Apel Siaga Bencana Sukoharjo, Waspada Puncak Bencana Bulan Januari

Puncak musim penghujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari 2022, namun intensitas hujan tinggi sudah terjadi mulai November bulan ini. Pemkab Sukoharjo yang masuk dalam kawasan rawan bencana, sudah mulai mempersiapkan sejak dini, dengan melakukan apel siaga bencana.


Apel siaga dipimpin Bupati Sukoharjo Etik Suryani, melibatkan seluruh stake holder kebencanaan dan ormas potensi yang siaga mendukung penanganan bencana di Sukoharjo, digelar di Halaman Setda Pemkab Sukoharjo, Jumat (12/11/2021).

“Secara geografis, geologis, demografis dan hidrometeorologis, Sukoharjo masuk dalam kawasan rawan bencana. Seperti banjir, longsor, angin ribut dan kekeringan. Untuk itu perlu kita siagakan seluruh potensi agar meminimalisir kerugian,” ungkap Bupati Etik Suryani saat memimpin apel siaga bencana.

Komunikasi menjadi kunci dalam penanganan kebencanaan, karena itu Bupati berpesan agar sekecil apapun informasi mengenai potensi bencana bisa dikomunikasikan atau diinformasikan pada pihak tekait.

“Masalah penanganan bencana tidak bisa diatasi pemerintah sendiri, kita perlu instansi lain TNI Polri, SAR, Relawan dan masyarakat itu sendiri, harus saling mendukung baik dalam upaya pencegahan, penanganan hingga pemulihan,” imbuh Etik.

Pemerintah Sukoharjo sendiri mengalokasikan anggaran sebesar Rp 50 miliar untuk Belanja Tidak Terduga (BTT) yang digunakan untuk penanganan kebencanaan.

“Anggaran kebencanaan sebesar 50 miliar juga digunakan untuk penanganan pandemi covid, nanti kalau ada bencana kita ambilkan dipos tersebut, tapi harapan kami ya tidak ada bencana,” tegas bupati.

Dilaporkan bulan Januari – Oktober sudah terjadi 26 kali angin ribut, 2 kali banjir dan 1 kali longsor, dengan kerugian mencapai lebih dari Rp 500 juta.

Dalam apel siaga tersebut, Bupati juga memastikan seluruh peralatan pendukung siaga dan layak pakai, seperti peralatan SAR, peralatan TAGANA yang mengurusi dapur umum, juga peralatan kebencanaan dari TNI Polri.

Ditambahkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan saat ini peningkatan kewaspadaan bencana sedang ditingkiatkan, mengingat Indonesia terkena imbas badai La Nina.

Untuk mengantisipasinya, saat ini BPBD terus intens berkomunikasi dengan seluruh potensi yang ada, temasuk mengoptimalkan desa siaga bencana.

“Sudah terbentuk 10 desa siaga bencana, terutama desa yang menjadi ‘langganan’ bencana seperti banjir, longsor dan angin ribut. Sekecil apapun informasi kita minta ada koordinasi, agar bisa diantisipasi dan segera ditangani,” ungkap Sri Maryanto.

Sejumlah daerah rawan bencana di Sukoharjo diantaranya di kecamatan Mojolaban, Grogol, Weru, Sukoharjo, Tawangsari, Bulu dan Baki.