Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberi waktu sepekan kepada pihak kontraktor proyek pembangunan Jembatan Wonokerto yang terkesan lamban.
- Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Jateng Optimis Capai Target 11 Juta Ton
- Gubernur Jawa Tengah : Tegur Kami Jika Kami Salah
- Yuwanto : Ada Makna Tersirat dari Rembug ‘Ngelakoni, Ngompeni’ Ahmad Lutfhi
Baca Juga
Dalam sidak yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, bersama rombongan, pada Selasa (8/11), sempat diwarnai adu argumen dan 'saling menyalahkan', antara petugas diduga dari Balai Besar Penggunaan Jalan Nasional (BBPJN) dengan pihak pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak.
Adu argumen tersebut sempat membuat Gubernur Ganjar kesal dan meminta salah satu petugas tersebut untuk menyingkir. Sidak dilakukan Gubernur Jawa Tengah tersebut, menyusul terus masuknya komplain terkait kemacetan terjadi di Jalan Pantura Semarang Demak dalam tiga bulan terakhir.
"Sebenarnya itu teknisnya yang paling tahu insinyurnya, mau gak mau harus diselesaikan dengan cepat tanpa mengurangi kualitasnya. Kita minta harus dipercepat," terang Ganjar Pranowo.
Selain itu, Ganjar Pranowo juga menyebut bahwa sebenarnya Jalan Tol Semarang–Demak, dapat menjadi jalan alternatif dan mengurai kemacetan. "Yang kedua, jalur alternatifnya yakni jalan Tol Semarang– Demak. Kenapa gak dibuka, apa yang ditunggu? Saya juga gak tahu, ternyata ada persoalan teknis dan ego ego sectoral. Meski bukan pekerjaan saya, tapi masyarakat komplainnya ke saya. Saya minta pihak kontraktor pasang spanduk besar untuk memberi tahu masyarakat kapan pekerjaan ini selasai," tambah Gubernur Jateng.
Sementara itu, Projek Manager PT Bukaka, Fachrizal Nakim menyebut, bahwa pengerjaan Jembatan Wonokerto ini sudah sesuai jadwal. Bahkan, pihaknya mengganti kontruksi jembatan dengan kualitas 10 kali lipat.
"Kita pastikan sebelum Nataru, jembatan ini sudah full bisa digunakan. Dengan waktu sepekan, kita selesaikan pengaspalan untuk jalur cepatnya," ungkap Fachrizal.
Fachrizal menambahkan, dengan menaikan mutu beton dari RC 30, diganti dengan RC 40, tentunya biaya naik sekitar 60 persen.
"Ini risiko dari kami. Permintaan masyarakat yang terdampak dari pembangunan Jembatan Wonokerto. Selain itu, pembangunan jembatan yang berusia 74 tahun ini, harus dibongkar dan ditinggikan," pungkas Fachrizal.
Terkait dampak pembangunan Jembatan Wonokerto berimbas pada kerusakan jalan kabupaten dan desa, akan segera dilakukan identifikasi dan koordinasi dengan pihak PUPR untuk dilakukan perbaikan.
- Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Jateng Optimis Capai Target 11 Juta Ton
- Gubernur Jawa Tengah : Tegur Kami Jika Kami Salah
- Yuwanto : Ada Makna Tersirat dari Rembug ‘Ngelakoni, Ngompeni’ Ahmad Lutfhi