Sebuah kearifan lokal yang tak pupus dimakan zaman sebagai upaya mencegah penyebab kerusakan dan penurunan produktivitas tanaman padi, yakni kegiatan 'gropyokan' tikus.
- Satpol PP Kota Semarang Sosialisasikan UU Cukai Hasil Tembakau
- Stabilkan Harga, Pj Bupati Batang Bareng Bulog Sebar Ribuan Ton Beras Medium
- Tim Reaksi Cepat Semen Gresik Salurkan Logistik untuk Korban Banjir Rembang
Baca Juga
Seperti dilakukan sekelompok tani di Tambak Boyo, Kacamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jumat (17/9).
Terpusat di sekitar Jalan Lingkar Tambak Boyo, sekelompok petani tergabung dalam Kelompok Tani Sidomakmur, puluhan petani menggelar 'gopyokan' tikus dengan alat sederhana namun rama lingkungan.
Ketua Kelompok Tani Sidomakmur Pujono mengatakan, kegiatan 'gopyokan' tikus selama ini dilakukan selain memiliki tujuan utama dalam membasmi hama tikus juga memiliki kebermanfaatan lain.
"Kearifan lokal ini menumbuhkan sikap gotong royong antar para petani sekaligus sebagai ajang silaturahmi," kata Pujono kepada RMOLJateng.
Kegiatan tergolong tradisional dan kuno namun seringkali lebih bersifat efektif sebagai salah satu strategi dalam pengendalian hama tikus sawah pada awal musim tanam.
Karena memang, lanjut Pujono, tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan hama utama tanaman padi bagi kalangan petani. Pasalnya, dampak yang ditimbulkan yakni kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase generative hingga fase penyimpanan di gudang.
Bahkan disebutkannya, kerusakan kuantitatif yang ditunjuk hama tikus yaitu penurunan bobot produksi akibat dikonsumsi binatang pengerat tersebut.
"Sehingga kerusakan kualitatif yaitu adanya kontaminasi kotoran maupun mikroorganisme lainnya yang terbawa oleh tikus," paparnya.
Cara-cara sederhana, murah serta ramah lingkungan lebih dipilih petani dan secara ntensif dan berkelanjutan sebelum tikus berkembang-biak.
Menggunakan alat-alat yang sederhana seperti kayu, cangkul, besi, ember, dan lainnya tanpa menggunakan senyawa kimia seperti pestisida, disebutkan Pujono, kegiatan mencerminkan kerjasama, kegotongroyongan dan tak bisa bekerja secara individual.
"Metode pemberantasan tikus metode ini sebelumnya kami awali dengan selamatan atau syukuran. Dimaksudkan dalam pelaksanaannya berjalan lancar, tidak ada hambatan serta diberkahi Tuhan Yang Maha Esa," ungkapnya.
Kegiatan dihadiri Forkopimcam diantarau Wakil Camat, Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas serta Ketua Penyuluhan Kecamatan Tambak Boyo, kegiatan 'gopyokan' tikus juga ikut melibatkan Ketua Poktan, Kelopmpok Tani Sido Makmur, Kelompok Tani Sebaung Makmur serta Kelompok Tani Margorejo.
Ia menambahkan, dengan 'gopyokan' dalam memberantas tikus lebih ramah lingkungan ketimbang dengan dengan alat bantu seperti alfostran yang merupakan alat peledak berbentuk corong yang tertutup diisi dengan belerang atau solfatara.
"Dengan kegiatan ini para petani berharap hasil panen kelak melimpah," imbuhnya.
- Akselerasi EBT, SG Gunakan Solar Panel untuk Operasional Perusahaan
- PT Yih Quan Footwear Indonesia, Pabrik Sepatu Internasional Senilai Rp 1,7 Triliun Resmi Beroperasi di KIT Batang
- Kesadaran BBM RON Tinggi, Konsumsi Pertamax Terus Meningkat