Banpol PP Salatiga Itu Ternyata Peraih Sabuk One Pride MMA TV-One

Siapa sangka, sosok petugas Bantuan Polisi Pamong Praja (Banpol PP) Kota Salatiga ini adalah pemegang sabuk kejuaraan olahraga ekstrem besutan suami pengusaha nasional Ardi Bakrie, One Pride MMA (Mixed Martial Arts).


One Pride MMA adalah sebuah program yang tayang saban Sabtu malam di TVOne. Olahraga ini merupakan kompetisi seni bela diri campuran di Indonesia. Olahraga keras ini ditayangkan berkat kerjasama dengan Komite Olahraga Beladiri Indonesia.

Dia adalah Yusuf Susilo. Bapak satu anak ini kelahiran Salatiga, 21 September 1982 yang kesehariannya bertugas sebagai Banpol PP ditempatkan di Setwan DPRD Kota Salatiga ini adalah atlet bela diri beberapa kejuaraan baik regional, nasional hingga internasional.

Apa yang diraih Yusuf, bukan dengan mengemis, bukan juga karena aji mumpung. Kerasnya hidup yang menempa Yusuf kini berdomisili di Ngadisari, RT 04 RW 08, Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga ini mampu memajang sejumlah penghargaan bergengsi dari berbagai pertandingan ya ia ikuti.

Bahkan karena ketekunannya pula, Yusuf berhasil mengharumkan Kota Salatiga khususnya, dan Provinsi Jateng umumnya.

Kepada RMOLJateng yang menemui ditengah-tengah jam rehatnya di Gedung DPRD Kota Salatiga Selasa (28/7), Yusuf Susilo pun mengisahkan perjalanan karir atletnya hingga namanya moncer di kejuaraan bergengsi One Pride MMA TV-One, besutan pengusaha sekaligus Ardi Bakrie itu.

Awal mula Yusuf mengenal bela diri Karate di perguruan Wadokai sekitar tahun 1998-an. Saat pertama kali berlatih, sasanan latihan Yusuf di kelurahan Tegalrejo dengan sosok pelatih Senpai Gusnan Ardiana, yang sekarang menjadi guru mengajar di SDN 05 Tegalrejo.

"Mulanya, saya ditemui Senpai Gusnan Ardiana. Ketika itu beliau adalah penggerak karang taruna Tegalrejo RT 04 RW 04 dan berinisiatif melatih pemuda pemudi wilayah setempat," kata Yusuf memulai kisah perjalanan karir atletnya.

Berjalan sampai tahun pertengahan tahun 2000, murid sang Senpai tersisa tinggal dirinya sendiri. Sampai akhirnya, sang pelatih berkeyakinan muridnya memiliki jiwa sang juara sejati.

Tepatnya di tahun 2000-an, Yusuf untuk pertama kali menjajal kejuaraan Karate Wadokai tingkat Jawa tengah di Semarang dalam rangka seleksi atlit untuk team piala Panglima. Dan hasilnya, Yusuf meraih juara 2.

Masih di tahun yang sama, karena kesibukan sang pelatih Yusuf akhirnya di perkenalkan dengan sosok Dewan Guru Wadokai, yakni Hermansyah Monginsidi. Terpusat di Jalam Sentana 167b, Cabean Mangunsari, Salatiga Yusuf digembleng sebagai atlet profesional di pusat Latihan Wadokai Jawa tengah.

"Dan sejak saya di perkenalkan saya mulai berlatih di Dojo itu, yang sekarang namanya terkenal menjadi Sasana Schreuder, Salatiga," ungkap ayah dari, Miracle Bimantara (5) itu lugas.

Dengan tenggat waktu latihan hanya sore hari, ditambah niat menjadi atlet yang kuat tak menyurutkan Yusuf menyusuri jalanan Kota Salatiga hanya dengan mengayuh sepeda onthel dari rumah ke tempat Sasana. Dari situlah ternyata perkembangan latihan Yusuf semakin meningkat.

Malang tak dapat ditolak. Jiwa muda Yusuf kala itu masih mendorong ia gemar berkelahi secara liar. Bahkan, dengan blak-blakan Yusuf muda kala itu masih sering minum-minuman keras.

