Wajah Mustati (40), tampak sumringah. Keputusannya di awal tahun 2021 untuk mengambil peluang bisnis BBM eceran, berbuah manis.
- Tingkatkan Investasi, BP Batam dan DPR RI Komisi VI Gelar Sosialisasi di Sragen dan Karanganyar
- Klaim BPJAMSOSTEK Surakarta 2021 Rp444,777,7 Miliar
- Harlah PKB Ke-23, Fraksi PKB se-Jateng Bagi “Lauk Pauk” Gratis Di Warung Desa
Baca Juga
‘’Permintaannya cukup tinggi, bisa mencapai rata-rata 400-500 liter perhari. Setiap 4-5 hari sekali order. Keuntungan bersih, setelah dikurangi bayar upah karyawan, bisa mencapai Rp4-5 juta per bulan,’’ ungkap Mustati, pemilik outlet Pertashop di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, sebuah desa di pelosok Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kepada RMOL Jateng, Minggu (14/11/2021).
Mustati mendapat informasi tentang Pertashop dari sebuah bank milik pemerintah. Sebagai agen, bank tersebut menawarkan Mustati dan para agen lainnya untuk berwirausaha sebagai agen resmi penyalur BBM Pertamina melalui Pertashop.
‘’Bank menawari kami pinjaman Rp500 juta, dengan masa kredit 4 tahun. Waktu itu, hanya saya yang tertarik. Lainnya tak berminat, karena kondisi masih pandemi,’’ imbuh ibu dari dua orang putra ini.
Dengan modal Rp 600 juta, termasuk uang kas miliknya, perempuan asli Desa Muncar itu, akhirnya mendirikan satu unit Pertashop di desa kelahirannya itu. Resmi beroperasi pada akhir Juli 2021, Mustati menghabiskan Rp 250 juta untuk meratakan tanah bukit miliknya yang berada persis di pinggir jalan utama desa.
Biaya itu belum termasuk untuk modular Pertashop Gold Rp250 juta, pembuatan kanopi Rp20 juta, pembelian alat-alat tambahan seperti stik pengukur BBM, alat pemadam api ringan (APAR), bejana sekitar Rp10 juta, dan biaya operasional lain-lain Rp 70 juta.
‘’Saya mempekerjakan dua karyawan. Satu operator dan seorang lainnya untuk admin, masing-masing bergaji Rp1 juta dan Rp1,5 juta per bulan,’’ ujarnya.
Karyawan Mustati bekerja dua sif sehari. Sif pertama bekerja dari pukul 06.00 hingga 14.00 WIB. Sedangkan sif kedua, dari 14.00 hingga 21.00 WIB.
Chamdani, checker Pertashop Rayon VII Semarang mengatakan, pemilik Pertashop akan menerima margin Rp850 per liter dari Pertamina. Jika rata-rata terjual 500 liter per hari, maka margin yang diperoleh pemilik mencapai Rp12.750.000 per bulan. Jumlah itu belum termasuk loses akibat penguapan yang mencapai 6-7 liter per hari.
Dengan laba bersih yang mencapai Rp4-5 juta per bulan, Mustati mengaku mampu membayar angsuran kredit bank setiap bulannya.
Pertashop milik Mustati, di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, Temanggung. / RMOL Jateng
‘’Baru empat bulan beroperasi, pembelinya terus meningkat. Namanya usaha, harus sabar, tapi tetap optimis. Dulu, saat awal berdiri masih 100-200 liter. Saya optimistis, penjualan Pertamax di Pertashop ini akan terus meningkat hingga 1000 liter per hari. Insyaallah,’’ papar Mustati, dengan penuh optimisme.
Chamdani mengatakan, lokasi Muncar yang berada di wilayah pegunungan, membuatnya terpencil. Dari SPBU terdekat di kota kabupaten, jaraknya mencapai 17 kilometer. Dengan adanya Pertashop milik Mustati, maka kebutuhan BBM warga desa yang berjumlah 4.707 jiwa tersebut dapat terpenuhi.
Dengan penjualan yang mencapai rata-rata 400-500 liter per hari, kata Chamdani, maka Pertashop milik Mustati akan oder BBM setiap 4-5 hari sekali. Untuk kapasitas tangki pendam Pertashop 3000 liter. ‘’Dalam posisi BBM di tangki pendam tinggal 800-900 liter, maka pemilik Pertashop harus sudah order lagi. Untuk wilayah Temanggung, kami biasa memasok dari Terminal BBM Rewulu. Hari ini order, besok BBM datang,’’ ujarnya.
