Kedelai Impor Naik, Pengusaha Tahu Tempe Pilih Kurangi Keuntungan

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak terhadap kenaikan hargai kedelai import yang biasa digunakan sebagai bahan baku tempe dan tahu.  Harga jual kedelai di kota Solo saat ini mulai mengalami kenaikan.


Dari harga semula Rp. 7000 per kilogramnya, kini imbas dari tingginya dolar harga jual kedelai naik di kisaran Rp 7.700 perkilogramnya. Namun di pasar Tegalgede Karanganyar harga kedelai impor jauh lebih murah di kisaran harga  Rp 7.200  - Rp. 7.500 tergantung kualitasnya.

Salah satu pengusaha tahu di kawasan Cerbonan, Karanganyar kota, Didik sampaikan meski saat ini dolar naik, dan berimbas pada harga bahan baku tahu yakni kedelai dirinya mengaku tetap berupaya untuk memproduksinya.

"Dulu saya sempat mengalami juga harga kedelai tinggi akibat naiknya dolar, saat ini kenaikan masih lebih sedikit di banding beberapa tahun lalu," jelasnya, Sabtu (8/9).

Meski saat ini harga kedelai di Karanganyar berkisar di harga Rp. 7300, dirinya tetap tidak menaikkan harga jual tahunya. Meski keuntungan berkurang, dirinya berharap nilai tukar dolar segara turun, agar harga kedelai juga kembali stabil.

Kalau saya naikkan harganya, takutnya gak laku, malah rugi saya. Ya terpaksa kita menekan keuntungan," ucapnya.

Sri, salah satu produsen tempe di kawasan Krajan, Mojosongo mengaku meski harga kedelai impor sebagai bahan baku utama tempe naik, dirinya tidak serta merta menaikkan harga tempe produksinya. Sampai saat ini dirinya masih menjual tempe seharga Rp 2.000 / 10 bungkus. Menurutnya, harga kedelai cenderung naik, meski kadang terjadi penurunan harga, tapi tidak kembali ke harga normal.

Dalam setiap satu kali memproduksi tempe dirinya membutuhkan sebanyak 25 kg kedelai untuk menghasilkan 2000 bungkus tempe yang akan dijual kembali pada para pedagang di pasar.

"Terpaksa kita menekan keuntungan biasanya saya ambil keuntungan Rp. 100 tiap 10 bungkus, sekarang turun Rp. 60 per 10 bungkusnya," pungkasnya.