Gagasan pilpres 2024 sekali putaran mendapat dukungan penuh dari Formasi Indonesia Moeda (FIM), sebuah gabungan aktivis gerakan mahasiswa lintas organisasi.
- Rencana Kanaikan Cukai Tembakau, BUMD Diminta Ikut Terlibat Atasi Masalah Tembakau
- Pertemuan Tertutup Cak Imin-Gibran di Solo Tak Bahas Masalah Pilpres
- Diperpanjang Hingga 16 Agustus, Luhut: Kasus Covid-19 Turun, Mal Dibuka
Baca Juga
Hal ini disampaikan oleh Koordinator Nasional FIM, Syifak Muhammad Yus, dalam acara Kopi Darat (Kopdar) bertema “Kawal Agenda Rakyat: Pilpres 2024 Sekali Putaran untuk Indonesia Maju” di Gori Artisan Coffee, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (22/12).
Menurut Syifak, pilpres sekali putaran sudah menjadi agenda rakyat karena sesuai dengan realitas politik saat ini. Tujuannya adalah untuk menjaga persatuan bangsa dan mencegah perpecahan yang disebabkan oleh hoax atau kabar bohong yang merajalela.
“Kita anggap pilpres 2024 sekali putaran ini sebagai agenda rakyat, yang harus kita dukung dan kawal bersama. Ini demi kepentingan bangsa. Lebih baik pilpres ini selesai sekali putaran saja, agar kita tidak terus-menerus hidup dalam perseteruan. Kita harus fokus dan berkonsentrasi melanjutkan pembangunan yang sudah dibangun pondasinya oleh Presiden Jokowi,” ujar Syifak, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/12/2023).
Syifak menjabarkan tiga alasan rasional yang mendasari dukungan dan pengawalan FIM terhadap gagasan pilpres sekali putaran.
Pertama, hemat waktu. Jika pilpres 2024 berlangsung sekali putaran, maka pemenangnya akan diketahui pada Februari 2024, tanpa harus menunggu hingga Juni 2024. Gejolak politik pilpres pun akan segera reda.
“Kita akan kawal gerakan pilpres sekali putaran ini. Karena ini akan menjamin kepastian politik dan ekonomi, serta agenda rakyat lainnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan begitu, situasi nasional akan terhindar dari ketegangan politik yang bisa berujung pada polarisasi dan instabilitas nasional,” jelas Syifak.
Kedua, hemat biaya. Jika pilpres berlanjut ke putaran kedua, maka akan membutuhkan biaya tambahan sekitar 17 triliun.
“Sebaliknya, jika pilpres berlangsung sekali putaran, maka akan menghemat anggaran. Biaya sebesar 17 triliun bisa dikembalikan ke kas negara, dan bisa digunakan untuk kepentingan rakyat, atau dialokasikan untuk program pemerintah lainnya,” paparnya.
Ketiga, pilpres 2024 sekali putaran akan membuat Indonesia lebih damai. Ini untuk mencegah potensi polarisasi politik ekstrem yang bisa menajam pada putaran kedua. Apalagi melihat dinamika politik terakhir, posisi Anies Baswedan sudah mulai menggeser Ganjar Pranowo.
“Artinya, pada putaran kedua, Prabowo-Gibran berpotensi akan berhadapan dengan Anies-Muhaimin yang didukung oleh para pencetus politik identitas, seperti Ustadz Abdul Somad, Rizieq Shihab, dan Ijtima’ Ulama. Kondisi ini akan memperparah polarisasi politik pada Pilpres 2024. Isu jual ayat dan mayat akan kembali menjadi narasi perbincangan di masyarakat. Itu tidak boleh terjadi,” harap Syifak.
Syifak menambahkan, hasil kajian FIM menunjukkan bahwa potensi polarisasi pada Pilpres 2024 bukan sekedar mitos, tapi nyata dan terjadi di masyarakat Indonesia. Hal ini didasari oleh dua hal.
Pertama, hasil survei nasional yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia menyatakan bahwa polarisasi politik Indonesia bukan sekedar mitos, tapi fakta, yang benar-benar terjadi di masyarakat.
“Dalam kajian dari UI itu, kita melihat bahwa polarisasi politik di Indonesia sudah sangat tajam. Ini bisa berdampak buruk bagi persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.
Kedua, hasil penelitian yang dilakukan oleh FIM sendiri menunjukkan bahwa ada sejumlah faktor yang memicu polarisasi politik di Indonesia, antara lain: politik identitas, hoax atau kabar bohong, intoleransi, dan radikalisme.
“Kita harus waspada terhadap faktor-faktor ini. Kita harus bersama-sama menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa. Kita harus bersama-sama mengawal agenda rakyat, yaitu pilpres 2024 sekali putaran untuk Indonesia maju,” pungkas Syifak.
Dijelaskan Syifak, kontestasi pilpres dua putaran bisa saja terjebak pada situasi yang menakutkan. Hidup dan berkobarnya lagi polarisasi yang tersembunyi. Polarisasi yang sudah punya akar itu bisa saja ‘dihidupkan’ dan ‘dimobilisasi’ oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan elektoral.
“Adakah pihak-pihak yang ‘biasa’ dan ‘ketagihan’ memainkan politik identitas yang bisa berujung pada politik? Itu soal lain. Tapi apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah bagaimana mengantisipasi untuk tidak memberi ‘ruang’ bagi muncul dan ter-trigger-nya situasi politik yang kembali terpolarisasi sedemikian tajam,” terangnya
Lanjut Syifak, gagasan Pilpres 2024 sekali putaran disuarakan oleh semua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), baik Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Tetapi, kata Syifak, mencermati kondisi objektif yang berhasil dipotret berbagai lembaga survei kredibel, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang paling potensial menang sekali putaran.
“Sebagai seorang aktivis, tentu harus punya basis argumentasi yang rasional dan objektif. Nah, itu bisa kita lihat dalam hasil survei terbaru. Rata-rata itu kan Prabowo Gibran 45% sama 46%, Indikator, LSI itu 45%, Populi Center itu 46% yang lain (pasangan Anies dan Ganjar) 20-an ya kan. Tentu secara probabilitas yang 45%-46% lebih mungkin mendapatkan sekali putaran dibandingkan yang angkanya masih 20an%,” papar Syifak.
"Artinya, mayoritas publik menilai Prabowo-Gibran ini yang paling tepat menjadi presiden dan wakil presiden di tahun 2024," jelasnya.
- Demokrat Tanggapi Santai Manuver Soekarwo
- Soal Penertiban APK, Bawaslu Kota Semarang Beralasan Kurang Personel dan Anggaran
- KPK Berharap Anggaran 2019 Yang Diajukan Tak Dikurangi