“Ini airport, bandar udara internasional, tapi kok terminalnya seperti ini, berdesak-desakan, bangunannya juga. Ya maaf saya ngomong apa adanya, kok kumuh banget gitu. Tapi bertahun-tahun kok ya juga enggak dibangun-bangun, ada apa?”
- Matematika Pilgub Jateng 2024, Lutfi, Daryono, atau Hendy
- Ganjar Targetkan Minimal 70 Persen Suara di Yogyakarta
- Ganjar Ajak Seluruh Masyarakat Selamatkan Demokrasi
Baca Juga
Pernyataan bernada keprihatinan itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutan pembukaan peresmian terminal baru Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Kamis, 7 Juni 2018 silam.
Melihat hal itu, Presiden bergerak cepat. Pada 2016, Presiden Jokowi memerintahkan Menteri BUMN lewat Angkasa Pura I untuk menghitung pembangunan Bandara Ahmad Yani.
‘’Tapi kalau langsung saya bangun, 4 tahun yang lalu langsung saya bangun, bandara yang lain belum, nah nanti ini hanya mementingkan Jawa Tengah saja nih Presiden. Pasti, pasti banyak yang ngomong gitu. Ya sudah, yang lain dulu dimulai,” kata Presiden menyampaikan alasan pembangunan baru dimulai pada 2016.
Presiden mengaku kaget, sebab target pembangunan selesai pada akhir Desember 2018, namun dapat diselesaikan lebih cepat.
Presiden Joko Widodo saat meresmikan terminal baru Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Kamis (7/6/2018). Foto: Humas Jateng.
“Bandar udara yang lain waktu konstruksi saya biasanya mengecek, di sini saya enggak mengecek, tahu-tahu jadi dan tahu-tahu kaget saya,” ungkap Kepala Negara.
Kepala Negara menyampaikan bahwa kekagetan dirinya juga lantaran memiliki arsitektur bagus, lingkungan cantik, dan juga karena kelihatan arus lalu lintas keluar masuk pesawat.
“Yang belum satu, runway-nya masih kurang panjang Pak Menteri. Masih berapa ini? 2.500 kelihatannya, benar ya? Ya 2.500. Jadi saya minta paling lambat akhir tahun depan itu sudah tambah jadi 3.000,” puji Presiden seraya meminta agar runway diperpanjang memenuhi standar internasional.
Pada bagian lain sambutannya, Presiden juga menyampaikan alasan mengenai fokus pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir.
“Supaya semakin lengkap infrastuktur kita, dan fasilitas-fasilitasnya, dan kita ingin semuanya dibuat saling terhubung, saling terintegrasi. Hasilnya mulai terlihat satu per satu, satu demi satu,” ujar Presiden menegaskan. Presiden Jokowi bahkan menyebut bandara itu sebagai ''gerbang langit Jawa Tengah.''
Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional yang tertuang dalam peraturan Presiden No 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN), yang menelan biaya senilai Rp 2,2 triliun.
Konsep Eco-Airport
Terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang mengadopsi konsep eco-airport dan floating airport ini resmi beroperasi sejak Juni 2018. PT Waskita Karya (Persero) Tbk, selaku kontraktor Proyek Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang pada 12 Februari 2019, bahkan meraih penghargaan dari Museum Rekor – Dunia Indonesia (MURI) atas rekor Pembangunan Bandara Tercepat yaitu selama 12 bulan.
Terminal Baru Bandara Ahmad Yani memiliki luas area 59.406,95 meter persegi, atau hampir sembilan kali lebih besar dibanding luasan terminal bandara lama yang hanya 6.708 meter persegi, dapat menampung sebanyak 6,9 juta penumpang per tahun atau 19 ribu penumpang setiap harinya. Sedangkan kapasitas terminal lama hanya 800 ribu penumpang per tahun. Selain terdapat 30 unit counter check in untuk mempercepat pelayanan kepada penumpang maskapai, Terminal Baru Bandara Internasional Ahmad Yani juga dilengkapi tiga unit garbarata. Luasan apron baru mencapai 72.522 meter persegi yang dapat menampung 13 pesawat berbadan ramping (narrow body) atau konfigurasi sepuluh pesawat narrow body dan dua pesawat berbadan lebar (wide body) kargo.
Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi menegaskan, Angkasa Pura Airports senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dalam setiap aspek operasionalnya. Salah satunya adalah dengan melakukan upaya konservasi sumber daya air di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang melalui pembangunan sistem pengelolaan air atau water management system.
Sistem pengelolaan air Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang ini, kata Faik, bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan air yang efisien sehingga dapat meminimalkan dampak kerusakan terhadap lingkungan. Hal ini sesuai dengan konsep pembangunan Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang mengusung konsep eco-airport dan floating airport.
"Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dibangun dengan mengadopsi konsep eco-airport yang ramah lingkungan dan dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup. Salah satu komponen dan pemantauan lingkungan hidup terkait eco-airport yaitu pengelolaan air. Selain itu, kondisi terminal bandara yang dibangun di atas lahan lunak rawa dan sebagian besar berair ini (floating airport), memerlukan dibangunnya sistem pengelolaan air secara khusus," ujar Faik Fahmi, seperti dikutip dari situs resmi ap1.co.id, 6 Agustus 2021.
Sistem pengelolaan air ini dilakukan dengan menghubungkan beberapa lagoon atau ponding (kolam) untuk menjaga tingkat ketinggian muka air payau sesuai debit yang dibutuhkan guna mendukung operasional bandara. Sistem pengelolaan air ini juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem area rawa sekitar bandara dan pelestarian lingkungan dengan penanaman pohon bakau atau mangrove untuk menjaga abrasi dan erosi.
Akibat belum adanya sistem pengelolaan air, pada 6 Februari 2021 lalu, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang ditutup sementara atau tidak beroperasional, akibat genangan yang tak kunjung surut pada landas pacu (runway) karena hujan deras. Selain itu, hujan semalaman juga mengakibatkan jalan akses menuju bandara juga tergenang banjir.
Penutupan runway ini berdampak terhadap seluruh penerbangan dari dan menuju Bandara Semarang pada hari itu, terdapat total 21 penerbangan yang dibatalkan (cancel flight) yang terdiri dari 10 keberangkatan dan 11 kedatangan. Selain itu, terdapat satu penerbangan pagi yang pendaratannya dialihkan (divert) ke Bandara Juanda Surabaya yaitu penerbangan Garuda Indonesia GA 232 dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta yang awalnya dijadwalkan mendarat di Bandara Semarang pada 08.20 WIB. Tim di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang bekerja keras menyedot genangan air dari runway dengan mengerahkan 54 pompa dari 5 rumah pompa.
Kini, sistem pengelolaan air itu telah rampung, dan diharapkan tak akan ada lagi genangan air di runway bandara kebanggaan warga Semarang dan Jawa Tengah itu.
‘’Progress pembangunan sistem pengelolaan air sudah selesai 100% pada bulan Desember 2021,’’ ujar Stakeholder Relation Manager Kantor Cabang PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Heri Trisno Wibowo kepada RMOL Jateng, Rabu (30/11).
Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, kata Heri, sudah melakukan beberapa hal untuk pencegahan banjir di area bandara, antara lain dengan membuat tanggul sementara dari gerbang sepanjang kurang lebih 1 km, membangun sudetan terhadap drainase eksisting, melakukan studi pencegahan banjir di area bandara serta pemeliharaan rutin terhadap 54 unit pompa eksiting dengan kapasitas total 5.800 Lps yang tersebar pada 7 rumah pompa di dalam kawasan bandara.
‘’Selain itu, kami juga konsisten berkoordinasi dengan para stakeholder atau BBWS - Pemali Juana (Kementerian PUPR) untuk pemeliharaan atau normalisasi sungai – sungai yang berada di lingkungan sekitar bandara sehingga kejadian banjir dalam area bandara seperti pada tanggal 6 Februari 2021 tidak terjadi kembali,’’ ujarnya.
Jalan Layang akses menuju Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. foto: RMOL Jateng/Gholib
Jalan Layang Akses Bandara
Aksesibilitas Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang akan semakin mudah dan lancar seiring dengan rampungnya jalan layang akses Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sepanjang 1,2 kilometer dengan lebar 10,25 meter, yang selesai dibangun pada Agustus 2021.
"Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang telah terhubung dengan jalan layang akses langsung dan khusus menuju pusat Kota Semarang. Jalan layang akses bandara ini akan semakin memudahkan dan melancarkan mobilitas masyarakat dari dan menuju pusat kota Semarang, tanpa khawatir terhalang kemacetan dan potensi banjir pada musim hujan. Angkasa Pura I berterima kasih atas dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan pihak lainnya yang mendukung terwujudnya jalan layang akses Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang ini," ujar Faik Fahmi.
