Harga cabai di Pasar tradisional di Kota Semarang saat ini sedang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Bahkan hingga mencapai Rp 100 ribu per kilogramnya.
- Pabrik Rokok di Kudus Kesulitan Tenaga Kerja, Pelamar Banyak Pilih-pilih Pekerjaan
- Dana Bagi Hasil Tembakau di Purworejo Tahun 2024 Senilai Rp12,23 Miliar
- Jokowi : Kedepan Terlalu Sedikit Peluang Kerja
Baca Juga
Harga cabai di Pasar tradisional di Kota Semarang saat ini sedang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Bahkan hingga mencapai Rp 100 ribu per kilogramnya.
Kenaikan harga cabai yang sudah dimulai sejak September 2020 lalu, diprediksi akan mengalami kenaikan hingga akhir Maret mendatang.
Hj. Hastuti, pengusaha katering di Kelurahan Kalipancur mengaku, kondisi ini sangat menyulitkan bagi usahanya. Pasalnya, banyak permintaan masakan pedas dari pelanggan. Dengan kondisi ini, Hastuti menyiasatinya dengan mengurangi sedikit porsi masakan namun dengan harga jual yang tetap.
"Kondisinya sulit sudah sejak awal pandemi, apalagi saat ini cabai mahal sekali, harus pintar cari akal biar tidak rugi tapi konsumen tetap puas," ungkap pemilik katering Dapur Hj. Suaib ini, Jumat (5/3).
Harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp 100 ribu per kg, padahal sebelumnya harga rawit merah masih di kisaran Rp85 ribu per kg. Sedangkan untuk jenis cabai keriting merah sekarang menjadi Rp50 per kg dari harga sebelumnya Rp40 ribu per kg. Untuk cabai rawit hijau harga sekarang Rp 40 ribu per kg yang sebelumnya Rp35 ribu per kg. Begitu juga jenis cabai hijau teropong kini mencapai Rp30 ribu per kg dari sebelumnya Rp18 ribu per kg.
"Ya ngakalinnya untuk bikin sambel di banyakin tomatnya, cabenya dikurangi sedikit. Tapi alhamdulilah langganan tidak ada yang komplain, karena memang tahu semua harga cabai mahal," ujarnya.
Senada dengan itu, pemilik katering Kedai Janu, Mia mengakui, untuk membuat citarasa pedas sesuai dengan keinginan pelanggan, dirinya harus mencampur beberapa jenis cabai mulai dari rawit merah hingga cabai merah keriting agar bisa sedikit menekan biaya produksi. "Ya diakalin, kalau biasanya saat cabai rawit murah semua pakai rawit, tapi saat mahal seperti ini ya rawitnya 40% sisanya cabai keriting merah. Rasa pedasnya memang tidak sebanding kalau pakai rawit semua, tapi ya mau gimana lagi, kita juga harus hitung untung ruginya," jelas Mia.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Perdagangan dan Stabilitas Harga Dinas Perdagangan Kota Semarang, Sugeng Dilianto mengaku, kenaikan cabai berawal sejak pandemi Covid-19 yakni awal Maret 2020. Karena saat itu sedang berlangsung Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang membuat warung, resto dan kafe tutup, sehingga harga cabai mulai meroket.
"Karena pelaku usaha tutup, membuat permintaan cabai sangat sedikit, dan imbasnya petani bingung untuk menjual hasil produksinya. Padahal untuk menanam cabai butuh biaya tinggi, akibatnya gagal panen, petani rugi. Ditambah saat ini cuaca ekstrem membuat bibit cabai rawan rusak,†jelas Sugeng.
Sejatinya, harga cabai sempat mengalami penurunan, saat PKM mulai dilonggarkan dan pengusaha makanan mulai berani membuka kembali usahanya. namun disisi lain ada ketakutan para petani jika nantinya cabai tidak laku lagi, sehingga petani tidak banyak menanam cabai dan beralih ke komoditas lainnya.
"Jadi pasokan cabai dari petani menipis, dan akhirnya membuat kelangkaan di pasaran, padahal disaat permintaan tinggi,†tambahnya.
Pihaknya memprediksi kenaikan harga cabai ini hanya sampai akhir Maret 2021, dan mengusahakan pada bulan April harga Cabai akan kembali stabil.
"Kami sudah koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Jawa Tengah untuk monitoring ke pasar-pasar, terkait kenaikan harga cabai ini. Sekaligus mengajak pihak kepolisian baik dari Polrestabes, dan Polda yang nantinya bersama-sama juga ikut monitoring," pungkasnya. [sth]
- Kementan Sukses Turunkan Harga Telur, Sekarang Giliran Daging Ayam
- Peningkatan 10 Persen Produksi Pertanian Dorong PDRB 0,403 Persen
- Petani Kejobong Dikenalkan Cara Bertani Berbasis Teknologi