Siapa mengira kehidupan masyarakat RW 8 atau yang dikenal dengan Kampung Baru, Desa Bobotsari, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, bisa berubah total. Kampung padat penduduk itu, dulu dikenal dengan kampung kumuh dan sebagian pemudanya suka begadang serta mabuk-mabukan.
- Panggung Hiburan, Stand dan Wahana Permainan H-2 Terpasang, PRPP Jawa Tengah Siap Gelar Jateng Fair 2024
- Demak Bench Marking Manajemen Pariwisata Ke Ngawi
- Kebangkitan Pekerja Seni Purbalingga Melalui Festival Kenthongan
Baca Juga
Kini, semuanya berubah total seiring dengan kehadiran Kampung Warna. Rumah-rumah warga yang berada 100 meter Selatan terminal bus Bobotsari itu, dicat warna-warni. Ada juga gambar tiga dimensi yang dijadikan spot foto para pengunjung.
Sebelum ada kampung warna, sebagian pemuda disini suka begadang dan mabuk-mabukan. Sekarang, mereka sudah sadar tidak mabuk-mabukan. Mudah-mudahan, juga tidak mabuk di tempat lain, sudah benar-benar berhenti mabuk," kata Sri Utomo, salah satu tokoh warga Kampung Baru, Kamis (4/10).
Sri Utomo mengungkapkan, warga Kampung Baru kini juga mulai sadar setelah banyaknya kunjungan di kampungnya. Mereka tidak lagi menjemur pakaian asal-asalan di depan rumah hingga terkesan kumuh. Halaman rumah warga juga nampak rapi.
Warga disini sudah mulai sadar wisata, mereka merasa malu jika menjemur pakaian di halaman rumah. Mereka juga rutin membersihkan halaman rumah dan gang di sekitarnya hingga tampak bersih. Beberapa warga juga bisa berjualan jajanan hasil karyanya," ujar Sri Utomo.
Rumah di Kampung Baru tercatat ada sekitar 120 lebih. Kampung itu terbagi dalam tiga Rukun tetangga (RT), masing-masing RT 1, 2 dan RT 3 yang terwadah dalam RW 8 Desa Bobotsari.
Baru sekitar 42 rumah warga yang dicat warna warni. Mudah-mudahan secara bertahap semua rumah di Kampung Baru bisa di cat warna-warni mulai dari tembok, gang hingga bagian genteng," ujar Sri Utomo.
Kampung Warna dirintis sejak Agustus 2017 silam. Ketika itu, menjelang peringatan kemerdekaan RI. Warga sepakat tidak hanya membersihkan lingkungan dnegan mengecat putih dan memasang layur, tetapi juga sekaligus mengecat rumahnya dengan warna-warni.
Untuk mengecat rumah warga, kami harus meminjam uang Rp 10 juta dari kas RW. Pinjaman itu akan dibayar selama 1,5 tahun. Semangat warga khususnya para pemuda, bekerja siang malam akhirnya terwujud rumah-rumah warga yang menarik dan unik. Ada warga yang mengecat sepedanya dan memberi asesoris bunga untuk tempat foto," ujar Sri Utomo.
Lukisan yang bisa dijumpai di kampung warna dan unik untuk berswafoto seperti tokoh kartun Doraemon dan Batman. Ada juga gambar Ratu Pantai Selatan. Disalah satu sisi jalan gang selebar satu meter dekat selokan dihiasi aneka bunga dari sampah plastik yang berwarna-warni.
Ada juga gambar tiga dimensi seperti ikan Hiu yang seolah siap menerkam, pintu ajaib, burung kakak tua dan elang yang siap bertengger di lengan pengunjung, payung untuk melindungi dari air hujan, dan aliran air yang seolah-olah tertuang ke tangan pengunjung.
"Di Kampung warna ini ada tiga zona, masing-masing zona pola warna, zona lorong warna, dan zona tiga dimensi," tambah Aris Widianto, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bobotsari.
Aris mengatakan, Pokdarwis yang mengelola Kampung warna sebagian besar terdiri dari anak-anak muda. Ada tiga tim, masing-masing tim kreatif, pelayanan dan pemasaran. Ketiga tim tersebut akan terus mengembangkan kampung warna.
Mereka masih fokus mengembangkan kampung tersebut dengan zona khusus untuk lukisan 3D dan pemanfaatan sungai yang mengalir di tengah kampung tersebut.
Rencananya sungai akan dijadikan mini tubbing untuk anak-anak dan akan diadakan juga event melukis 3D di RT 01/08," ujarnya.
Selain itu, areal desa yang memiliki lansekap persawahan indah juga akan digarap bekerja sama dengan petani dan pemilik lahan.
"Akan dibuat spot-spot khusus untuk foto selfie. Seperti apa bentukannya nanti, tunggu kejutannya dari kami," ujar Aris.
Untuk pengelolaan diambilkan dari dana pendapatan tiket masuk Rp 3.000 per orang. Dana yang terkumpul, 30 persen untuk petugas yang bekerja, 30 persen untuk pengembangan, dan sisanya untuk membayar angsuran pinjaman ke RW.
Ketua RW 08, Muhdi mengapresiasi kerja pokdarwis dan antusiasme luar biasa dari warga dan pemuda-pemudi desa. Ia mengatakan, sebelumnya Gang Kampung Baru penuh dengan sampah berserakan. Sungai juga penuh dengan sampah plastik.
Begitu dirapatkan, muncul gagasan kampung warna, warga menyambutnya antusias. Pemuda-pemudi mengecat, menggambar dan menata kampung. Warga bergantian membuatkan makanan dan minuman untuk mereka. Itu dikerjakan penuh selama satu bulan," ujarnya.
- Pendalaman Kasus Penataan Kawasan Di Zona II Candi Borobudur
- Sandi Ajukan Kota Solo Jadi Creative Cities Network ke Unesco
- Kawasan Wisata Pantai Sigandu Gelap, Dishub: Butuh 60 Unit PJU