Melihat kondisi yang bisa memperburuk jiwa atletnya, sang pelatih sempat stress.

"Pelatih saya stress mendidik saya karena kalau habis mabuk apa habis berantem saya gak datang latihan. Dan akhirnya di tahun 2001 Sensei Hermasyah Monginsidi memberi saran dan menawari saya untuk tinggal di sasana dari pada saya latihan gak jelas dan masih senang mabuk-mabukan," papar Yusuf.

Satu bait kalimat nasehat yang terus terngiang di otak Yusuf kala itu.

"Nek meh golek kesel dadio kuli panggul nang pasar tapi kalau mau berprestasi ya latihan yang bener ojo dat nyeng (Kalau maj cari capek jadilah Kiki panggul di pasar, tapi kalau mau berpretasi ya latihan yang benar jangan sekali tempo saja). Senpai Gusnan setres ngrasakke saya isine mabuk gelut main," timpalnya, mengulum senyum.

Sampai akhirnya, Senpai Gusnan meminta secara baik-baik Yusuf menjadi anak angkatnya dan mau tinggal di tempat latihan sambil  mengajak usaha bersama mengais rezeki yang halal.

Sampai akhirnya, awal tahun 2002 Yusuf mulai mengambil sikap berniat untuk tinggal di sasana Schreuder Salatiga.

Di awal tahun yang sama, kerjaan Yusuf hanya latihan dibalut usaha ternak kelinci. Membagi waktu antara pagi latihan, siang mencari rumput dan sore harinya latihan.

Setelah ternak kelinci anak beranak, Yusuf sempat bingung untuk menjualnya. Hingga diputuskan  kelincinya yang ada di buat sate kelinci.

"Yang jualan juga saya, jadi jadwal saya bertambah jualan sate kelinci.

Pagi latihan, siang 'nyari' rumput sama jamu untuk pasien yang di obati oleh pelatih saya. Terus habis makan siang nyembelih kelinci sore latihan, habis latihan bersih-bersih trus berangkat jualan . Itu saya lakoni berjalan sampai awal tahun 2003 dan di tahun 2003 saya mulai bertanding," paparnya.

Kejurnas

Berbicara kejuaraan, laga pertama Yusuf yakni di Jogja. Sebuah event Kejuaraan Nasional piala Sunan Kalijaga Cup. Dan tak dinyana, Yusuf masuk 4 besar.

Dari hasil itu, perlahan tapi pasti Yusuf menjajal kejuaraan karate Kapolres Cup Pati yang pertama. 

"Alhamdulillah saya bisa juara di  kelas 60kg dan kelas bebas. Meraih 2 medali perak, berawal dari situ prestasi saya mulai meningkat puncaknya di Porda Jateng tahun 2005," ucapnya.

Hingga, akhirnya secara beruntun Yusuf berlangganan meraih juara di berbagai kejuaraan Nasional. Diantaranya juara di 3 kelas sekaligus yakni di kelas -60kg meraih perak, di kelas bebas meraih emas serta di kelas kata/jurus Yusuf meraih perunggu.

Prestasi demi prestasi itulah, Yusuf mulai di lirik oleh Pengprov dan di setiap event tingkat Jateng ia selalu menjadi finalis. Bukan tanpa rintangan, Yusuf sempat pula menelan pil pahit.

"Ketika pembentukan team Prapon Tahun 2006, nama saya muncul sebagai team Pelatda Jateng. Hanya saja masuk lini 3 entah alasannya apa saya kurang tau. Dari situ saya dan pelatih merasa kurang puas dan akhirnya memutuskan untuk pindah hijrah sebagai atlit Jateng mutasi ke Kalimantan timur untuk memperkuat team pon 2008 Kalimantan timur," tuturnya.

Setelah PON 2008, Yusuf kembali ke Jateng. Hanya saja ia tidak diperbolehkan berlaga karate di event Jateng. Akhirnya ia harus pindah cabor agar tetap bisa berprestasi. Sampai akhirnya, Yusuf menjajal cabor Wushu Sanda.

