Gerakan Masyarakat Peduli Amanat (Gampar) mengingatkan pada perguruan tinggi untuk membersihkan orang-orang terindikasi faham radikal dan kelompok intoleran dari struktur jabatan strategis di perguruan tinggi.
- 120 Warga Kawasan Borobudur Dilatih InJourney Hospitality House
- Petarungan Sengit Jelang Pemilihan Ketua PGRI, Berikut Kata Doko Harwanto
- Tim Robot Megalodon UMS Raih Juara 1, Sekaligus Best Strategi SAR 2021
Baca Juga
Gerakan Masyarakat Peduli Amanat (Gampar) mengingatkan pada perguruan tinggi untuk membersihkan orang-orang terindikasi faham radikal dan kelompok intoleran dari struktur jabatan strategis di perguruan tinggi.
"Jangan sampai kelompok ini memperbesar jaringannya, jangan beri peluang sekecil apapun pada kelompok intoleran di kampus," kata Ketua GAMPAR, Yohannes Sugiwiarno, Selasa (27/10/2020).
Ia juga mengingatkan kembali pada perguruan tinggi untuk mempersempit ruang gerak kelompok radikal meracuni mahasiswa di tengah situasi pandemi.
Menurut Yohannes Sugiwiarno, di tengah situasi pandemi seluruh lembaga pendidikan masih menggelar pembelajaran sistem daring. Pada situasi ini, akan sulit memantau perkembangan masing-masing mahasiswa.
"Kami mengingatkan pihak perguruan tinggi untuk tidak lengah. Di tengah situasi pandemi ini, peluang penyebaran radikalisme lewat media sosial begitu massif. Anak muda terutama mahasiswa sangat rawan tersusupi secara tak sadar,†ungkapnya.
Menurutnya, untuk menangkal paham radikalisme pada generasi muda melalui internet, diperlukan kepedulian secara serius dari pemerintah melalui lintas sektoral.
Semisal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, BNPT, Kemenkominfo dan kementerian terkait. Hal ini, lanjutnya, penting guna mencegah meresapnya paham radikal itu masuk ke kamar-kamar tiap individu anak muda.
Ia mengingatkan kasus seorang alumni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, TR yang ditangkap Densus 88 terkait dugaan terlibat kelompok teroris seusai lulus tahun 2019 lalu.
Ditegaskannya, latar belakang pendidikan yang baik tak menjamin seseorang mampu membendung masuknya paham radikalisme. Terbukti, Undip Semarang yang sebagai perguruan tinggi yang baik tak serta merta terbebas dari paham tersebut.
TR merupakan mahasiswa berprestasi di kampus ini. Namun, kelompok radikal tampaknya lebih menyukai anak muda berprestasi yang sedang mencari jati dirinya.
"Diperlukan langkah kongkret para pimpinan kampus untuk membersihkan paham radikalisme di lingkungannya. Mulai dari proses pembelajaran, tenaga pengajarnya, pejabat kampusnya, lingkungan kampus dan lainnya,†tandasnya.
"Seorang terpelajar, mahasiswa, di lingkungan akademisi tentu harus mampu menghargai perbedaan. Untuk apa keilmuan tinggi kalau akhlak tidak ada akan menimbulkan permusuhan. Gak ada artinya di satu lingkungan ada intoleransi maka tak ada artinya,†katanya.
- Uji Coba Makan Bergizi Gratis, Gibran: Setelah Solo dan Sentul, Giliran Surabaya
- UMS Terima 72 Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka 3
- Dion Agasi Hadiri Khotmil Qur’an Masjid Jami’ Al Ikhlas Kalikotes Pituruh