Karst Wonogiri Terancam, Status UNESCO Diabaikan?

Istimewa
Istimewa

Rencana pendirian pabrik semen di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, menuai sorotan. Industri skala besar itu dinilai bisa mengancam keberadaan bentang karst Gunungsewu yang mendapatkan predikat Green Card dari UNESCO Global Geopark pada tahun 2023 setelah sebelumnya diperoleh pada 2015 lalu.

Petrasa Wacana, Ketua Umum Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) mengaku aneh dengan kebijakan pemerintah yang memberikan izin untuk pendirian pabrik semen itu.

Menurutnya, pendirian pabrik semen sendiri tidak prioritas mengingat Indonesia surplus semen. Sehingga tujuan pendirian pabrik untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar pendirian pabrik menjadi meragukan.

"Perlu dkaji ulang, karena Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunungsewu adalah ekosistem yang berperan sebagai penyimpan air. Tentu kondisi sangat meresahkan karena mengancam kawasan karst,” terang Petrasa dikutip Rabu (29/1).

Selain mengancam KBAK Gunungseweu, Petrasa juga menilai, dari pengalamannya, berdirinya pabrik semen ini juga bisa menimbulkan konflik. Bahkan belum pernah ada masyarakat di sekitar industri pertambangan mendapatkan hidup lebih sejahtera.

Untuk itu Petrasa mendorong pemerintah untuk mengadakan kajian ulang terhadap ijin pendirian pabrik semen yang telah dikeluarkan. Karena kehadirannya bisa menjadi ancaman bukan saja bagi kehidupan masyakarat tetapi juga lingkungan sekitarnya.

Terkhusus pabrik semen di karst Gunungsewu tak hanya berdampak bagi kepentingan domestik, tetapi juga pada pandangan dunia terhadap karst Gunungsewu sebagai geopark dunia. 

Diketahui, dokumen kelayakan lingkungan hidup yang dikeluarkan pemerintah Jawa Tengah, bertanggal 15 Juli lalu itu menyebut PT Anugerah Andalan Asia (Anugerah) dan kapasitas pabrik maksimal 4,5 juta ton semen per tahun.

Penetapan luas konsesi tambang semen mencapai 123,32 hektare, meliputi Desa Watangrejo, Susi dan Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro.

Sementara untuk izin tambang batu gamping yang merupakan bahan baku semen, tertulis PT Sewu Surya Sejati. 

Tambang ini berkapasitas usaha maksimal 4,2 juta ton gamping pertahun dengan lahan 186,13 hektare. Sebagaimana dokumen tertanggal yang sama, cakupan lahan tambang melipti Desa Watangrejo, Suci, Gambirmanis, Joho dan Desa Petirsari, Kecamatan Pracimantoro.

Sedangkan terkait data surplus semen yang diungkap Petrasa, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dari Kementerian PUPR merilis, produksi semen terus meningkat dari tahun ke tahun, meski tren permintaan justru menunjukkan sebaliknya. Pada tahun 2020-2023, tren pasokan semen berkisar 62-65 juta ton pertahun. Bahkan tahun 2024 tembus hingga 85 juta ton.

Kondisi berbanding terbalik dengan permintaan pasar yang cenderung tak bergerak. Permintaan semen hanya antara 2,3-7,2 juta ton pada periode yang sama. Bahkan pada tahun 2024, permintaan semen hanya 2,1 juta ton.

Sedangkan perusahaan semen yang kini ada 17 perusahaan, dengan rincian 13 perusahaan modal dalam negeri (76,5%) dan 4 perusahaan modal asing (23,5%)

Data produksi semen terus alami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, meski tren permintaan justru menunjukkan sebaliknya. 

Pada 2020-2023,  misal, tren pasokan semen pada kisaran 62-65 juta ton per tahun. Bahkan, 2024 tembus hingga 85 juta ton.