Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China atas kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS ke Taiwan.
- Lizz Trus Kunjungi Ratu Elizabeth II
- Seorang Ibu di California Meninju Singa Demi Selamatkan Putranya
- Dua Pekerja Indonesia di Taiwan Didenda Rp 139 Juta karena Tinggalkan Hotel Karantina Selama Satu Menit
Baca Juga
Jurubicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan perlunya pengelolaan yang baik atas rivalitas antara AS dan Taiwan demi menghindari konflik terbuka dan mengganggu stabilitas dan perdamaian, termasuk di Selat Taiwan.
"Indonesia sangat prihatin atas semakin tajamnya rivalitas di antara kekuatan besar," kata Teuku dalam keterangannya yang dirilis pada Rabu (3/8).
Teuku mengatakan, Indonesia mendorong semua pihak untuk melakukan langkah-langkah nyata yang dapat mengurangi ketegangan atau memperburuk situasi.
"Dunia memerlukan kearifan dan tanggung jawab para pemimpin dunia agar perdamaian dan stabilitas dapat terjaga," tambahnya.
Di samping itu, ia juga menekankan bahwa Indonesia masih mengakui kebijakan "Satu China", di mana sejauh ini Indonesia tidak memberikan pengakuan terhadap Taiwan.
Indonesia tetap menganut kebijakan 'One China Policy'," tegasnya.
Pelosi telah tiba di Taipei, Taiwan pada Selasa malam (2/8). Kunjungan tersebut memicu kemarahan China, membuat Beijing meluncurkan latihan militer di sekitar Selat Taiwan.
- Pejuang Kemanusiaan Penanganan Corona Beri Penghargaan Satgas Covid-19
- CEO Grup AirAsia Nilai Tes PCR Asia Tenggara Paling Mahal
- Polisi Berhasil Kantongi Identitas Pelaku Penembakan Kereta Bawah Tanah di New York