Titik awal jalan layang ini dari Jalan Anjasmoro melintasi Jalan Arteri Yos Sudarso dan membentang hingga Jalan Madukoro. Sebelumnya, akses terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang masih tercampur dengan lalu lintas lokal dan lalu lintas menuju perumahan sekitar bandara sehingga kelancaran mobilitas dari menuju bandara berpotensi terganggu. Dengan adanya jalan layang akses langsung menuju bandara ini maka titik kemacetan seperti di Kawasan Puri Anjasmoro dapat dihindari sehingga mobilitas dari dan menuju bandara akan semakin lancar.
Jalan layang akses bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang ini mengusung budaya lokal yang dituangkan dalam desain arsitektur. Selain itu, untuk mendukung kawasan wisata dan kawasan kuliner di jalan akses menuju bandara, maka di bawah jalan layang dibangun taman dan juga sarana pendukung untuk warga berolahraga, seperti area untuk pejalan kaki dan parkir sepeda.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan bandara bertaraf internasional perlu didukung oleh akses jalan yang khusus (dedicated lane).
"Seluruh bandara internasional pada Kawasan Strategis Nasional (KSN) Metropolitan seperti Soekarno-Hatta di Jakarta, Juanda di Surabaya, Kualanamu di Medan, Hasanudin di Makasar dan Ngurah Rai di Denpasar telah didukung jalan bebas hambatan," kata Menteri Basuki, dilansir situs resmi pu.go.id, 2 Mei 2021.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah-D.I Yogyakarta, Direktorat Jenderal Bina Marga Satrio Sugeng Prayitno mengatakan, jalan layang tersebut diharapkan memperlancar akses kendaraan dari dan menuju bandara karena pemindahan terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani mengakibatkan jalan akses yang ada masih tercampur antara lalu lintas lokal dan lalu lintas menuju perumahan sekitar. Jalan Layang Akses Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dibangun dengan menggunakan dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun jamak sebesar Rp. 149,3 miliar.
Fasilitas Transportasi dari Trans Jateng
Para penumpang yang dari dan menuju Bandara Ahmad Yani juga dipermudah dengan fasilitas transportasi publik dari BRT Trans Jateng, yakni Koridor V dan Koridor Bandara.
Untuk Koridor V jam operasional mulai pukul 05.30 - 18.30 WIB, menyusuri rute Bandara Jenderal Ahmad Yani - PRPP - Jl. Marina Raya - Jl. Anjasmoro PRPP - Jl. Jend Sudirman (Karang Ayu) - Jl. Soegiopranoto (memutar di Patung Adipura) - Jl. Jend Sudirman (Karang Ayu) - Kalibanteng - Jl. Pamularsih - Jl. Kalingarang - Jl. Dr Sutomo - Tugu Muda - Jl. Imam Bonjol Udinus (transit poin) - Jl. Pemuda Balaikota (transit Poin) - Jl. Pandanaran - Bundaran Simpang Lima (transit poin) - Jl. Tentara Pelajar - Jl. Kedung Mundu - Jl. Ketileng - Jl. Gendong - Jl. Prof Soharso - Jl. Dinar Mas Raya Victoria Residence Meteseh - Perum Bukit Kencana Jaya (putar balik) - Dinar Mas Raya Victoria Residence.
Sedangkan Bus BRT Trans Semarang Koridor Bandara, beroperasi dari pukul 18.00 - 24.00 WIB, denga rute Bandara Jenderal Ahmad Yani – Jl. Anjasmoro Raya – Jl. Madukoro Raya – Banjir Kanal Barat - Jl. Mgr. Sugiyopranoto – Tugu Muda - Jl. Imam Bonjol Udinus - Jl. Kapten Piere Tendean - Jl. Pemuda (Balaikota) – Jl. Pandanaran – ke Simpang Lima.
Untuk pembelian tiket disediakan di Selasar pick up zone Bandara Jenderal Ahmad Yani, dengan tarif yang sangat terjangkau, yakni Pelajar/Mahasiswa Rp. 1.000, Umum Rp. 3.500, serta Pemegang Kartu Identitas Anak (KIA) Rp. 1.000 (Anak - anak umur dibawah 6 Tahun dikenai tarif KIA).
