Keberhasilan Indonesia pada Presidensi G-20 Diharapkan Berlanjut saat Memimpin ASEAN

Lestari Moerdijat/ist
Lestari Moerdijat/ist

Kepemimpinan Indonesia di ASEAN diharapkan mampu melanjutkan keberhasilan saat menjadi presidensi di G-20 tahun lalu. Soliditas antarnegara ASEAN sangat dibutuhkan dalam menjawab berbagai tantangan. 


"Indonesia dalam memori kelembagaan ASEAN dikenal melalui rekam kepemimpinan yang baik. Bagaimana pun kita sebagai sebuah kekuatan di kawasan pernah menjadi Macan Asia. Kita berharap kepemimpinan Indonesia di ASEAN tahun ini bisa wujudkan sejumlah target yang ditetapkan," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, Rabu (25/1).

Diakui Lestari, Indonesia memiliki tantangan eksternal dan internal  dalam menjalankan tanggung jawab saat menjadi Ketua ASEAN pada 2023.

Tantangan eksternal  terbesar, menurut Rerie sapaan akrab Lestari, adalah menghadapi dampak ekonomi dunia dan persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok, selain permasalahan  internal ASEAN dalam menghadirkan solusi terhadap konflik di Myanmar. 

Tahun 2023, tegas Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI itu, tentunya bukan tahun yang menyenangkan bagi banyak negara di dunia. 

Meski begitu, Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sangat berharap kepemimpinan Indonesia di ASEAN mampu membangun optimisme kita semua dalam membangun stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi di kawasan. 

Terkait penuntasan krisis di sejumlah kawasan dunia, termasuk di Myanmar, Rerie sangat berharap, misi perdamaian dunia bisa dimulai dari ASEAN. 

Sementara itu Direktur Perundingan Perdagangan ASEAN Kementerian Perdagangan, Dina Kurniasari mengungkapkan dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada sektor ekonomi dicanangkan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi dunia. 

Menurut Dina, untuk merealisasikan target itu sejumlah langkah yang dilakukan harus adaptif, inklusif dan berketahanan, sehingga  pengembangan ekonomi harus strategis dan berdampak luas serta sejalan dengan hasil dari Presidensi G-20 dan menarik bagi dunia usaha. 

Tiga kelompok besar dalam prioritas langkah ekonomi yang harus didorong, tegas Dina, adalah upaya pemulihan ekonomi, pengembangan ekonomi digital dan pembangunan berkelanjutan. 

Sejumlah kerangka perjanjian kerja sama perdagangan dan industri harus disepakati demi percepatan  pertumbuhan ekonomi di kawasan. 

Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo mengungkapkan kondisi ekonomi dunia akan sangat mempengaruhi besarnya tantangan saat Indonesia sebagai Ketua ASEAN. 

Tantangannya, ujar dia, dalam bentuk pertumbuhan ekonomi global yang hanya 1,7%, sekitar 95% negara maju pertumbuhan ekonominya melambat dan 70% negara berkembang pertumbuhan ekonominya juga melambat. 

Bahkan, ujar Suryopratomo, pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh single digit antara 3%-5%.

Dampaknya, tambah Suryopratomo, dunia akan berpotensi mengalami peningkatan biaya hidup dan perselisihan ekonomi antarnegara. 

Belum lagi, ancaman dari cuaca ekstrem dan bencana alam serta potensi kegagalan mitigasi perubahan iklim, serta polarisasi sosial semakin melabar. 

Berdasarkan kondisi tersebut, ujar dia, ASEAN menghadapi tantangan yang tidak mudah, seperti bagaimana mengaplikasikan sejumlah kesepakatan terkait penyelesaian krisis di Myanmar, sekaligus mewujudkan ASEAN sebagai  kawasan yang paling stabil di dunia. 

Diakui Suryopratomo, krisis Myanmar merupakan salah satu persoalan yang mengganggu kerja sama dengan mitra-mitra di luar ASEAN. Sehingga penuntasan krisis Myanmar akan sangat menentukan kesuksesan Indonesia dalam memimpin ASEAN.