Peluang Partai Gerindra memenangkan Pileg dan Pilpres 2019 terbuka lebar. Syaratnya partai berlambang kepala burung garuda itu mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
- Ini Kata Calon Pemimpin Solo Soal Narkoba dan Judol
- Caleg Tokoh Islam Diharapkan Membawa Keteduhan
- Surat Suara dan Alat Bantu Coblos Tuna Netra Sampai di Wonogiri
Baca Juga
"Prabowo sedang mencapai tahun keemasannya. Dengan semua yang dimiliki Gerindra hari ini, peluang mendapatkan dua kemenangan sekaligus: kursi presiden dan kursi mayoritas di parlemen, jelas di depan mata," kata Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans) Andi Saiful Haq dalam pesan elektronik yang diterima redaksi Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (3/4).
Andi Saiful mengatakan setelah dua kali maju sebagai kontestan dalam pilpres, Prabowo tidak menang tapi juga tidak sepenuhnya kalah. Prabowo yang mendampingi Megawati Soekarnoputri sebagai cawapres pada pilpres 2009 kalah dari SBY-Boediono. Namun Gerindra sebagai partai pendatang baru ketika itu berhasil mendapat dukungan 4,46 persen suara dengan perolehan 26 kursi di DPR.
Lima tahun kemudian, saat Pemilu 2014, kekuatan Gerindra berlipat. Prabowo yang saat itu menggandeng Hatta Rajasa harus menelan kekalahan dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang unggul dengan 53,15 persen.
Meski hanya mendapat 46,85 persen suara di Pilpres namun di Pileg, Gerindra mampu memastikan posisi ketiga dengan perolehan suara 11,81 persen suara dan 73 kursi DPR. Terpaut tipis dari Partai Golkar yang berada di posisi kedua dengan suara 14,75 persen.
Kondisi berbeda justru terjadi di kubu koalisi pendukung Jokowi. Pemilih Jokowi belum tentu suka pada PDIP. Mereka punya alternatif lain yakni Hanura, Nasdem, PKB, ditambah dua pendatang baru Perindo dan PSI. Suara tidak akan terakumulasi di PDIP.
"Logika bahwa melawan Jokowi sebagai incumbent berat, tidak beralasan. Beban Jokowi justru semakin berat terutama dalam menjaga ekspektasi publik yang begitu tinggi kepadanya. Kesalahan kecil bisa berakibat fatal di tahun terakhir pemerintahannya," kata dia.
Belum lagi kata dia, konflik sedang menimpa Golkar. Otomatis tinggal PDIP yang menjadi pesaing utama Gerindra. Sementara, sebagai partai oposisi selama 10 tahun, Gerindra akan mudah mengakumulasi ketidakpuasan terhadap pemerintahan Jokowi. katanya.
"Prabowo adalah center of gravity Partai Gerindra. Tanpa Prabowo Subianto di depan pasukan, moralitas tempur dan mesin politik Gerindra akan kehilangan emosi tempur. Jadi, mencalonkan figur lain sangat beresiko kekalahan di dua medan tempur sekaligus. Presiden tak didapat, kursi parlemen tidak signifikan," tukas Andi Saiful Haq.
- KPU Demak Undang 521 Caleg Jelang Penetapan DCT
- Sekjen Demokrat: New Prabowo Lebih Elegan
- Agustina-Iswar Dukung Ekspresi Anak-anak Muda Agar Bermanfaat