliau hasil perjumpaan dengan RA Kartini dalam bentuk monumental dan mencerahkan, serta menjadi bagian penting dalam sejarah pemikiran Islam dan nasionalisme di Indonesia.