Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China atas kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS ke Taiwan.
- Kasus Covid-19 Di Indonesia Meroket, Warga Jepang Mulai Dievakuasi Dengan Penerbangan Khusus
- Presiden Argentina Didakwa Langgar Aturan Karantina Covid-19
- Nadia Kahf Jadi Hakim Berjilbab Pertama di Pengadilan AS
Baca Juga
Jurubicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan perlunya pengelolaan yang baik atas rivalitas antara AS dan Taiwan demi menghindari konflik terbuka dan mengganggu stabilitas dan perdamaian, termasuk di Selat Taiwan.
"Indonesia sangat prihatin atas semakin tajamnya rivalitas di antara kekuatan besar," kata Teuku dalam keterangannya yang dirilis pada Rabu (3/8).
Teuku mengatakan, Indonesia mendorong semua pihak untuk melakukan langkah-langkah nyata yang dapat mengurangi ketegangan atau memperburuk situasi.
"Dunia memerlukan kearifan dan tanggung jawab para pemimpin dunia agar perdamaian dan stabilitas dapat terjaga," tambahnya.
Di samping itu, ia juga menekankan bahwa Indonesia masih mengakui kebijakan "Satu China", di mana sejauh ini Indonesia tidak memberikan pengakuan terhadap Taiwan.
Indonesia tetap menganut kebijakan 'One China Policy'," tegasnya.
Pelosi telah tiba di Taipei, Taiwan pada Selasa malam (2/8). Kunjungan tersebut memicu kemarahan China, membuat Beijing meluncurkan latihan militer di sekitar Selat Taiwan.
- Raja Charles III Naik Tahta Kerajaan Inggris
- Istri Capres Oposisi Korsel Dihantam Isu Palsukan Resume untuk Melamar Kerja
- Thailand Pertimbangkan Keputusan Penguncian Kembali Cegah Omicron