Inilah Curhatan Orang Tua Siswa Korban Perundungan SMAN 1 Semarang

Meruncingnya perkara dikeluarkannya dua siswa AN dan AF dari SMAN 1 Semarang, orang tua korban perundungan OSIS, di lingkungan SMAN 1 angkat bicara. Utari, orang tua korban Bintang, yang meninggal di kolam renang Jatidiri Januari lalu saat  mengikuti OSIS di SMAN 1.


Utari mengatakan, anaknya mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan oleh seniornya. Hal itu dia buktikan dengan tangkapan pesan dari media sosial Line milik Bintang.

"Dalam percakapan di Line, anak saya disuruh foto menggunakan Bra dalam fitting room di salah satu mall. Dia juga disuruh mengenakan rok pendek berjalan-jalan di mall, disuruh ngesot juga," kata Utari di SMAN 1 Semarang, Jumat (2/3).

Dia mengungkap, sebelum meninggal di Jatidiri, anaknya disuruh melompat di kolam renang oleh senior pada ketinggian 6 meter dengan kedalaman 5,3 meter. Utari berharap, supaya rantai kekerasan di lingkungan SMAN 1 dapat diputus. Dia tidak ingin ada korban lainnya, hingga merebut nyawa.

"Anak saya itu takut, dia tidak mungkin melakukan hal yang nekat, kalau tidak disuruh. Saya ingin supaya kekerasan di SMAN 1 dapat dihentikan," imbuhnya.

Utari mengaku tidak menaruh dendam pada senior yang melakukan hal-hal kurang pantas terhadap anaknya. Namun, dia kembali menegaskan kalau perbuatan mereka harus dihentikan. Dia tidak ingin kejadian serupa terulang dan menimbulkan lebih banyak korban.

Sementara itu, Dwi, orang tua salah satu korban kekerasan, mengatakan jika perundungan yang telah berjalan lama di SMAN 1, dapat dihentikan. Dia merasa kejadian kejadian itu tidak meningkatkan mental siswa. Justru hanya akan menimbulkan dendam dan terus berlanjut.

Dwi menceritakan, anaknya sering pulang malam. Bahkan lanjutnya, handphone anaknya juga sering tidak bisa dihubungi usai jam sekolah. Kalau ditanya, papar Dwi, anaknya tidak pernah menjawab ada sesuatu.

"Saya tidak ingin anak saya melakukan hal semacam itu nantinya. Tolonglah dapat dihentikan rantai kekerasan ini," tegasnya.