Kegagalan Tim Indonesia mempertahankan tradisi emas dalam cabang olahraga (cabor) bulutangkis di Olimpiade Paris 2024, memang cukup disayangkan banyak pihak dan public di tanah air.
- Gubernur Jateng Lepas Atlet Pelari Peserta Borobudur Marathon 2022
- Kecamatan Semarang Barat Gelar Pertandingan Voli
- Pemain PSIS Semarang Kembali Berlatih Usai Tanding Lawan Persija
Baca Juga
Beruntung perjuangan Gregoria Mariska Tunjung sedikit mengobati kekecewaan masyarakat Indonesia dengan berhasil membawa pulang medali perunggu. Gregoria yang seharusnya menjadi tumpuan terakhir merebut medali emas di cabor bulu tangkis Olimpiade Paris 2024, harus terhenti di babak semifinal.
Gregoria kalah dari tunggal putri nomor 1 dunia dari Korea Selatan, yakni An Se-young pada Minggu (4/8/2024) pukul 13.30 WIB. Namun demikian, Gregoria layak diapresiasi yang telah all out berjuang mati-matian di babak semifinal.
Meredupnya prestasi tim bulutangkis Indonesia yang belum berhasil meraih podium tertinggi di kancah bulu tangkis dunia di Olimpiade Paris 2024 ini, pun mendapat tanggapan dari Legenda Pebulutangkis Indonesia, Richard Mainaky.
Richard Mainaky yang sempat sukses membawa 6 kali tim ke olimpiade menilai, bahwa factor penyebab hasil tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024 yang belum sesuai harapan, karena kurangnya persiapan jangka panjang yang dilakukan Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI).
Usai Olimpiade Paris 2024 terlepas Indonesia mendapat medali emas atau tidak, Richard Mainaky menaruh harapan besar agar manajemen dan semua organisasi di bawah PB PBSI Pusat harus ditata ulang.
Richard pun berharap Indonesia dalam empat hingga delapan tahun kedepan, harus siap regenerasi pemain untuk olimpiade tahun tahun mendatang.
“Empat tahun hingga delapan tahun mendatang, kita harus punya pondasi itu dan harus memiliki materi pemain-pemain muda dan banyak di Indonesia,” ujar Richard saat dikonfirmasi Minggu (5/8).
Belajar dari pengalaman yang dilakukan Richard Mainaky, ia telah menyusun program jangka panjang, yakni empat tahun sebelum olimpiade sudah dipersiapkan dengan matang.
Ia menilai langkah PBSI memang sudah bagus dengan membentuk tim Ad Hock menjelang Olimpiade Paris 2024. Namun, ia melihat persiapannya terlalu pendek sekali dan mendesak.
“Menurut saya, harus dilakukan persiapan jangka panjang menjelang olimpiade berdasarkan pengalaman saya yang telah membawa tim Indonesia sebanyak 6 kali di olimpade,” tutur Richard.
Richard menegaskan bahwa PBSI seharusnya sudah mengetahui sejak satu atau dua tahun bahwa pemain mana saja yang akan dipersiapkan ke podium tertinggi olahraga tingkat dunia itu.
“Olimpiade bukanlah seperti persiapan kejuaraan All England dan Super Series. Karena olimpiade itu adalah prestasi sejarah tertinggi bagi para olahragawan di bidang olahraga tingkat dunia, karena itu harus dipersiapkan jangka panjang,” terang Richard.
Berkat tangan dingin Richard Mainaky, ia berhasil mengantarkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjemput medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. (istimewa).
Richard pun berbagi pengalamannya saat membawa tim bulutangkis Indonesia di Olimpiade tahun 2016 silam. Kala itu di bawah salah satu pengurus PBSI, semua program baik jangka pendek dan jangka panjang telah disusun dengan jelas.
“Selama 2 tahun dan 4 tahun, persiapan kita harus jelas mau dibawa kemana,” ungkap pelatih yang pernah mengantarkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjemput medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu.
Richard yang kini dipercaya sebagai pelatih PB Djarum Kudus, mengaku tidak setuju jika ada yang menyebut hasil yang diraih tim bulutangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024 kurang maksimal akibat alasan cuaca di negara tersebut.
“Mau bicara apapun alasannya dan menyalahkan factor alam sekitar, saya jelas tidak terima. Sebab saat berada di Paris para pemain sudah dilakukan training camp, sehingga mereka sudah bisa beradaptasi,” tegas Richard.
Richard Mainaky yang berpengalaman kesuksesan tim Indonesia dengan membawa pulang 2 medali perak serta satu emas, mengaku tidak terima jika factor cuaca menjadi alasan kegagalan tim Indonesia.
Saat membawa tim Indonesia di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 silam, Richard melakukan training camp selama hampir 5 minggu kepada para pemain. Karena itu, tidak ada alasan jika kurang waktu untuk beradaptasi saat pelaksanaan olimpiade.
”Pihak Djarum saat itu mensupport untuk training camp di Brazil sebelum masuk ke Olimpiade Rio De Janeiro. Dan support dari Djarum ini sangat membantu sekali. Namun untuk olimpiade tahun ini, sepengatahuan saya pihak Djarum tidak ikut dilibatkan,” imbuhnya.
Richard Mainaky yang kini ditunjuk sebagai Pelatih PB Djarum Kudus, mengajak semua bersatu dalam menghadapi olimpiade tahun-tahun mendatang.
Untuk diketahui, wakil Indonesia di cabang olahraga bulutangkis pada Olimpiade 2024 berguguran. Gregoria Mariska Tunjung sebagai asa terakhir Indonesia meraih medali dari bulutangkis.
Bulutangkis menjadi andalan Indonesia mendulang medali di Olimpiade 2024. Cabang olahraga ini tumpuan Indonesia mendapat medali sejak Olimpiade 1992. Sejak tahun 1992, bulutangkis hanya sekali absen mendapatkan medali pada Olimpiade 2012 di London.
- ADKASI Rancang Program Retret Bagi Pimpinan DPRD
- Pelajaran Alternatif Sistem Pertahanan Negara Lain Bagi Negara Seperti Indonesia
- 75 Tahun Rajut Hubungan Diplomatik, Indonesia-Turkiye Makin Intim