Perayaan Sekaten dimulai saat ditabuhnya Gamelan Kiai Guntur Sari dan Gamelan Kiai Guntur Madu di Masjid Agung sebagai tanda Sekaten resmi dibuka. Sekira pukul14.20 WIB, prosesi ungeling gangsa atau penabuhan gamelan dimulai.
- Keistimewaan Nuzulul Quran: Mukjizat Abadi Dan Pedoman Hidup Umat Muslim
- Meriahnya Kirab Budaya HUT ke 58 Batang, Ribuan Warga Penuhi Jalanan
- Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran, Laku Tapa Bisu
Baca Juga
Puncak dari prosesi Sekaten pada Selasa (20/11) mendatang bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Dan saat itu Keraton Surakarta juga akan mengeluarkan gunungan untuk dibagikan kepada masyarakat.
Sebelum ditabuh (dibunyikan), ulama Masjid Agung akan melantunkan ayat-ayat suci Alquran. Selanjutnya pihak Keraton Solo akan memerintahkan pimpinan kelompok abdi dalem penabuh gamelan Kiai Guntur Madu untuk mulai membunyikan gamelan yang ditabuh setelah Ashar. Dan dilanjutkan oleh gamelan Nyai Guntur Sari.
Gamelan pusaka ini di bunyikan pertama kali dengan laras gending Rambu. Sedangkan Kiai Guntur Madu yang berada disisi utara mengawali gending Rangkung. Gamelan terus dibunyikan selama tujuh hari berturut-turut dan hanya berhenti saat waktu Shalat dan hari Jumat.
Konon pada masa lampau gamelan pusaka milik kraton saat ditabuh (dimainkan) suaranya terdengar hingga puluhan kilometer. Karena itulah saat melakukan syiar agama Wali Songo memanggil warga dengan suara gamelan, sehingga warga beramai-ramai mendatanginya.
Yang menarik ada ritual khusus dan istimewa dari perayaan Sekaten, setelah gamelan ditabuh (dibunyikan), masyarakat juga melakukan tradisi wajib 'nginang'(mengunyah kapur sirih). Selanjutnya masyarakat juga berebut janur yang dipasang mengitari bangsal.
Salah satu pengunjung asal Boyolali, Mbah Wiji (70) rutin datang setiap ada Sekaten untuk melihat prosesi adat tabuhan gamelan keraton. Menurut pengunjung banyak yang nginang (mengunyah sirih) saat gamelan Kiai Guntur Madu di tabuh (dibunyikan) menurut kepercayaan bisa membuat badan tambah sehat dan selamat dan awet muda.
"Sudah jadi kepercayaan nginang sama telur asin karemenan (kesenangan) Kyai Guntur Sari. Kalau pecut kui remenane Guntur Madu," jelasnya di Masjid Agung Solo, Selasa (13/11).
Sementara itu Takmir Masjid Agung Surakarta, Muhtarom, sampaikan Sekaten sendiri adalah merupakan tradisi turun temurun sejak zaman Kerajaan Demak. Sebagai salah satu usaha dari para Wali Songo mensyiarkan agama Islam.
"Masih berlangsung hingga saat ini. Dulu saat mau melihat gamelan harus membaca Syahadat dahulu," tutur Muhtarom.
- Chatra, Simbol Keagungan Candi Borobudur
- Sejumlah Tokoh Desak Luruskan Sejarah, Batang Sudah Tercatat Eksis Sejak 1614
- Pimpinan Ziarah ke KH. Asmorosufi, Wabup Wonosobo : Semangat dan Kiprahnya Harus Diteladani