Berbagai organisasi masyarakat sipil Amerika Latin
menyoroti pelanggaran HAM yang terjadi di kamp Tindouf di Aljazair yang
dikuasai kelompok Polisario. Mereka menyebut Polisario melakukan teror
terhadap warga pengungsi, khususnya kaum wanita Sahrawi.
- Membedah Gaya Komunikasi Presiden RI
- Menggoreng Isu Ijazah Palsu Jokowi, Ulah Siapa, Untuk Apa?
- Dituduh Gunakan Ijazah Palsu, Jokowi Akan Tempuh Jalur Hukum
Baca Juga
Menurut Maghreb Arab News (MAP), berbagai organisasi kemanusiaan yang menyampaikan kecaman itu antara lain Global Africa Latina Foundation, Mexico’s Socpinda, Oaxaca, Dominican Republic’s Committee for World Peace, Human and Municipal Rights, dan Peru’s Foundation of Education and Enterprise.
Organisasi-organisasi kemanusiaan ini mengatakan, Polisario melakukan penculikan dan menahan wanita Sahrawi di kamp Tindouf.
Wanita diculik di kamp Tindouf yang dikuasai Polisario. Mereka tidak mendapatkan hak mereka dan tidak mendapatkan peluang untuk mewujudkan mimpi dan ambisi mereka," antara lain bunyi pernyataan bersama organisasi-organisasi kemanusiaan itu.
Pada Desember 2015 lalu, seorang wanita muda Sahrawi kewarganegaraan Spanyol, Maloma Morales, ditangkap Polisario saat mengunjungi ibu kandungnya di Tindouf. Morales adalah salah satu anak Sahrawi yang telah diadopsi keluarga Spanyol.
Setahun sebelumnya, Agustus 2014, seorang wanita Sahrawi yang sekarang juga sudag berkewarganegaraan Spanyol, ditangkap saat mengunjungi kakeknya yang sedang sakit.
Pada 20 Juni lalu, Anggota Parlemen Eropa (MEP) mengecam perkawinan paksa dan kemerdekaan warga Sahrawi yang dirampas, juga penyiksaan yang dialami wanita Sahrawi di Tindouf. MEP mendesak Aljazair dan Spanyol untuk mengambil tindakan tegas menghentikan situasi ini.
Dalam kesempatan yang sama, berbagai organisasi kemanusiaan Amerika Latin itu juga menyampaikan dukungan atas upaya Maroko memerangi kelompok teror di kawasan Sahara, sekitar perbatasan Maroko dengan Aljazair. Berbagai laporan sebelumnya secara terpisah menyebutkan Polisario terlibat dalam berbagai aksi teror ini.
Hal lain yang mereka sampaikan adalah dukungan atas pembicaraan damai yang dipimpin PBB untuk menghentikan ketegangan dan mencari jalan keluar yang demokratis di kawasan.
Awal
bulan Juli ini, Khat Achahid, sebuah grup bekas anggota Polisario
menulis surat untuk Uni Afrika mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan
Polisario terhadap pengungsi Sahrawi. Menurut mereka, setidaknya 650
pengungsi hilang dari Tndouf antara 1975 sampai 1991. Mereka yang hilang
ini diduga menjadi korban dari kebiadaban Polisario.
- Membedah Gaya Komunikasi Presiden RI
- Menggoreng Isu Ijazah Palsu Jokowi, Ulah Siapa, Untuk Apa?
- Dituduh Gunakan Ijazah Palsu, Jokowi Akan Tempuh Jalur Hukum