Chamdani menuturkan, terdapat 13 Pertashop di wilayah Temanggung. Pertashop pertama didirikan di Kalibanger, Kecamatan Gemawang pada pertengahan 2020, dengan penjualan rata-rata mencapai 1000 liter per hari.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugraha mengatakan, saat ini, terdapat 643 titik Pertashop di wilayah Jawa Bagian Tengah (Jateng dan DIY), dengan penyaluran Pertamax mencapai 12.310 kilo liter (kl) per bulan.
‘’Animo masyarakat untuk memiliki Pertashop terbilang tinggi. Saat ini, ada 304 pengajuan baru yang tengah diproses. Untuk proses pengajuan, hingga di-ACC memakan waktu sekitar 14 hari,’’ ujar Brasto.
Di Kabupaten Kendal, kata Brasto, ada Pertashop yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tegorejo, Kecamatan Pegandon, yang mampu menyalurkan BBM Pertamax rata-rata 2000 liter perhari dengan laba bersih Rp25 juta per bulan.
Berkah di Masa Pandemi
Kepala Desa Tegorejo, Udiyono mengaku, keuntungan itu dibagi rata antara pengelola BUMDes dan Kantor Desa. ‘’Di masa pandemi, keuntungan tersebut terbilang luar biasa besar. Ini berkah yang tak terhingga bagi kami, di masa yang sulit akibat hantaman pandemi Covid-19, kami masih diberikan limpahan rezeki dari Allah SWT berkat usaha Pertashop ini,’’ kata Udiyono, kepada RMOL Jateng.
Bagi Mustati, berkah dari usaha Pertashop sangat disyukurinya. Di masa pandemi, usaha penyaluran BBM resmi Pertamina yang dirintisnya selama empat bulan terakhir, mampu memberinya tambahan penghasilan yang lumayan untuk menafkahi keluarganya.
‘’Saya bersyukur, usaha ini telah membuahkan hasil, walaupun masih berjalan empat bulan. Warga desa kami tak perlu jauh-jauh mengisi BBM di kecamatan, cukup di sini saja. Irit tenaga dan ongkos,’’ ujar Mustati.
Corporate Secretary PT Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading Pertamina, Putut Andriatno, yang dikutip dari laman resmi Pertamina, mengatakan, untuk memulai usaha Pertashop masyarakat dapat mengakses https://kemitraan.pertamina.com/. Melalui website tersebut masyarakat akan mendapat informasi lengkap seputar pendaftaran atau menjadi agen Pertamina.
Ada tiga persyaratan utama. Pertama lembaga usaha di sini bentuknya CV, PT, Koperasi, Bumdes. Setelah melengkapi dokumen melalui online tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya aliran listrik di lokasi calon tempat penjualan eceran. Bisa saja tak menggunakan listrik tapi cost akan jauh lebih mahal.
Penyiapan wilayah ini nanti akan disiapkan PT Patra Niaga, termasuk survei lokasi untuk melihat potensi ekonomi dari pembukaan Pertashop.
Setelah memilih paket yang diinginkan, calon mitra wajib melengkapi dokumen seperti KTP, NPWP dan akta pendirian usaha. Selain itu, pembangunan Pertashop harus mendapat izin dari kepala desa setempat.
Menurut Putut, untuk membangun Pertashop membutuhkan waktu 3-4 hari untuk survei lokasi. Cepat atau lambatnya proses tergantung dari lokasi. Jika lokasi membutuhkan perataan atau pengurangan tanah, maka akan ada biaya yang dibebankan.
Untuk pertashop keuntungan sekitar Rp 850 per liter, sementara untuk SPBU sekitar Rp 400-500 per liter. Hal ini lah yang menjadi keuntungan menjual bahan bakar melalui Pertashop.
Ada tiga paket dalam menjalankan bisnis pertashop yaitu, Gold, Platinum dan Diamond. Masing-masing paket memiliki spesifikasi tertentu. Untuk Gold, persyaratan yang harus dipenuhi seperti luas lahan 225 meter persegi (m2), Platinum 500 m2, dan Diamond 700 m2. Penyiapan wilayah ini nanti akan disiapkan PT Patra Niaga, termasuk survei lokasi untuk melihat potensi ekonomi dari pembukaan Pertashop.
