Amerika Kembali Diwarnai Kekerasan dengan Senjata Api

Aksi kekerasan menggunakan senjata api kembali terjadi di Amerika Serikat. Kali ini menewaskan dua orang dan mencederai satu orang lainnya di sebuah pertemuan gereja di pinggiran kota Birmingham, Alabama, Kamis (16/6) waktu setempat.


Kapten Shane Ware dari Departemen Kepolisian Vestavia Hills mengatakan poliso berhasil menangkap tersangka pelaku penembakan, dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL. 

Korban yang masih hidup dirawat di rumah sakit karena luka-luka yang tidak diungkapkan," kata Ware, seperti dikutip dari CNN, Jumat (17/6).

"Penembakan di Gereja Episkopal St. Stephen di Vestavia Hills dilaporkan sekitar pukul 18.22 waktu setempat," ujarnya.

Menurut kalender gereja, sebuah acara yang disebut "Boomers Potluck" dijadwalkan pada saat yang sama dengan penembakan itu, tetapi tidak jelas dari media briefing apakah kekerasan terjadi di sana. Juga tidak jelas berapa banyak orang yang berada di acara tersebut ketika tembakan dilepaskan.

Ware mengatakan pihak berwenang telah mengirim agen FBI, US Marshals Service dan Biro Alkohol, Senjata Api, Tembakau dan Bahan Peledak (ATF) ke tempat kejadian.

Gubernur Alabama Kay Ivey ikut menyampaikan rasa belasungkawanya.

"Saya senang mendengar penembaknya ditahan," kata Ivey.

"Ini seharusnya tidak pernah terjadi, di gereja, di toko, di kota, atau di mana pun. Kami terus memantau situasi dengan cermat," ujarnya.

Penembakan itu adalah yang terbaru di sebuah rumah ibadah di tengah debat nasional tentang senjata api dan ketersediaannya. Bulan lalu, enam orang ditembak di sebuah kebaktian gereja Taiwan di California Selatan.

Selain itu, juga penembakan massal di sebuah sekolah dasar di Texas Selatan yang merenggut nyawa 19 anak dan dua guru dan di supermarket Buffalo, New York, dalam serangan rasis terhadap komunitas kulit hitam yang menewaskan 10 orang.

Setelah serangan keji tersebut, sekelompok senator bipartisan mengumumkan kesepakatan prinsip untuk undang-undang keamanan senjata yang bertujuan untuk menangani sumber daya kesehatan mental, keamanan sekolah, dan akses ke senjata api.