Corona dan Dokter Sartono


Kasus penularan virus ini diawali saat warga negara (WN) Jepang bertemu dengan warga negara Indonesia yaitu seorang wanita berusia 31 tahun, di klub dansa pada 14 Februari 2020. 

Sejak kasus pertama itu, tidak kurang dari sebulan, Corona merebak cepat diseluruh wilayah tidak terkecuali Brebes Jawa Tengah. Wilayah dengan penduduk hampir dua juta jiwa di kawasan Jawa Tengah bagian ter barat. 

Bupati Brebes pun menyatakan sebagai zona merah mulai 5 Mei 2020. Kala itu, kasus pertama warganya positif Covid-19 dari klaster alumni peserta tablig akbar Gowa Sulawesi Selatan. 

Situasi kian horor kala stok Alat Pelindung Diri (APD) tenaga kesehatan yang menangani pasien corona dinyatakan krisis, ditambah pusat keramaian diperketat, makan minum di warung harus take away, kebijakan work from home (WFH) di kantor pemerintahan dan swasta diberlakukan serentak guna meredam penyebaran virus ganas ini, kondisi ini tidak berlaku bagi Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan di Brebes. 

Dinas yang menaungi 38 Puskesmas, 14 Rumah sakit dan puluhan klinik terus berjibaku menangani pasien positif corona dan mengedukasi warganya dari penyebaran yang kian masif. 

Dibawah kepemimpinan Dokter Sartono sejak maret 2019, upaya kesehatan promotif preventif menjadi prioritas sebelum kuratif dan rehabilitatif. Ia dikenal sebagai orang humble, mudah bergaul,  baik dikalangan sejawat maupun secara umum. 

Awal dilantik sebagai Kadinkes ia lakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan berbagai pihak internal dan eksternal, tak jarang ia memimpin apel pagi dan memberikan semangat kepada jajaran dibawahnya di seluruh 38 puskesmas.  

Meski ditengah usia yang tidak muda, beliau melihat peluang bonus demografi dan perkembangan teknologi 4.0 sebagai transimisi komunikasi dengan masyarakat luas. 

Maka, tidak heran jika ia banyak memanfaatkan medium musik dan medsos, guna promosikan pesan- pesan Kesehatan. Pun di awal wabah Corona masuk di Indonesia ia mengantisipasi secara promotif dengan  mengedukasi warga brebes melalui musik dan medsos. 

Sebagai orang nomor satu di dunia Kesehatan Brebes, Dokter Sartono dikenal sosok yang berintegritas tinggi. Selama wabah corona, Ia tidak tinggal diam merancang strategi menangani dari hulu hingga hilir. 

Testing, Tracing dan Treatment terus digalakkan  sejak zona merah melekat di Brebes. tak hanya itu, ia turun langsung memastikan implementasi jogo tonggo di desa-desa. 

Bahkan untuk menuntaskan persoalan kekurangan APD tenaga kesehatan, ia mengupayakan melalui koordinasi dengan berbagai pihak baik di pemerintah pusat, provinsi maupun swasta. 

Hingga dimasa vaksin corona telah di distribusikan, ia prioritaskan bagi tenaga kesehatan sebagai garda depan penanganan di level pelayanan. 

Satu hal yang kukenal dari beliau, meski raut muka nampak lelah, dan beban berat yang sedang ia pikirkan soal wabah ini namun ia “tidak pernah mengeluh”. 

ia tetap memberikan pesan optimistis“ tetap berikhitar sekecil apapun dan tidak boleh sombong sama Allah”. sesekali ia menyadur ucapan Ibnu Sina “kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan”  

Selama bulan juli 2021, lonjakan kasus meninggal dunia karena corona makin masif,  tidak sedikit diantara tenaga kesehatan gugur karenanya. Brebes berada disuasana haru, berita lelayu berdatangan dari berbagai penjuru. 

Disuasana seperti ini, kabar duka tiba- tiba datang dari sosok yang dikenal gigih memerangi wabah, ia harus menyerah dengan kondisi fisiknya yang tidak mampu menahan sakit. 

Dokter Sartono harus mengalah dengan takdir, ia dinyatakan meninggal dunia saat mendapat perawatan di ruang ICU RSUD Brebes. Seluruh media nasional kompak memberitakan wafatnya beliau. Bahkan Sebelum tutup usia, ia masih sempatkan pesan penting melalui salah satu stafnya.

 "Beliau terakhir pesan kepada kami tolong jaga kesehatan masyarakat Brebes. Syukur-syukur bisa lebih bagus, sehingga pandemi ini cepat selesai dan tolong jaga kekompakan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes,” 

Pesan ini tentu saja memiliki makna, ia cerminan seseorang yang kaya integritas di tengah situasi sulit sekalipun. 

Kini kondisi sudah mulai berangsur pulih, kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan serta capaian vaksinasi corona warga Brebes sudah tinggi. 

Agenda pemulihan ekonomi digenjot oleh Pemerintah melalui berbagai program. Sosok Dokter Sartono boleh saja pergi secara fisiknya, namun tidak dengan kiprahnya yang penuh inspiratif. 

Bagiku ia seorang pahlawan ditengah pandemi. Pemerintah Daerah perlu memberikan penghormatan atas perjuangan keras  Dokter Sartono selama wabah terjadi. Penghormatan bisa dilakukan dengan cara penyematan nama gedung atau instansi layanan Kesehatan yang ada di Brebes.  Semoga.