Ulama memiliki peran besar dalam mengawal dan membangun Indonesia, sejak belum lahir, merdeka, dan mengarungi era milenial seperti sekarang.
- Gibran Mengaku Tak Mendapatkan Sanksi Usai Bertemu Prabowo
- Ketua DPC PDIP Salatiga : Komandan Saya Bu Mega
- Legislator Golkar Minta Pemerintah Evaluasi Tata Kelola Batubara PLTU PLN
Baca Juga
Kalau dulu berjihad melawan penjajah, di zaman sekarang perjuangan ulama adalah memerangi kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan.
"Hari ini para ulama dan kiai mengajarkan jihad itu lewat pendidikan, makanya jihad tertinggi dalam islam adalah bagaimana kita melawan kebodohan, melawan kemiskinan, dan perpecahan," ujar KH Maman Imanulhaq, mantan anggota DPR dari Fraksi PKB di Jakarta, Kamis (22/3) seperti di kutip Kantor Berita Politik RMOL
Menurut dia, tiga jihad itulah yang menjadi fokus bagi ulama dan kiai. Juga jihad yang terutama, jangan sampai generasi muda tiba-tiba tuna terhadap nilai-nilai keilmuan dan adab serta etika. Maka pendidikan karakter terus ditanamkan para kiai dan ulama dengan modal keislaman dan nasionalisme.
Ia mencontohkan di era sebelum kemerdekaan, ada perjuangan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, juga di tahun 1926-an, ada tokoh-tokoh besar seperti KH Hasyim Asyari (NU), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), dan tokoh Jawa Barat, Abdullah bin Nuh.
"Ulama-ulama itu tidak sekadar mengajarkan ilmu agama, tapi juga mencintai tanah airnya, dan memperjuangkan kemerdekaan bangsanya," ulasnya.
Kedua, lanjut Maman, yang diajarkan ulama itu adalah mencintai tanah air, maka ada ucapan yang sangat terkenal yaitu hubbul wathon minal iman. Artinya mencintai tanah air dalam bentuk komitmen keimanannya.
"Kita tidak mungkin diadu domba, diprovokasi hoax, hate speech, fitnah, dan apapun di sosmed, karena kita tahu negeri ini didirikan dengan air mata, darah, perjuangan dan para ulama didalamnya mempunyai andil besar. Itulah hakekatnya ulama-ulama Indonesia," terangnya.
Ia menegaskan, mengacu kepada Alquran dan Hadits, pertama ulama itu innama yaqsalloha min ibadil ulama yaitu ulama hanya takut pada Allah. Kedua rasulullah Muhammad SAW bersabda al ulama waratsatul anbiya artinya ulama itu pewaris dari perjuangan para nabi.
"Dari dua definisi itu, maka yang pertama seorang ulama adalah orang yang meyakini bahwa tujuan hidupnya yaitu perjuangan karena Allah. Dan sesuai perintah rasul, ulama harus mengacu kepada bagaimana Allah memberikan manusia nilai kasis sayang dan nilai pemaaf," urainya.
Maman menegaskan, ulama tidak boleh mengajarkan kekerasan, intimidasi, caci maki, fitnah, apalagi menghancurkan kemanusiaan. Karena ciri orang yang takut kepada Allah dia tidak akan pernah menyakiti kemanusiaan, Irhamuu man fil ardhi yarhamkum man fis samaa’i.
Para ulama juga harus konsisten berjuang untuk NKRI. Pasalnya, saat ini, bangsa Indonesia menghadapi besar dari ideologi transnasional dan transaksional.
"Kita tidak ingin seperti Suriah, Irak, Libya, Yaman, dan negara-negara Timur Tengah lainnya, kita tidak ingin Indonesia tiba-tiba tercabik-cabik oleh ancaman tersebut. Caranya memperkuat pemahaman ideologi Pancasila dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," tukasnya.
- Kebijakan Ekonomi Jokowi Makin Merakyat Dengan RUU PNBP
- Catatan Akhir Tahun 2021 LBH Semarang: Menuju Tahun Penuh Bahaya, Saatnya Reposisi Gerakan Rakyat
- Turun Menjadi PPKM Level 2, Ketua DPRD Apresiasi Kinerja Pemkot Semarang