Kejar Level 1, DKK Semarang Fokus Tangani 3T

Pemerintah Kota Semarang terus mengejar Level 1 pada PPKM Darurat Jawa Bali yang saat ini tengah diperpanjang hingga tanggal 6 September 2021. Demi mengejar turun level, Dinas Kesehatan Kota Semarang akan fokus untuk menangani 3T (tracing, testing, treatment) pada kasus baru covid-19 yang terjadi di Kota Semarang.


Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, mengatakan jika tracing dan testing menjadi salah satu indikator untuk bisa turun level. 

Sedangkan untuk testing dan tracing di Kota Semarang terbilang masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh kemenkes. Meski demikian untuk jumlah kasus harian, BOR (bed occupancy ratio) hingga jumlah angka yang meninggal sudah menunjukkan indikasi di level 1.

"Sebaran kasus dari puncak Juni-Juli lalu kasus hariannya bisa mencapai 150 sampai 200 pasien. Saat ini kasus harian tidak lebih dari 10 bahkan sehari kadang cuma lima pasien," jelas Hakam, Jumat (3/9).

BOR rumah sakit (RS) di Semarang pada 20 RS rujukan saat ini cukup rendah, bahkan sudah ada beberapa RS yang tidak lagi merawat pasien Covid-19. 

Sedangkan untuk tempat isolasi terpusat di Semarang, dari total enam isolasi terpusat kini hanya tinggal satu isolasi terpusat yang dibuka yakni di Rumah Dinas (Rumdin) Walikota.

"Yang sudah tidak merawat pasien Covid itu seperti di Dr Cipto, RSJ, Sultan Agung, beberapa rumah sakit tipe C. Sementara pasien di rumdin hanya delapan pasien. Rumah sakit darurat Covid-19 pun sudah kami tutup," paparnya.

Tingkat kesembuhan, lanjut Hakam, pada minggu ke 33 sampai 34 sudah mencapai 94 persen. Angka kematian pun sudah menurun drastis menjadi 0,8 kasus per 100 ribu orang. Sedangkan angka Covid-19 sudah dibawah 5 per 100 ribu orang.

"Karena angkanya turun, kita akan fokuskan nakes ke tracing dan testing. Tracer minimal bisa melakukan test ke 10 sampai 15 orang ketika menemukan kasus baru. Kemarin posisi kita masih 2,4 orang," bebernya.

Meski saat ini para nakes fokus pada testing dna tracing, namun kendala juga ditemui oleh Dinkes. Pasalnya, masih ada beberapa masyarakat yang belum terbuka dan jujur jika mereka terpapar Covid-19.

"Misal terungkap, kan bisa di tes orang-orang tadi. Kalau misal hanya dirumah saja namun tertular, ya diambil tes nya  orang satu rumah, tetangga kanan kiri. Kalau di kantor ya, teman kantornya akan kita tes juga," lanjutnya.

Pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk lebih jujur dan terbuka jika terpapar Covid-19. Hal ini adalah upaya untuk menekan laju penularan Covid-19. Bahkan pasien yang diantar oleh keluarga ke rumdin pun saat ini mulai dilakukan testing sebagai upaya menaikkan angka kontak erat.

"Kalau kasusnya sedikit saat ini yang diperiksa banyak, angkanya jadi akan banyak. Secara harian baru 266 orang yang dilakukan tracing dan testing ini," ujarnya.

Terkait dengan kecepatan hasil tes PCR di Semarang, Hakam menilai sudah sangat mumpuni dan cepat. Hampir semua rumah sakit memiliki alat sendiri, Dinkes juga memiliki lab sendiri untuk uji sampel hasil tes dari puskesmas.

"Ditambah lagi klinik-klinik ini kan punya, kalau sehari 500 an masih bisa, nah antigen ini juga bisa dijadikan diagnostik sehingga kita akan genjot testing dan tracing ini," tandasnya.