Sempat Terkatung-katung
Bandara yang sebelumnya terkatung-katung pembangunannya sejak era Gubernur Mardiyanto ini menjadi bandara di atas air (floating) pertama di Indonesia. Pengembangan Bandara Ahmad Yani mulai muncul sejak era Gubernur Jateng Mardiyanto pada 2003. Namun rencana ini menemui berbagai kendala. Pada era Gubernur Bibit Waluyo, justru berkembang wacana pemindahan bandara ke Demak atau Kendal. Alasannya, kondisi ruang udara Kota Semarang sudah tidak memungkinkan karena banyaknya gedung bertingkat. Ganjar Pranowo, yang menjabat gubernur sejak 2013 pun mewarisi masalah pelik ini. Berkat lobi tingkat tinggi, politikus PDIP itu berhasil mewujudkan peletakan batu pertama pada Juni 2014.
Bukan hanya terkatung-katung, pelaksanaan groundbreaking bandara pun sempat berkali-kali molor. Kepastiannya baru datang pada tanggal 17 Juni 2014 saat groundbreaking bandara kebanggaan warga Kota Semarang dan Jawa Tengah akhirnya betul-betul dilaksanakan.
"Tadi pagi, Dirut Angkasa Pura sudah menghubungi saya, kemarin Menteri Pertahanan juga telah menghubungi saya, terkait kepastian pelaksanaan groundbreaking," kata Ganjar, pada Rabu 11 Juni 2014.
Selama ini, hambatan utama pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani adalah nota kesepahaman antara Kementerian Keuangan selaku penanggung jawab terhadap aset kekayaan negara, dengan Kementerian Pertahanan melalui TNI selaku pengelola lahan yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan.
"Semuanya sudah beres, perencanaan tekhnis sudah dikoordinasikan termasuk persiapan fisik semua sudah disiapkan," ungkap Ganjar.
Menurut Ganjar, masyarakat sudah tidak percaya karena janji yang terus berulang, terkait molornya pelaksanaan groundbreaking.
"Sudah saya sampaikan kepada Menteri Pertahanan bahwa masyarakat sudah muak, saya juga sudah muak," tegasnya, saat itu. Dia mengaku terus mendesak beberapa pihak terkait pelaksanaan groundbreaking.
"Kalau Dirut PT Angkasa Pura dan Menhan sudah memastikan, tapi jika ternyata masih tidak terlaksana, ya saya desak terus," tandasnya, saat itu.
Kini, upaya lobby dan kerja keras orang nomor satu di Jateng itu, membuahkan hasil. Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, telah menjadi kebanggaan warga Kota Semarang dan Jawa Tengah.
Data-data kontribusi pertumbuhan ekonomi dari kehadiran Bandara Ahmad Yani Semarang. sumber: BPS Jateng.
Dampak Positif
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, Adhi Wiriana, kepada RMOL Jateng mengatakan, Bandara Internasional Ahmad Yani sangat berperan memberikan efek positif bagi ekonomi Jateng terutama dari Sub Kategori Angkutan Udara.
‘’Ini terlihat dari kontribusi memberikan kenaikan sebesar 0,001 poin persen terhadap ekonomi Jateng,’’ kata Adhi Wiriana.
Dikatakan, dampak dari adanya Bandara Internasional Ahmad Yani, terlihat dari keberangkatan dari layanan penumpang yang meningkat di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 kebawah.
‘’Untuk kunjungan jumlah wisatawan mancanegara tergantung kondisi global. Namun, dari adanya transportasi baru dan memberikan kemudahan dan kenyamanan, tentunya akan berdampak positif bagi pariwisata Jawa Tengah,’’ imbuhnya.
Diakui, terjadi penurunan pada 2019 dan 2020, akibat hantaman pandemi Covid-19, utamanya sebagai dampak diberlakukannya PPKM, sehingga sangat mempengaruhi mobilisasi penduduk, termasuk penggunaan moda transportasi udara.
Pengamat ekonomi dari Universitas Semarang (USM) Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM mengakui, kehadiran bandara pasti berdampak bagi pembangunan di suatu wilayah. Bandara Internasional Ahmad Yani, menurutnya, telah berdampak positif bagi Kota Semarang maupun Jawa Tengah.