Hingga akhirnya di Porprov tahun 2009 ia lagi-lagi mampu menunjukkan prestasi dan mewakili Kota Salatiga dan meraih medali emas di cabor Wushu sanda kelas -65kg.

Dari situ, Yusuf mulai berkarier di Wushu menjuarai berbagai turnamen regional maupun nasional dan masuk di team Jateng sebagai atlet Pelatda PON 2012. Hingga PON 2012 di Riau ia kalah dengan atlit dari Medan.

Di akhir tahun 2012, untuk mencari tiket Seagemes Yusuf ikut kejuaraan nasional Muaythai di Bali.

"Dan Alhamdulillah saya juara 1 dan menjadi team nasional Muaythai untuk Seagames 2013 serta bergabung di Pelatnas di bulan Oktober. Hanya saja, sebelum Seagames sempat kejuaran Dunia World Combat Games di Rusia,  Alhamdulillah saya terpilih menjadi atlit yang di tunjuk untuk mewakili Indonesia di event itu," kenangnya.

Meski kalah dengan atlit asal Ukraina, namun event di Rusia ini memiliki pengalaman berarti dalam perjalanan karir Yusuf. 

"Karena saya berangkat ke Rusia sendiri tanpa pendamping dan pelatih padahal itu event olimpiade bela diri," ucapnya.

Langkah Yusuf seorang diri ini, membuat semua pelatih dan semua pengurus Federasi Muaythai Internasional heran dan memberi piagam penghargaan karena keberanian dirinya.

Dengan bahasa Inggris yang 'gawur', Yusuf bertanding sendiri di Rusia. Ketika ia naik ring pun, secara spontan Yusuf meminta pertolongan orang Australia untuk mendampingi dirinya berlaga membawa nama merah putih.

"Alhamdulillah saya tidak cidera, jika cidera saya tidak habis pikir siapa yang rawat saya dan apakah saya bisa pulang ke Indonesia," timpalnya.

Di Rusia selama 2 minggu, Yusuf kembali ke tanah air langsung bergabung di team Pelatnas hingga sea games bulan Desember Tahun 2013. Lagi-lagi dewi fortuna berpihak pada Yusuf, ia diganjar medali perunggu hingga akhirnya lanjut ke Pelatnas untuk kejuaraan dunia Muaythai Tahun 2014.

"Saya berhasil mempersembahkan medali perak, ketika itu final lawan atlet asal Bulgaria," imbuhnya.

Di tahun 2014 bulan Agustus kembali ada kejuaraan dunia Muaythai, Yusuf memperoleh medali perak final lawan atlet asal China.

Sepulang kejuaraan dunia Muaythai inilah, rejeki Yusuf di luar rutinitas sebagai atlet. Terbukanya pendaftaran Banpol PP, tak disia-siakannya. Sampai akhirnya ia mencoba mendaftar dan Alhamdulillah Yusuf di terima dan fokus bekerja meski tahun Tahun 2015 sempat dapat panggilan Pelatnas, namun ia tolak.

Dan di awal tahun 2015, Yusuf kembali dapat tawaran untuk menjadi team Pelatda Propon Jateng cabor Wushu namun lagi-lagi ia tolak.

"Saat itu saya bilang, saya mau kalau ada seleksi saya menang saya baru mau gabung karena saya lama vakum di Wushu. Alhamdulillah pada saat ada Kejurprov bulan Mei 2015 saya juara 1 dan saya mulai bergabung di team Pelatda Prapon. Sampai akhirnya Prapon saya lolos lanjut Pelatda di China menghadapi PON 2016, Alhamdulillah saya dapat medali perak," tandasnya.

Usai PON berlalu, Yusuf menjajal bertanding di event One Pride MMA yang disiarkan Tv One. Hingga kini,  Yusuf masih aktif dan menjadi Champion pemegang sabuk di kelas Bantam Weight.

"Mohon doa serta dukungannya buat masyarakat Salatiga di bulan Agustus-September saya kembali bertanding untuk mempertahankan sabuk juara One Pride MMA," ujar Yusuf, sembari mengakhiri perbincangan sore dengan