HRB Solo Gelar Talk Show dan Pameran 30 Batik Koleksi Maestro Batik Santosa Dullah

Himpunan Ratna Busana (HRB) Solo  gelar acara Talk Show “Mengenal Batik Menurut Jaman dan Lingkungan” di Ndalem Wuryaningrat House of Danar Hadi.


Wakil Ketua HRB Solo Raya, Febri H Dipokusumo, sampaikan acara ini kerjasama antara HRB Solo dan Ndalem Wuryaningrat House of Danar Hadi.

Acara talk show juga diikuti anggota Himpunan Ratna Busana (HRB) Solo juga membuka link zoom bagi 100 peserta terbatas dari berbagai perwakilan HRB di masing-masing kota di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap wastra Indonesia.  

"Selain talk show, dipamerkan juga 30 jenis batik koleksi dari KP Santosa Dullah Hadikusumo, kerja sama HRB dengan Danarhadi," jelas Febri, Jumat (29/10).

Acara ini lanjut Febri bertujuan untuk memberikan wawasan kepada perempuan Indonesia bahwa batik memiliki sejarah. Batik mulai diijinkan keluar tembok Kraton (digunakan masyarakat) di era pemerintahan PB VII. 

"Setelah batik keluar dari tembok kraton, muncullah jenis batik baru dari pengaruh saudagaran,  petani pedesaan juga batik dari pengaruh luar seperti cina dan Belanda juga India," ungkap Febri. 

"Intinya kami dari HRD ingin sekali masyarakat solo tidak sekedar menggunakan batik,  namun juga tahu motif dan filosofi dari batik yg dikenakan. Jadi tidak hanya asal pakai batik saja. Namun kita juga harus menjiwai," imbuhnya.  

Selvi Ananda, Ketua Tim Penggerak PKK kota Solo, mengapresiasi acara talk show untuk lebih mengenal batik. Bisa belajar banyak tentang filosofi batik yang ternyata tidak semua masyarakat memahaminya.  

"Ternyata ada motif-motif batik tertentu hanya digunakan untuk moment khusus. Misalkan batik slobog tidak bisa digunakan saat bersukacita. Karena itu digunakan saat berduka," imbuh Selvi Ananda. 

Hal tersebut pastinya menambah pengetahuan baru lagi tentang batik. Nantinya pengetahuan yang diperoleh dibagikan kembali pada masyarakat luas. 

Agar masyarakat juga tidak salah. Ternyata tiap batik ada filosofinya, dan proses pembuatan batik juga tidak mudah. Sehingga kita harus menghargai dan melestarikannya. 

"Boleh berkreasi karena eranya makin maju mengikuti perkembangan jaman supaya menarik. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah batik juga ada pekem-pakemnya," pungkas Selvi Ananda.