Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Tengah mengungkapkan sebanyak 15.000 anak usia hingga 14 tahun di Indonesia terpapar Covid-19.
- Terjang Larangan Jalan, Kendaraan Besar di Grobogan Ditilang
- Polres Demak Amankan Pemandu Karaoke dan Puluhan Botol Miras
- Harga Tes Swab Antigen dan PCR di RSUD Jepara Turun
Baca Juga
Ketua Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Tengah, dr. Anung Sugihantono mengungkapkan, dari jumlah tersebut sebanyak 165 anak meninggal dunia.
Kata dia, di Jawa Tengah terdapat 538 anak yang terpapar Covid-19. Catatan tersebut berdasarkan data per tanggal 17 September 2020. Bahkan, angka kematian tertinggi untuk anak terjadi pada bayi, yakni usia hingga satu tahun.
"Mereka berusia 0 hingga 11 tahun. Mereka terdiri dari 222 anak perempuan dan 316 anak laki-laki. Data tersebut berdasarkan sistem pelaporan coronajateng.co.id pada hari Kamis, 17 September 2020 pukul 11.00," kata Anung dalam webinar 'Program Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Masa Pandemi: Anak-anak dalam Pusaran Klaster Keluarga Covid-19', Jumat (18/9).
Anung berpendapat, karena pandemi Covid-19 masih terus menyebar, sebaiknya pembelajaran secara tatap muka ditiadakan dulu.
Namun, lanjutnya, jika banyak masyarakat menghendaki maka cara tersebut bisa dilangsungkan tapi mewajibkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Di sekolah yang biasanya ruangannya ber-AC dan tertutup, harus dibuka agar udara bebas keluar. Jumlah siswanya pun harus dibatasi. Selain itu ruang guru dan kepala sekolah juga harus diperhatikan agar bebas dari penyebaran Covid," tandas dia.
Sependapat dengan hal tersebut dokter spesialis anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Setya Dipayana mengungkapkan, anak-anak bisa disebut sebagai penyebar super.
Menurutnya, anak memiliki kekebalan tubuh yang bagus. Imun anak bagus maka kemungkinan justru menjadi asymptomatis.
"Yakni telah terpapar Covid-19 namun tidak menimbulkan gejala apa-apa karena mereka kebal. Akan tetapi ketika mereka berdekatan dengan orang yang kekebalannya menurun atau orang tua, maka mereka menjadi penular," terangnya.
Setya menegaskan perlu adanya kesadaran orangtua dalam menjaga anak-anak mereka. Menurutnya orangtua perlu menerapkan protokol secara ketat dalam kebiasaan baru ini.
"Harus memberikan edukasi yang jelas dengan bahasa yang mengena kepada anak-anak. Diberi pengertian jangan saling tukar masker karena gambar maskernya Doraemon atau gambar lainnya," tuturnya.
- RRI Surakarta Loloskan Dua Qori Qoriah ke PTQ RRI Tingkat Nasional di Takengon
- SAR Semarang Gelar Simulasi, Kapal Terbalik di Waduk Jatibarang, 3 Orang Dalam Pencarian
- Lautan Manusia Sambut Kepulangan Jokowi