Diduga Dipicu Dendam, Remaja 16 Tahun Meregang Nyawa Disabet Celurit

 Petugas penyidik Satrekrim Polres Kudus sedang olah tempat kejadian perkara perkelahian berujung maut di wilayah Kecamatan Undaan. Istimewa
Petugas penyidik Satrekrim Polres Kudus sedang olah tempat kejadian perkara perkelahian berujung maut di wilayah Kecamatan Undaan. Istimewa

Seorang remaja berinisial RAS (16 tahun), warga Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, harus meregang nyawa akibat luka bacokan usai dikeroyok sejumlah pelaku.


Tentu saja tragedi berdarah ini, menambah jumlah kasus pengroyokan hingga berujung maut yang terjadi selama dua kali dalam rentang waktu April hingga Mei 2024 di Kecamatan Undaan.  

Akibat luka bacokan celurit milik para pelaku yang beralamat di Desa Medini Undaan ini, korban meninggal dunia saat dalam perawatan di Puskesmas Undaan, Selasa (21/5) dinihari.

Praktis tragedy berdarah akibat aksi pengeroyokan yang dilakukan sejumlah remaja dari dua desa bertetanggaan ini, langsung menggegerkan warga di wilayah Undaan. Kejadian itu langsung viral di media social.   

Kabar terbunuhnya remaja asal Desa Kalirejo itupun dibenarkan oleh Agus Haryanto selaku kepala desa setempat. Melalui Sekretaris Desa Kalirejo, Faiq Maulana mengakui memang salah satu warganya meninggal dunia dini hari tadi.

Awalnya, Faiq mendapatkan informasi melalui Whatsapp dari aparat Bhabinkamtibmas  pada Selasa (21/5) pagi. Dalam informasi itu memberitahukan ada warga Kalirejo meninggal dunia terkena bacokan senjata tajam.

“Saya mendapat WA dari Bhabinkamtibmas pagi tadi, kalau ada warga Kalirejo meninggal dunia terkena bacokan di Desa Medini sekitar pukul 04.00 WIB,” ujar Faiq saat dimintai keterangan.

Namun demikian, Faiq mengaku belum mengetahui persis pasti pemicu perkelahian hingga mengakibatkan warga desanya meninggal dunia.

“Selain itu, saya juga tidak tahu berapa orang pelaku yang terlibat dalam aksi perkelahian itu. Dugaan sementara, perkelahian yang terjadi dini hari tadi, dipicu akibat dendam yang belum terselesaikan,” terangnya.

Sebelum meninggal dunia, kata Faiq, korban RAS bersama teman-temannya pernah ditangkap aparat Mapolsek Undaan pada akhir Maret 2024 lalu.

“RAS bersama teman-temannya diamankan polisi, karena membacok seorang warga Desa Medini. Namun tidak ada yang tahu pasti, RAS tiba-tiba bisa bebas tanpa mendapat hukuman atas perbuatannya,” ucapnya.

Kala kejadian berlangsung pada akhir Mei itu, Faiq memang sempat memberikan peringatan kepada orang tua RAS. Yakni untuk lebih memperhatikan, serta memantau anaknya usai peristiwa tersebut.

Apalagi selama ini, pihak Pemerintah Desa Kalirejo kerap mendapat aduan terkait perilaku RAS yang sering melakukan tindakan kekerasan hingga penganiayaan.

“Kami mengamati bahwa persoalan itu (pengeroyokan hingga RAS meninggal dunia) karena unsur balas dendam.  Bisa jadi karena kasus terakhir yang tidak ditindaklanjuti polisi, hingga akhirnya bergerak sendiri,” terangnya.

Tak ingin tragedy berdarah berujung maut yang terjadi kedua kali di wilayah Undaan terulang, aparat Pemerintah Desa Kalirejo langsung bergerak cepat mengumpulkan warganya.

“Melalui pihak RT dan RW, kami menghimbau agar semua warga saling menjaga emosi masing-masing. Selain itu, menghimbau warga agar tidak mudah terpancing emosinya,” tukasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Kudus melalui Kasatreskrim AKP Danang Sri Wiratno mengaku saat ini masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.

“Saat ini masih proses penyelidikan,” ujar Danang singkat saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon oleh awak media.

Danang juga membenarkan kejadian itu berawal dari perkelahian. Korban sempat dibawa ke Puskesmas Undaan untuk dilakukan perawatan. Namun nyawa korban tak bisa diselamatkan hingga dinyatakan meninggal dunia.

“Korban sempat dirawat dan akhirnya meninggal dunia di Puskesmas,” terangnya.

Pihak Polres Kudus pun membawa jenazah RAS ke kamar mayat RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus untuk dilakukan otopsi.

Dalam kesempatan yang sama, Humas RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr. Taura Avensia menambahkan, penyebab utama kematian korban akibat adanya tusukan di dada kiri atas. Hal itu diketahui dari hasil otopsi.

"Penyebab utama kematian luka di dada atas kiri sedalam 8 centimeter tembus rongga dada. Melihat rapinya robekan diindikasikan senjata tajam. Selain itu juga ditemukan luka selebar 1 centimeter tidak beraturan dan kedalaman 2 centimeter. Diduga luka itu berasal dari tusukan sejenis obeng,” paparnya.