Kapasitas tangki untuk paket Gold sebanyak 3 kilo liter (kl), sementara untuk paket platinum dan diamond mencapai 10-15 kl. Pertashop hanya menjual bahan bakar Pertamax dan Dexlite. Ia mengingatkan salah satu syarat yang tak kalah penting yaitu minimal luas jalan bisa masuk untuk mobil tangki pertamina dengan kapasitas 5 kl.
"Kalau modal usaha rata-rata kalau untuk modular sama bangunan inti, kalau modular Pertashop Rp 250 juta untuk Gold di luar lahan, Kalau yang Platinum-Diamond sekitar Rp 500 juta - Rp 800 juta untuk bangunan di luar lahan," katanya.
Putut memastikan, pembangunan Pertashop telah melalui standar operasional perusahaan. Dari segi keamanan dan jaminan hukum, pertashop telah resmi terdaftar sebagai agen penjualan bahan bakar eceran milik Pertamina.
2.973 Outlet
Sepanjang tahun ini, Pertamina telah merealisasikan pendirian 2.973 outlet Pertashop. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menjelaskan, capaian ini terwujud melalui sinergi dengan berbagai pihak.
Hingga akhir Oktober 2021, sebanyak 386 outlet Pertashop telah beroperasi di wilayah Sumatera Bagian Utara, 704 outlet di Sumatera Bagian Selatan, 301 outlet di Jawa Bagian Barat, 643 outlet di Jawa Bagian Tengah, 397 outlet di Jatimbalinus (Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara), 216 outlet di Kalimantan, 190 outlet di Sulawesi, serta 136 outlet di wilayah Maluku dan Papua.
“Pertamina telah bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian BUMN, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, serta Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dalam percepatan program Pertashop secara masif dan merata di seluruh wilayah Indonesia," kata Alfian dalam siaran pers, Senin (1/10/2021).
Alfian melanjutkan, keberadaan Pertashop diharapkan dapat menjamin ketersediaan BBM berkualitas di setiap penjuru tanah air, bahkan di wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh lembaga penyalur.
Kemendagri RI melalui Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah dalam rangka Percepatan Pelaksanaan Pertashop pada 27 Oktober 2021, memberikan dukungan dalam mempercepat proses perizinan dan memberikan perpanjangan dispensasi perizinan. Semangat Go Collaborative ini, menurut Alfian, diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Alfian menambahkan, selain menjadi salah satu solusi membangun ketahanan energi, Pertashop sekaligus menjadi lokomotif baru pengembangan ekonomi desa serta pembukaan lapangan kerja. Hingga kini, Pertashop juga telah menciptakan lapangan kerja di desa bagi 7.390 pekerja.
Truk tangki Pertamina mengisi BBM di salah satu outlet Pertashop di Bumijawa, Kabupaten Tegal. / dok Pertamina Patra Niaga JBT.
“Selain menjamin ketersediaan BBM berkualitas di wilayah pelosok, kehadiran Pertamina melalui Pertashop diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan menggerakkan perekonomian desa, seperti penciptaan lapangan kerja baru maupun multiplier effect lainnya dari pembangunan Pertashop yang menggunakan peralatan hasil industri dalam negeri,” paparnya.
Meningkatkan Konsumsi BBM Beroktan Tinggi
Pertamina melalui Pertashop telah menyalurkan bahan bakar berkualitas Pertamax kepada masyarakat di desa sebesar 197 juta liter, dengan penjualan tertinggi secara nasional pada bulan September 2021 mencapai hingga 44 juta liter. Bahkan, di beberapa outlet, penjualan Pertamax mencapai 2.000 liter per hari.
‘’Kehadiran Pertashop turut mendorong peningkatan konsumsi BBM dengan oktan yang lebih tinggi. Proporsi konsumsi Pertamax dari Pertashop sendiri sudah mencapai 8,6% dari konsumsi Pertamax secara nasional. Untuk itu, kami sangat mengapresiasi konsumen Pertashop di desa yang sudah mulai beralih menggunakan produk BBM berkualitas Pertamina,” pungkas Alfian.
Kehadiran Pertashop, bukan saja membuka jalur distribusi BBM di wilayah terisolasi yang sulit ditembus, namun telah membuktikan mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat di pedesaan, khususnya di masa pandemi, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM berkualitas dengan oktan tinggi.
- Smartfren Siap Hadapi Lonjakan Kebutuhan Data Internet
- Total Transaksi Semarang Great Sale 2022 Capai Rp 353 Miliar
- Isoman Pack, Inovasi Produk Kuliner Nasi Kebuli Di Tengah Pandemi Covid-19