Jika Dibutuhkan, Anggota Holding Siap Bantu Inalum

Anak-anak usaha holding badan usaha milik negara (BUMN) bidang pertambangan siap membantu induknya yaitu PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum (Persero) dalam proses divestasi 51 saham PT Freeport Indonesia (PTFI).


Direktur Operasi dan Produk­si PT Timah Tbk Alwin Albar mengungkapkan, dalam proses akuisisi yang dilakukan Inalum terhadap PTFI, pihaknya tidak ada arahan apa pun dari Inalum.

"Tidak ada, peran kami untuk akuisisi PTFI sepertinya hanya dalam holding ya untuk men­guatkan Inalum," kata Alwin saat berbincang kepada Rakyat Merdeka, pekan kemarin.

Dalam hal ini, sebagai anak usaha PT Timah hanya menuruti arahan induk dan pemerintah saja. Hingga sekarang dia mengaku tidak ada kontribusi secara langsung dari PT Timah terkait aksi akuisisi ber­sejarah ini. Namun PT

Timah pun mengaku siap menjalankan arahan Inalum dan pemerintah jika diminta kontri­businya dalam proses akuisisi 53 persen saham PTFI. Termasuk kesiapan perusahaan dalam soal pencarian dana, di mana saat ini Inalum membutuhkan modal tidak sedikit untuk mencaplok mayori­tas saham PTFI. Timah berharap akuisisi ini bisa memberikan dampak positif bagi Indonesia.

"Keuangan Inalum juga kuat ya, tapi yang pasti langkah akuisi­si ini sangat bagus," terangnya.

Sedangkan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arvi­yan Arifin juga mengungkapkan hal serupa tentang kontribusinya pada proses akuisisi PTFI.

"Kalau kontribusi kita secara langsung mungkin nggak ada ya, tapi secara tidak langsung saya yakin itu sangat berperan," ungkapnya baru-baru ini.

Secara tak langsung PTBA sudah mengklaim punya peran lumayan besar.

Peran ini tampak dalam upaya memperkuat keuangan Inalum. Sebanyak 70 persen dari bal­ance sheet atau posisi keuangan Inalum berasal dari PTBA.

"Akuisisi ini tidak pakai uang negara tapi pakai pinjaman, sudah jelas ya ada 11 bank yang mau biayai, nah lalu bagaimana per­bankan mau, tentu melihat lapo­ran keuangan holding, kemudian lihat project-nya. Lihatlah isinya, saya katakan 70 persen adalah PTBA. Dari sisi laporan keuan­gan, laba holding itu hampir 68-70 persen PTBA," imbuhnya.

Bahkan dia meyakini, sumban­gan tersebut tentu memperkuat balance sheet Inalum dalam upaya mengambil alih Freeport. "Ya mohon maaf, memang fak­tanya begitu. Saya pernah katakan bahwa PTBA sendiri pun mampu untuk membeli freeport," cetus bekas Dirut Muamalat ini.

Perlu diketahui, Inalum selaku pentolan dalam akuisisi tersebut perlu memiliki dana yang tidak sedikit. Bukan hanya untuk akuisi­si senilai 3,85 miliar dolar AS, tapi juga untuk operasional Freeport ke depan. Apalagi, Freeport disebut-sebut butuh investasi sekitar 20 miliar dolar AS. Itu untuk investasi selama periode 2021-2041.

Kepada media, Inalum men­egaskan, pihaknya tidak ingin membebani anggota holding. "Tapi, kami tidak akan meng­ganggu tiga entitas lainnya dalam holding pertambangan," kata Head of Corporate Communica­tion Inalum Rendi A Witular.

Untuk biaya investasi Free­port, kata Rendi, justru bakal mengandalkan kemampuan Freeport sendiri. Itu mempertimbangkan Freeport yang memiliki penda­patan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau Ebitda di atas 4 miliar dolar AS. "Artinya, Freeport bisa self financing," tegas Rendi.