‘’Ekonomi pasti berdampak positif, karena terjadi mobilisasi penumpang, yang berdampak pula pada sektor bisnis dan pariwisata,’’ ungkap Prof Kesi.
Namun dia menyarankan agar ada penerbangan langsung dari Semarang ke kota tujuan. ‘’Kalau mau ke Bali atau Makassar, belum ada yang langsung dari Semarang, harus transit dulu di Jakarta. Saya minta, harusnya dibuat langsung saja, jangan pakai transit, sehingga memakan waktu,’’ kata Prof Kesi, yang juga Dekan Fakultas Ekonomi USM ini.
Trafik Penumpang Meningkat
Kantor Cabang PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang mencatat sejak 1 Januari 2022 hingga 31 Oktober 2022 telah melayani 1.273.898 penumpang dan 11.500 pesawat udara.
Jika dibandingkan dengan catatan data pergerakan trafik pada periode yang sama tahun 2021, dimana jumlah penumpang yang sudah dilayani adalah sebanyak 672.251 penumpang dan 8.193 pesawat, maka terjadi pertumbuhan sebesar 47 persen untuk pergerakan penumpang dan 29 persen untuk pergerakan pesawat.
Kenaikan trafik itu sudah terlihat saat bandara ini selesai dibangun dan beroperasi pada 2018 silam. Terjadi lonjakan penumpang hingga 14,2 persen dibanding bandara lama atau pada 2017. Pada 2017, penumpang tercatat 4.429.058 orang, naik menjadi 5.162.142 orang pada 2018.
Data trafik penumpang Bandara Ahmad Yani saat sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. sumber: PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani.
Stakeholder Relation Manager Kantor Cabang PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Heri Trisno Wibowo mengatakan, saat ini terjadi pertumbuhan trafik penumpang dan pesawat di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah kembali melakukan perjalanan dengan pesawat udara.
“Artinya masyarakat sudah kembali melakukan perjalanan menggunakan pesawat,” kata Heri.
Pertumbuhan pergerakan trafik baik penupang maupun pesawat udara di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, kata Heri, dipengaruhi oleh kembali beroperasinya dua rute penerbangan domestik yaitu penambangan rute Semarang-Jakarta-Semarang dan Semarang-Batam-Semarang. Sehingga saat in total rute penerbangan yang ada di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang menjadi deapan rute.
“Kami optimis terhadap trafik angkutan udara akan terus bertumbuh, dengan adanya beberapa rute perjalanan domestik yang kembali beroperasi di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang dapat memberikan lebih banyak lagi pilihan bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan udara,” ungkapnya.
Dijelaskan, ada 8 maskapai yang beroperasi di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, yakni Wings Air, Lion Air, Batik Air, Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, Sriwijaya Air, Nam Air, dan Super Air Jet, yang melayani rute ke sejumlah kota, yakni Banjarmasin, Balikpapan, Jakarta (Halim Perdana Kusuma), Jakarta (Soekarno Hatta Cengkareng), Makassar, Denpasar, Pangkalan Bun, Ketapang, dan Batam.
Pihak bandara juga menyediakan beragam fasilitas untuk melayani kebutuhan penumpang di setiap lantai terminal yang memiliki 3 lantai tersebut, yakni di Lantai I (± 29.529,69 m2) terdapat fasilitas Area Drop Zone & Pick Up Zone, Customer Service Desk & Airline, Check-in Counter (30 Unit), Public Area, Departure & Arrival Area, Transit Desk, Commercial Area, Screening Check Point, Mushola (2 Unit), dan Toilet (11 Unit).
Fasilitas di Lantai II (± 15.684,53 m2) berupa Waiting Room, Customer Service Desk, Reading & Internet Corner, Kids Zone, Commercial Area, Mushola, dan Toilet. Sedangkan di Lantai III (± 14.192,73 m2) berupa Concordia Lounge, VIP Room, Mushola, Kids Zone, dan Toilet.
Pihak bandara juga terus berkomitmen menerapkan protokol kesehatan baik di area bandara maupun didalam pesawat. Hal ini dilakukan untuk tetap menekan angka pertumbuhan Covid-19 yang saat ini mulai merangkak lagi seiring adanya varian baru.
“Kami selaku management terus berkomitmen untuk menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah, sehingga pengguna jasa dapat menggunakan transportasi udara untuk bepergian secara nyaman, aman, dan juga sehat,” pungkasnya.
