Cerita Napi Lapas Batang Menjalani Ramadhan 

Mirip lagu bang Toyib, Andri Prayitno (29) hampir tiga kali Lebaran tidak pulang ke rumah. Karena terjerat kasus narkoba, ayah satu anak itu mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II B Batang.


Andri bercerita bahwa selama menjalani vonis lima tahun, ia menemukan bahwa pertemuannya dengan Ramadhan setiap tahun menjadi momen yang istimewa. Ia mendapatkan lebih banyak kedamaian. Karena itu, ia selalu ikut segala kegiatan Ramadhan di lapas. 

"Kalau pagi tadarus Al Qur'an, kalau setelah Ashar ada hafalan-hafalan, lalu malam Tarawih dan tadarus malam," kata pria dengan bekas tindikan di telinga itu, Minggu (10/4).

Ia berujar bahwa sebelum masuk penjara sudah bisa membaca Al Qur'an. Lalu, ia sempat lupa hingga akhirnya mencoba mengingat saat dalam penjara.

Andri mengakui merasa susah ketika awal membaca kembali Al Qur'an. Tapi, lambat laun, ia bisa memperbaiki lagi bacaannya. Ia pun juga rutin mengikuti berbagai pengajian di dalam lapas. 

"Makin banyak ilmu justru (saya) merasa makin bodoh di sini," tuturnya.

Warga Kota Pekalongan itu mengatakan bersama jemaah masjid Lapas juga mengkhatamkan Al Qur'an. Bahkan sejak awal Ramadhan tahun ini sudah sembilan kali khatam.

"Yang suka juga setiap Ramadhan pasti dapat remisi. Alhamdulillah dapat terus tahun kemarin," katanya.

Kasi Pembinaan Narapidan, Anak Didik, dan Kegiatan Kerja Lapas Batang, Satriya D Wicaksana mengatakan, banyak kegiatan saat Ramadhan. Program yang pasti adalah tadarus setiap selesai salat wajib.

Lalu, ia juga mengatakan tarawih tertib dilaksanakan. Jadwal makan pun menyesuaikan kegiatan puasa para warga binaan.

"Kami bagi makan sahur mulai pukul 02.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Lalu kalau buka puasa kami juga sediakan ekstra puding semisal kolak atau kacang ijo," jelasnya.

Satriya menambahkan, jatah makan untuk warga non muslim masih normal yaitu tiga kali sehari. Tapi tempat makannya dipindah ke gereja dalam lapas. Hal itu untuk menghormati yang puasa.