Bikhhu Thudong Akui Antusiasme Masyarakat Kota Semarang Sangat Luar Biasa

Puluhan Bikhhu Thudong atau Bikhhu Hutan telah tiba di Kota Semarang pada Minggu (28/5) siang.


Saat pertama kali menginjakan kaki di Kota Semarang tepatnya perbatasan antara Kendal-Semarang, para Bikhhu langsung disambut oleh masyarakat umat Buddhis maupun non-Buhddhis. Kedatangan puluhan Bikhhu ini mendapat respon dan antusiasme luar bisa dari masyarakat kota Semarang. 

Setiap perjalanannya menuju ke Vihara Adi Dharma, perjalanan para Bikhhu dikawal langsung oleh masyarkat yang berjejer di pinggir jalan. Mereka tanpa pertimbangan menyodorkan minuman dan makanan serta kebutuhan lainnya untuk para Bikhhu. 

Seorang Bikhhu dari Indonesia, yakni Bhante Wawan mengakui warga Kota Semarang adalah masyarakat yang paling antusias dalam menyambut kedatangan Bikhhu Thudong ini. Menurutnya, umat non-Buddhis di Kota Semarang juga sangat menyambut dengan ramah bahkan menunggu kedatangan para Bikhhu Thudong. 

“Antusias yang sangat luar biasa tapi kalau di Semarang sangat sangat sangat luar biasa sekali. Tidak hanya umat Buddhis, tapi semua umat. Bagi saya inilah wajah-wajah Indonesia, murah senyum, ramah tamah, welcome dan tidak memandang ras,” ujarnya saat ditemui awak media di Vihara Adi Dharma. 

Dirinya berharap, toleransi seperti ini agar bisa terus ditanamkan dalam kehidupan masyarakat. Ia mengakui perjalanan di Indonesia mendapat respon positif dari teman Bhikhhu lainnya yang berada di luar negeri. 

“Sempat teman Buddhis di Jepang dia bertanya, ini di Indonesia coba kirim gambarnya. Setelah saya kirim dicek takutnya hoax, terus ditanya apakah yang ngawal itu umat non-Buddhis alias umat islam saya bilang iya yang ngawal dari Batam sampai sekarang umat non budhis. Terus yang beri makan minuman umat non-Buddhis, saya jawab iya terus saya tanya kenapa, dia jawab kalau tahun depan ada Thudong lagi di Indonesia saya akan ikut semuanya ,” paparnya. 

“Jadi mereka akan ke Indonesia karena di mata mereka Indoensia yang diviralkan dulu itu kekerasannya (intoleran) tapi sekarang setelah adanya toleransi ini saya yakin akan pasti ke Indonesia,” lanjutnya. 

Disisi lain, Bhante Wawan mengakui tantangan dalam perjalanannya menuju ke Borobudhur untuk melakukan Ibadah Waisak adalah iklim. Akan tetapi, untuk iklim di Indonesia masih dianggap wajar dibanding negara lain seperti Thailand dan Malaysia. 

“Iklim panas sekali, kemarin sempat 43 derajat. Jadi pada waktu di Thailand dan Malaysia kita istirahat tidak boleh melakukan perjalanan sampai jam 1. Iklim extrem Thailand dan Malaysia, kalau masuk di Indonesia iklimnya sudah biasa 34 derajat,” imbuhnya.