AS Kecewa Ashraf Ghani Kabur Tanpa Berjuang

Keputusan Presiden Ashraf Ghani untuk melarikan diri dari Afghanistan ketika Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus lalu menjadi kekecewaan tersendiri bagi Amerika Serikat (AS).


Diplomat senior Abdurrahman Mohammad Fachir atau AM Fachir menyebut, baru pertama kali bagi Afghanistan mengalami political vaccum atau kekosongan politik secara domestik dan regional seperti halnya saat ini, dikutip dari Kantor Berita RMOL.

Di domestik, perginya Ghani dan para pejabat lainnya telah meninggalkan kursi kosong di pemerintahan. Di sisi lain, mundurnya Amerika Serikat (AS) juga menciptakan kekosongan pengaruh, meski China dan Rusia disebut-sebut tengah bersiap mengambil alih.

"Yang jelas, salah satu kekecewaan Amerika Serikat, yang banyak orang lihat, Presiden Ghani itu tidak berjuang untuk Afghanistan. Dia lebih jadi alatnya Amerika," kata Fachir dalam webinar yang digelar Ikatan Alumni UIN Jakarta (IKALUIN) bertajuk "Meneropong Nasib Afghanistan di Era Taliban dan Implikasinya untuk Indonesia" pada Kamis siang (26/8).

Selama pemerintahannya, lanjut Fachir, Ghani juga jarang sekali membuat interaksi dengan pihak-pihak di dalam Afghanistan.

Alhasil, perpecahan antarkelompok masih terjadi.

"Tidak ada (upaya) membentuk united Afghanistan dalam proses 20 tahun itu," sambung Wakil Menteri Luar Negeri periode 2014-2019 ini.

Ashraf Ghani menduduki jabatan sebagai Presiden Afghanistan sejak 2014, menggantikan Hamid Karzai. Pencalonannya dilakukan setelah ia gagal menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Ia dikenal sebagai tokoh independen yang berhasil memperoleh kemenangan tipis dari lawan politiknya pada pilpres 2014, Abdullah Abdullah, di babak kedua. Ashraf Ghani hanya mengantongi 50,6 persen dari 1,2 juta pemilik suara yang memilih. Ghani juga berhasil melanggengkan kekuasaannya dalam pilpres 2019, setelah mengalahkan lawan yang sama, Abdullah Abdullah.

Sebelum kembali ke Afghanistan di tahun 2002 untuk menjadi Menteri Keuangan di era Hamid Karzai, Ashraf Ghani adalah dosen di John Hopkins University.

Dia juga disebutkan pernah bekerja untuk Bank Dunia. Latar belakangnya ini membuat banyak kalangan yang menilai dirinya sebagai "agen Amerika". Bahkan kemenangan dua kalinya kerap disebut sebagai dukungan Amerika.

Setelah meninggalkan Afghanistan, Ghani disebut membawa tumpukan uang jutaan dolar AS. Namun hal ini dibantahnya, bahkan mantan ajudannya menyebut Ghani hanya pergi memakai pakaian yang ia kenakan tanpa sempat mengganti sepatu.

Lewat sebuah video yang diunggah di Facebook, Ghani mengatakan keputusannya meninggalkan Afghanistan untuk menghindari pertumpahan darah.

Ghani melarikan diri ke Termez, Uzbekistan. Setelah menghabiskan satu malam di sana, ia pergi ke Uni Emirat Arab.