Bandara Sehat dan Kebanggaan Jawa Tengah
Bukan saja trafik yang meningkat, Bandara Internasional Ahmad Yani juga sangat memperhatikan penyelenggaraan kesehatan di lingkungan bandara, mulai dari penyediaan air, pengelolaan limbah cair dan B3, kualitas udara, penghijauan, penyediaan kendaraan angkutan di bandara, pengelolaan sampah, pengawasan makanan, serta pengendalian vektor dan binatang penular penyakit di bandara.
Upaya itu nyatanya membuahkan penghargaan Bandar Udara Sehat pada 2020 dan 2022. Penghargaan Bandar Udara Sehat diberikan oleh Kementerian Kesehatan dengan urutan pertama sesuai dengan isi dari Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1912/2022 tanggal 9 November 2022.
Perolehan penghargaan ini merupakan hasil kolaborasi antara Kantor Cabang PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang dengan Kantor Kesehatan Kelas II Semarang. Penilaian Bandar Udara Sehat ini merupakan program rutin yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dan diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengatakan, penghargaan yang diraih ini merupakan bentuk pengakuan atas prestasi dan komitmen PT Angkasa Pura I dalam penyelenggaraan Bandar Udara Sehat di seluruh area bandara kelolaan. Hal ini menjadi bukti dan motivasi untuk terus menjamin terciptanya budaya dan lingkungan yang sehat secara konsisten di 15 bandara kelolaan Angkasa Pura I.
“Kami selalu memastikan penyelenggaraan kesehatan di lingkungan bandara terlaksana dengan baik dalam hal penyediaan air, pengelolaan limbah cair dan B3, kualitas udara, penghijauan, penyediaan kendaraan angkutan di bandara, pengelolaan sampah, pengawasan makanan, serta pengendalian vektor dan binatang penular penyakit di bandara,” kata Faik, dalam siaran pers, Kamis (24/11).
Dalam hal penataan sarana dan fasilitas di bandara, pihaknya selalu memastikan sarana dan bangunan di bandara tidak menimbulkan faktor risiko kesehatan masyarakat, tersedianya parkir kendaraan, tersedianya fasilitas promosi program kesehatan, tersedianya sarana toilet, peturasan, cuci tangan, dan saluran drainase serta fasilitas lainnya yang dapat menciptakan lingkungan bandara yang sehat, aman dan nyaman.
General Manager PT Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Hardi Ariyanto mengaku, sangat bangga dan menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang berperan serta khususnya pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang dan seluruh stakeholder.
“Karena kerjasama semua pihak, penghargaan Bandara Sehat kembali dapat diperoleh oleh Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang pada tahun 2022 ini,” ucap Hardi.
Dukungan dan apresiasi kepada penerima penghargaan baik kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun instansi juga disampaikan oleh Menteri Perhubungan.
“Semoga kinerja yang baik serta komitmen untuk terus menerus mewujudkan lingkungan yang sehat agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan, karena lingkungan yang sehat akan mensehatkan kita semua,” ujar Menhub Budi Karya Sumadi.
Selain Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, penghargaan serupa juga diberikan kepada Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Adi Soemarmo Surakarta, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Internasional Lombok. Penilaian Bandara Sehat dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dengan pelaksanaan self-assessment dan penilaian melalui video, untuk selanjutnya bandara yang lolos seleksi administrasi akan dilakukan lagi verifikasi lapangan oleh tim penilai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan dan Profesional. Aspek yang menjadi tolak ukur dalam penilaian penghargaan ini diantaranya adalah Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan, Penataan Sarana dan Fasilitas, Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Aspek Kelembagaan.
Harus diakui, kehadiran Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani telah memberi warna tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Sebagai pintu masuk Jawa Tengah, keanggunan dan kemegahan bandara ini - beserta fasilitas sebagaimana layaknya bandara moderen di dunia, telah menjadi ikon bagi kemajuan pembangunan Jawa Tengah. Kehadirannya makin membuat pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah makin gayeng!
- Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Jateng Optimis Capai Target 11 Juta Ton
- Gubernur Jawa Tengah : Tegur Kami Jika Kami Salah
- Yuwanto : Ada Makna Tersirat dari Rembug ‘Ngelakoni, Ngompeni’ Ahmad Lutfhi