Gempa Fukushima, Susulan Bencana 2011

Gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo yang melanda Jepang pada Sabtu malam (13/2) diyakini sebagai gempa susulan dari gempa berkekuatan 9,0 magnitudo yang mengguncang daerah yang sama, prefektur Fukushima, pada 2011 lalu.


Gempa bumi berkekuatan 7,1 magnitudo yang melanda Jepang pada Sabtu malam (13/2) diyakini sebagai gempa susulan dari gempa berkekuatan 9,0 magnitudo yang mengguncang daerah yang sama, prefektur Fukushima, pada 2011 lalu.

Hal tersebut disampaikan oleh Badan Meteorologi Jepang (JMA). Disebutkan gempa susulan dapat terjadi selama bertahun-tahun.

JMA menyebut gempa terjadi pada Sabtu pukul 23.08 waktu setempat pada kedalaman 60 km di Pasifik, lepas pantai timur Jepang. Sejak saat itu, gempa susulan terus melanda.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Minggu dini hari (14/2) telah menyatakan tidak ada "kelainan" yang dilaporkan pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang ada di sana.

Meski begitu, ia mengatakan kerusakan masih dalam penilaian. Operator PLTN Fukushima Tepco juga mencuit tidak ada kelainan yang ditemukan pada pembangkit saat ini.

Sejauh ini tidak korban jiwa yang dilaporkan. Sementara Suga meminta warga yang berada di daerah terdampak untuk tetap tinggal di dalam rumah dan bersiap dengan gempa susulan.

Mengutip NHK, CNN melaporkan setidaknya 48 orang mengalami cedera di prefektur Fukushima dan Miyagi. Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan setelah gempa terjadi.

Dilansir Kantor Berita RMOL, gempa dilaporkan telah memicu tanah longsor di Jalan Tol Joban, jalan raya utama yang membentang di sepanjang pantai timur Jepang. Tanggul di sepanjang jalan juga runtuh, membuat jalan dan pagar pembatas terkubur lumpur.

Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan, sekitar 830 ribu rumah tangga di wilayah Kanto, yang mencakup sebagian besar Tokyo, dan sekitar 90 ribu lainnya di wilayah Tohoku mengalami pemadaman listrik setelah gempa.

Sepuluh tahun lalu, tepatnya 11 Maret 2011, gempa berkekuatan 9,0 magnitudo mengguncang Jepang dengan hebatnya. Akibatnya tiga reaktor di PLTN Fukushima Daiichi meleleh, melepaskan radioaktif sehingga lebih dari 100 ribu orang harus dievakuasi.

Gempa saat itu, membuat lebih dari 20 ribu orang meninggal dan hilang, sementara ratusan ribu lainnya kehilangan rumah.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI melaporkan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam bencana gempa tersebut. Dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (14/2), Kemlu menyebut Kedutaan Besar RI di Tokyo telah menjangkau simpul-simpul WNI yang tinggal di Jepang.

"Sejauh ini tidak terdapat laporan WNI yang menjadi korban. KBRI Tokyo akan terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat yang dimaksud," jelas Kemlu.

Berdasarkan data imigrasi Jepang per Juni 2020, total terdapat 66.084 WNI yang tinggal di Jepang. Sebanyak 540 orang di antaranya di Fukushima dan 984 orang di Miyagi. Dua wilayah tersebut merupakan yang paling terdampak.

Gempa di Jepang berpusat di kedalaman 60 kilometer di bawah permukaan laut di Fukushima. Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan. Namun gempa memicu longsor di Jalan Tol Joban, jalan raya utama yang membentang di sepanjang pantai timur Jepang. Tanggul di sepanjang jalan runtuh, membuat jalan dan pagar pembatas terkubur lumpur.

Hingga Minggu pagi, setidaknya 50 orang terluka. Sementara 950 ribu rumah mengalami pemadaman listrik. KBRI Tokyo sendiri telah menyiapkan hotline melalui +81 80 3506 8612 dan + 81 80 4940 7419. [sth]