Kasus tertentu terkadang tiba-tiba secara mendadak ramai dan hebohkan masyarakat. Media massa dalam pemberitaan sebuah isu, tak jarang secepat kilat berhasil menjadikan suatu berita berdampak besar bagi masyarakat di suatu tempat.
- Blora Miliki Fasilitas Cuci Darah Lengkap
- MURI Beri Penghargaan kepada Boney Atas Penjualan Suplemen Peninggi Badan Terbanyak
- Perdana, Rest Area Pendopo KM 456 Gelar Khitan Sehat Bareng Lazis Jateng
Baca Juga
Tempat kejadian lokasi peristiwa dalam pencarian google pada umumnya akan cepat sekali membuat suatu berita tersebar luas di masyarakat. Apalagi sekarang ini, akses masyarakat mencari informasi berita juga kebanyakan secara online.
Sedangkan di media massa lain, khususnya elektronik televisi atau radio, pemberitaan suatu kejadian tertentu mempunyai dampak besar langsung, biasanya mempengaruhi pola pikir masyarakat mudah panik dan terkejut mengetahui suatu informasi di media.
Kasus semacam ini sedang terjadi di Demak sekarang, baik di media sosial atau di tengah masyarakat.
Baru-baru ini munculnya berita pengasuh pondok pesantren (Ponpes) melakukan pelecehan korbannya puluhan santrinya, dampaknya terasa dan langsung ramai diperbincangkan.
Pakar Komunikasi Universitas Diponegoro, Dr Adi Nugroho menjelaskan pemberitaan media massa mempunyai dampak positif dan negatif bagi masyarakat.
Istilahnya dalam sub sektor Ilmu Komunikasi di bidang Komunikasi Massa disebut media effect. Pengaruhnya masyarakat bisa terkena dalam hal sosial sampai dampaknya menyebabkan kekhawatiran berlebihan terhadap suatu peristiwa diberitakan media.
"Media dalam memberitakan sebuah peristiwa memiliki dampak positif dan juga negatif, dalam bidang Ilmu Komunikasi dikenal dengan istilah media effect atau efek pemberitaan. Efeknya bahkan bisa mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, menimbulkan ketakutan, rasa cemas, dan itu berlangsung lama beberapa tahun kadang peristiwa diberitakan media kejadiannya di daerah tertentu. Dan masyarakat sekitar akan membicarakan peristiwa itu terus, lama-lama semakin cepat menyebar dan diketahui banyak orang, seperti itu prosesnya," jelas Adi, Jumat (14/06).
Efek pemberitaan media massa yang begitu besar dan dirasakan masyarakat langsung seperti itu, kata Adi, dalam menangkalnya dibutuhkan literasi media atau pemahaman masyarakat mengenai sebuah isu berita.
Oleh karena itu, masyarakat harus bisa memahami bahkan membedakan pesan dalam berita tentang peristiwa tertentu agar tidak salah menafsirkan dan justru jadi korban dampak pemberitaan.
Khawatirnya, jika ternyata salah persepsi timbul di masyarakat dan penyebaran berita sangat masif, dampaknya bisa luas dan rawan memicu munculnya isu hoax atau menimbulkan kesalahpahaman menjadikan situasi tidak jelas.
"Pokoknya hati-hati jangan sampai masyarakat tidak paham isu beritanya seperti apa tahu-tahu cepat menyebar jadi isu bahan pembicaraan secara luas. Padahal, belum tentu di masyarakat isunya sama persis, kadang-kadang dipelintir, ditambahkan sisi lain atau cerita sengaja dibuat-buat meski tujuannya untuk memberikan informasi ke orang lain. Tetapi, makna persepsi berita sudah berbeda diluar pemberitaan aslinya. Itu yang paling sering dan mengkhawatirkan, karena masyarakat cenderung lebih mudah mendapatkan informasi dari orang lain daripada memahami sendiri suatu berita di media massa, sekarang juga eranya media sosial, yang menjadi sarana penyebaran informasi. Penting sekali paham literasi media," terang Adi cukup panjang.
- Dinnakerind Demak: Investasi Tumbuh Atau Tidaknya Tergantung Kualitas Tenaga Kerja
- Panganan Demak Merambah Dunia Internasional Hingga Ke Mekah
- Demak Kota Wali Dengan Kaligrafi Nan Indah Dan Mempesona